Photobucket

Hamid Alhamid

Sabtu, 27 April 2013

GEJOLAK WAHHABI VS SYIAH

Luthfi Bashori Dua kelompok Wahhabi dan Syiah, keberadaannya saat ini di dunia masih minoritas, namun bukan berarti tidak berpengaruh. Kedua kelompok ini sangat agresif dalam merekrut anggota dan simpatisan dari umat Islam, sekalipun dengan segala macam cara tanpa harus melalui etika apapun. Mau jujur, mau dusta, mau menipu, mau plagiat, mau money politics, bahkan mereka menghalalkan segala cara demi menempuh ambisinya menguasai seluruh umat Islam dunia. Dalam melancarkan misi, mereka tidak mengenal hukum, mau halal atau haram, mau sopan atau biadab, mau legal atau ilegal, maka metode apapun yang mereka lakukan dianggap sah-sah saja dan tidak menjadi masalah, yang penting dapat menambah anggota dan simpatisan sebanyak-banyaknya. Kini, baik Wahhabi maupun Syiah, keduanya tengah gencar memposisikan diri untuk saling berhadap-hadapan, saling beradu dan saling berlawanan (musuh abadi) antar mereka berdua di hadapan public, dengan slogan-slogan kebohongan seakan-akan ingin menyelamatkan umat Islam dari kesalahan beragama menurut versi mereka. Khususnya dalam upaya mengembangkan propaganda ajaran-ajaran sesatnya, hingga tak jarang di antara keduanya terjadi adu argumen, saling mencaci, saling mengkafirkan, bahkan gesekan fisik hingga upaya pembunuhan dan pengeboman pun terjadi di antara mereka. Untuk sekedar diingat, konon di era tahun ’80-an, terjadi pengeboman di dalam bis Pemudi serta candi Borobudur yang dilakukan oleh kelompok Syiah. Sedangkan menurut berita, meletusnya bom akhir-akhir ini di beberapa tempat, banyak dilakukan oleh kelompok Wahhabi ekstrimis. Di luar negeri, antara kelompok Wahhabi versus kelompok Syiah seringkali saling menfitnah, membunuh, mengebom dan segala macam bentuk perselisihan di antara mereka. Jadi bukan sekedar perang ideologi saja yang mereka lancarkan, namun perang fisik pun sudah mereka kumandangkan dalam membangkitkan nafsu angkara, dalam rangka yufsiduuna fir ardli fasaadan (melakukan kerusakan di muka bumi). Kekejaman dua kelompok ini sering berimbas terhadap siapa saja yang dianggap sebagai lawannya atau penghalang, khususnya warga Ahlus Sunnah wal Jamaah. Terutama di saat kedua kelompok ini sudah dapat menguasai sebuah wilayah yang mereka anggap strategis untuk menyebarkan kesesatan-kesesatan ajarannya. Adapun dalam adu propaganda dan perebutan simpati dari masyarakat, banyak trik-trik khusus yang mereka lakukan, antara lain dengan cara membagi-bagikan buku serta mengadakan cerama-ceramah agama yang sifatnya dingin, bahkan terasa kondusif untuk segala lapisan, agar mendapat simpatik dari masyarakat. Namun di balik itu semua, mereka mempunyai misi-misi tertentu yang sesungguhnya sangat kejam dan mengkhawatirkan. Pembunuhan karakter pun sudah mereka lakukan yang tanpa disadari oleh kalangan awam. Ironisnya yang dijadikan sasaran tembak dalam mengusung misi utama kelompok Wahhabi dan Syiah adalah warga Ahlus Sunnah wal Jamaah, khususnya dari kalangan awam agama. Kedua kelompok ini sama-sama berani memberikan iming-iming dana yang menggiurkan, iming-iming berbagai fasilitas, bea siswa bagi para pelajar, hingga iming-iming kedudukan yang strategis bagi siapa saja yang pro terhadap program-programnya, tentunya di samping iming-iming kemurnian aqidah dan jaminan-jaminan masuk sorga. Wahhabi adalah kelompok yang berafiliasi pemahamannya kepada tokoh-tokoh pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab dari bangsa Najed Saudi Arabiah, seperti Bin Baz, Bin Shaleh, Utsaimin, Bin Mani`, Shaleh Fauzan dan sebagainya. Umumnya mereka selalu mengklaim diri sebagai golongan Salafi (penerus ulama Salaf), sekalipun ajaran mereka sangat berlawanan dengan pemahaman para Salaf Ahlus Sunnah wal Jamaah itu sendiri. Sedangkan Syiah (dalam hal ini Syiah Imamiyah yang masuk Indonesia) adalah kelompok yang berafiliasi pemahamannya kepada tokoh-tokoh Persi Iran terutama tokoh spiritualnya adalah Khomeini. Mereka selalu mengklaim diri sebagai madzhab Ahlul Bait, sekalipun ajaran-ajarannya sangat bertentangan dengan ajaran ulama Salaf khususnya dari kalangan Ahlul Bait-nya Nabi SAW itu sendiri. Ironisnya, masyarakat awam seringkali tidak menyadari, bahkan program utama kelompok Wahhabi dan Syiah, adalah bagaimanapun caranya agar kedua kelompok ini dapat mengeluarkan umat Islam Indonesia dari ajaran Islam yang masih asli dan murni sebagai madzhab yang dianut oleh warga Indonesia, yaitu madzhab Sunni Syafi`i, aqidah warisan yang diajarkan oleh para Walisongo sebagai penyebar agama Islam pertama kali kepada nenek moyang bangsa Indonesia. Ajaran para Walisongo ini sudah teruji ketegarannya, sejak masa pra penjajahan Belanda dan Jepang hingga masa kemerdekaan Republik Indonesia, yang mana mayoritas masyarakat Indonesia masih berpegang teguh dengan ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan oleh para Walisongo, bahkan hingga saat ini pun jika dihitung-hitung jumlah penghuni planet bumi yang beragama Islam terbesar, adalah kaum muslimin bangsa Indonesia yang masih istiqamah melestarikan ajaran para Walisongo. Yang jelas agama Islam yang dianut mayoritas bangsa Indonesia adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan mengikuti fiqih madzhab Syafi`i, bukan ajaran Wahhabi dan bukan ajaran Syiah, alias bukan ajaran kedua pendatang baru itu. Karena itu ajaran kedua kelompok sesat ini tidak cocok dan sangat berseberangan dengan norma-norma kesopanan bangsa Indonesia yang terkenal dengan adat ketimurannya. Salah satu ajaran Wahhabi, adalah sangat gemar mengkafirkan dan menuduh syirik terhadap orang-orang yang ahli ziarah ke makam kuburan kerabatnya maupun makam kuburan orang-orang shalih, padahal amalan ini termasuk ajaran dasar dari para Walisongo yang sudah mentradisi dan mendarah daging bagi bangsa Indonesia, khususnya di saat datang Hari Raya Idul Fitri, karena ajaran ziarah ke makam kuburan itu hakikatnya berdasarkan perintah Nabi SAW: Dulu aku pernah melarang kalian berziarah makam kuburan, maka berziaralah sekarang ke makam kuburan karena dapat mengingatkan akhirat kalian. (HR. Muslim). Salah satu ajaran Syiah Iran, adalah sangat gemar mencaci-maki dan mengkafirkan para shahabat Nabi SAW serta mengkafirkan istri-istri Nabi SAW khususnya Sayyidatina `Aisyah RA, serta mengkafirkan para ulama Salaf Ahlussunnah wal Jamaah. Padahal, istri-istri dan para shahabat Nabi SAW serta para ulama itu termasuk para panutan dan idola kaum muslimin bangsa Indonesia yang sangat dihormati dan dimuliakan. Keberpihakan umat Islam Indonesia ini terbukti banyaknya nama umat Islam Indonesia yang sengaja diadopsi dari nama-nama para istri maupun para shahabat Nabi SAW serta nama-nama para ulam Salaf, tentunya sebagai bentuk tabarrukan, serta bukti cinta umat kepada para istri Nabi SAW dan para shahabat serta para ulama Salaf Ahlus sunnah wal Jamaah, dan hal semacam ini sudah mendarah daging bagi bangsa Indonesia. Karena itu, ajaran kedua kelompok minoritas baik Wahhabi maupun Syiah besutan tokoh-tokoh Najed Saudi Arabiah dan besutan tokoh-tokoh Persi Iran ini sangat tidak cocok dengan kultur bangsa Indonesia. Maka umat Islam Indonesia harus berani mengusir para missionaris dari kedua kelompok Wahhabi dan Syiah ini dari daerah-daerah yang dijadikan sasaran tembak dalam propaganda ajaran sesat mereka. Sebagian ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah mengistilahkan, bahwa Wahhabi dan Syiah ibarat: Ba`ratun tuqsamu qismain (ibarat kotoran sapi dibelah dua), yaitu sama-sama kotornya. Bukti keserupaan dan kesamaan antara ajaran Wahhabi dan Syiah adalah dalam masalah Tajsim. Arti Tajsim yaitu adanya penisbatan jasmani kepada Dzat Allah, alias Allah itu diyakini memiliki bentuk tubuh selayaknya manusia (makhluk). Menurut Wahhabi, Allah itu bertempat di langit, Allah juga naik turun di langit dengan kaki-Nya dari satu tingkat ke tingkat lainnya, seperti layaknya manusia bertempat di bumi dan dapat naik turun dari tempat ketinggian ke tempat yang lebih rendah, semisal naik turun di tangga dengan menggunakan kakinya. Dalam keyakinan Wahhabi, bahwa Allah itu memiliki mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh seperti anggota tubuh manusia. Seorang tokoh Wahhabi Mujassimah (penisbat jasmani kepada Dzat Allah) bernama Addarimi Alwahhabi, (ket: Addarimi Alwahhabi bukanlah Imam Addarimi ahli hadits), dia mengatakan: 1. Para musuh kita (yaitu Ahlussunnah wal Jamaah) berkeyakinan, bahwa Allah itu tidak memiliki bentuk, tidak memiliki sisi penghabisan dan batasan. (Kitab Annaqdl, 23). Pernyataan ini memberi arti jika Addarimi itu meyakini, bahwa Allah itu memiliki bentuk tubuh seperti layaknya makhluk, dengan memiliki batasan berapa tingginya, gemuk dan kurusnya, seperti pernyataannya sbb: 2. Sesungguhnya Allah benar-benar duduk di atas kursi, dan tidak tersisi (kosong) dari kursinya itu kecuali seukuran empat jari saja. (Kitab Annaqdl, 74). 3. Allah berada jauh dari makhluk-Nya. Dia berada di atas Arsy, dengan jarak antara Arsy tersebut dengan langit yang tujuh lapis, seperti jarak Dia sendiri dengan para makhluk-Nya yang berada di bumi. (Kitab Annaqdl, 79). 4. Jika Allah tidak memiliki dua tangan seperti yang engkau yakini, padahal dengan kedua tangan-Nya, Dia telah menciptakan Adam dengan jalan menyentuhnya, maka berarti tidak boleh dikatakan bagi Allah, biyadikal khair (pada tangan-Mu seluruh kebaikan). (Kitab Annaqdl, 29). Dengan asumsi Wahhabi ini, maka dalam memahami ayat “Kullu syai-in haalikun illa wajhahu”, yang selama ini menurut pemahaman umat Islam adalah: “Segala sesuatu itu akan rusak (di hari Kiamat) kecuali Dzat Allah”, sedangkan menurut pemahaman Wahhabi akan terjerumus pada kesesatan arti: Segala sesuatu itu akan rusak kecuali wajah-Nya (Allah) saja. Lantas bagaimana dengan mata Allah, tangan Allah, kaki Allah dan seluruh anggota tubuh Allah selain wajah-Nya, apakah semua itu akan rusak? Di sinilah bukti kesesatan pemahaman Tajsimnya kaum Wahhabi yang bertentangan dengan aqidah umat Islam. Sedangkan ajaran Syiah Indonesia pun meyakini Tajsim pada Dzat Allah, sebagaimana yang tertera pada buku KECUALI ALI, karangan Abbas Rais Kermani yang diterbitkan oleh Penerbit Alhuda Jakarta, pada halaman 22, saat Syiah mengklaim pembicaraan Imam Ja’far Shadiq, tatkala ditanya tentang arti ayat “Kullu syai-in haalikun illa wajhahu”, maka Imam Ja’far Shadiq menjawab: Segala sesuatu itu akan rusak kecuali WAJAH Allah, dan Wajah Allah itu adalah Ali bin Abi Thalib. Nama buku ini diambil dari satu ayat Alquran, Kullu syai-in haalikun illaa wajhah, yang telah dirubah oleh kaum syiah menjadi: Kullu syai-in haalikun illaa Ali (Segala sesualtu itu akan rusak Kecuali Ali), lantas dipotong menjadi: KECUALI ALI, lantas dijadikan nama untuk buku karangan tokoh Syiah Imamiyah, Abbas Rais Kermani. Jadi menurut keyakinan Syiah, bahwa Ali bin Abi Thalib adalah Dzat Allah dalam bentuk manusia. Di sinilah letak kesamaan antara aqidah Syiah dengan aqidah Wahhabi. Maka tidak salah jika dikatakan, antara Wahhabi dan Syiah itu ibarat kotoran sapi dibelah dua. Bahkan aqidah Syiah ini juga sama dengan keyakinan kaum Nasrani yang mengatakan: Yesus adalah Tuhan dan Tuhan adalah Yesus. Kaum Syiah mengatakan : Ali adalah Allah dan Allah adalah Ali. Tentu saja hakikat Imam Ja’far Shadiq sebagai Ahlul Bait Nabi SAW, seorang alim, suci nan bersih dari kesyirikan, tidak akan mengatakan keyakinan semacam itu. Maka hanya pengklaiman sesat para pengikut Syiah Indonesia saja yang menisbatkan keyakinan Tajsim terhadap Dzat Allah itu kepada Imam Ja’far Shadiq. WASPADALAH !!! Selengkapnya...

Read More...

TV RODJA, BID`AH-NYA KAUM WAHHABI

Luthfi Bashori. Melihat TV adalah tergolong amalan bid`ah, dalam pengertian karena tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW dan para salaf. Namun, kali ini kaum Wahhabi yang selalu mempromosikan diri sebagai kelompok anti bid`ah, justru terjebak oleh perbuatan bid`ah menurut definisi mereka sendiri, karena banyaknya keterlibatan tokoh-tokoh Wahhabi Indonesia dalam memunculkan amalan bid`ah dengan mengudaranya TV Rodja. Acara-acara yang ditayangkan oleh TV Rodja, memang tampaknya menyerupai pengajian dan majelis ta`lim mencari ilmu agama, namun hakikatnya jika diteliti, adalah upaya kaum Wahhabi dalam menyesatkan aqidah umat Islam Indonesia. Bagaimana tidak, warga mayoritas umat Islam Indonesia adalah penganut Ahlussunnah wal Jamaah bermadzhab Syafi`i, sedangkan isi acara yang ditayangkan TV Rodja adalah murni ajaran Wahhabi penganut Muhammad bin Abdul Wahhab Annajdi. Padahal, kauml Wahhabi itu termasuk sekte sesat Mujassimah. Coba tengok salah satu keyakinan tokoh Wahhabi, yaitu Addarimi Alwahhabi (ini bukan nama Imam Addarimi ulama Sunni Ahli hadits). Addarimi Alwahhabi menulis buku tentang sifat Allah dengan menyebutkan: ALLAH TURUN DARI ARSY MENUJU KE KURSI-NYA. (kitab Annaqdl, halaman 73, terbitan Darul Kutub Al-ilmiyah yang dita`liq oleh Muhammad Hamid Alfaqiy). Pernyataan Addarimi Alwahhabi ini jelas-jelas menisbatkan kepemilikan jasmani yang dilakukan oleh pentolan Wahhabi terhadap Dzat Allah. Addarimi Alwahhabi menggambarkan, bahwa Arys-nya Allah itu berada di satu tempat, sedangkan kursi-nya Allah itu berada di tempat yang letaknya lebih rendah daripada Arsy. Lantas Allah yang di dalam firman-Nya menyatakan Arrahmaanu `alal `arsyis tawaa, diterjemahkan oleh kaum Wahhabi sbb: Allah itu duduk di atas Asry. Kemudian digambarkan oleh Addarimi Alwahhabi, bahwa terkadang Allah itu turun dari Arsy-Nya menuju Kursi-Nya yang berada di langit lebih rendah. Karena sudah dimaklumi bahwa Allah menciptakan langit itu berlapis hingga tujuh tingkat. Inti dari ajaran Aqidah Wahhabi adalah, mereka meyakini bahwa Allah versi Wahhabi itu memiliki bentuk tubuh, dan saat ini Allah sedang berada di langit. Terkadang Allah duduk-duduk di-Arsy-Nya, namun tak jarang Allah ingin jalan-jalan turun menuju ke langit yang tingkatnya lebih rendah, karena Allah akan menikmati suasana istirahat duduk-duduk di kursi-Nya. Lantas apa bedanya aqidah Wahhabiyah ini dengan keyakinan para penyembah berhala-berhala. Tuhan-tuhan berhala itu sengaja dibuat oleh tangan mereka dalam bentuk patung yang memiliki bentuk jasmani. Mereka berasumsi bahwa dengan tampaknya bentuk tuhan di depan mata, maka lebih memudahkan mereka untuk menyembah dan mengingtnya, lantaran sudah ketemu bentuk tubuh tuhannya itu. Demikianlah gambaran aqidah asli pengelola TV Rodja yang diperkenalkan kaum Wahhabi untuk diikuti oleh kaum awam, dengan tujuan agar kaum awam dapat mengenal tuhan-nya kaum Wahhabi yang mempunyai bentuk tubuh seperti berhala. Hal yang tak kalah penting untuk diwaspadai oleh umat Islam juga, adalah TV INSAN, SUNNAH TV, AHSAN TV, TV WESAL, serta tayangan Trans 7 yang ikut-ikutan menyiarkan dakwah sesat ala Wahhabiyah ini lewat tayangan KHAZANAH, maka hendaklah umat Islam membaikot TV Trans 7 dengan tidak menontonnya. Stop, mulai sekarang dan seterusnya, hendaklah umat Islam tidak menonton TV Rodja, TV Insan, TV Wesal, SUNNAH TV, AHSAN TV, dan Trans 7 ... !! Selengkapnya...

Read More...

SAYYIDAH AISYAH ADALAH WANITA SUCI

Luthfi Bashori Saat ini para pengikut Syiah Imamiyah Khomeiniyah sangat gencar menuduh Sayyidah Aisyah istri tercinta Nabi SAW sebagai seorang perlacur, baik diutarakan lewat lisan mereka, maupun lewat tulisan, bahkan ada di antara mereka yang berani mengkafirkan Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar yang telah diperistri oleh Nabi SAW tersebut. Perilaku kaum Syiah ini hakikatnya tiada lain karena mereka melestarikan tuduhan kaum munafiq terhadap Sayyidah Aisyah yang konon dilakukan di jaman hidup Nabi SAW. Tentu saja perilaku nista ini sangat menjengkelkan hati Nabi SAW, bahkan mendatangkan kemurkaan Allah. Coba tengok surat Annur yang secara lengkap yang menceritakan kedustaan para penuduh dari kalangan kaum munafiq yang konon dipimpin oleh Abdullah bin Salul. Arti ayat : 11. Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kalian juga. Janganlah kalian kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kalian, bahkan ia adalah baik bagi kalian. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (Berita bohong ini mengenai istri Rasulullah SAW, Aisyah r.a. Ummul Mu’minin. Setelah perang dengan Bani Mushthaliq bulan Sya’ban tahun 5 H. Peperangan itu diikuti oleh kaum munafiq, dan turut pula ‘Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau. Dalam perjalanan, mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suaatu tempat. Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba beliau merasa kalungnya hilang, lalu beliau pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa Aisyah masih ada dalam sekedup (group kereta tandu). Setelah Aisyah mengetahui sekedupnya sudah berangkat beliau duduk di tempatnya dan mengharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat di tempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan ibnu Mu’aththal, yang menemukan seseorang sedang tidur sendirian dan dia terkejut seraya mengucapkan: “ Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, ini istri Rasul!” Aisyah pun terbangun. Lalu beliau dipersilahkan oleh Shafwan untuk mengendarai untanya. Shafwan bergegas menuntun untanya sampai mendapati dan bergabung lagi dengan rombongan pasukan Islam. Namun, orang-orang yang melihat mereka berdua membicarakannya menurut persepsi masing-masing. Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik membesar-besarkannya, maka fitnahan atas Aisyah itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin). 12. Mengapa di waktu kalian mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” 13. Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta. 14. Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian semua di dunia dan di akhirat, niscaya kalian ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kalian tentang berita bohong itu. 15. (Ingatlah) di waktu kalian menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kalian katakan dengan mulut kalian apa yang tidak kalian ketahui sedikit juga, dan kalian menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. 16. Dan mengapa kalian tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.” 17. Allah memperingatkan kalian agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kalian orang-orang yang beriman, 18. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 19. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui. 20. Dan sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kalian akan ditimpa azab yang besar). Ayat-ayat di atas adalah pembelaan Allah secara langsung terhadap Sayyidah Aisyah istri tercinta Nabi Muhammad SAW baik di dunia maupun di akhirat, serta pembersihan diri beliau dari tuduhan dusta kaum munafiq dan kaum Syiah, lantas masih adakan orang Islam yang mempercayai ajaran Syiah Imamiyah Khomeiniyah kalau bukan karena kebodohan semata? Selengkapnya...

Read More...

SEPULUH ORANG YANG PASTI MASUK SORGA

Luthfi Bashori Dalam bahasa Hadits Nabi SAW, diistilahkan dengan Al-asyratul mubasysyarun bil jannah, artinya sepuluh orang yang diberitakan gembira (dijamin) akan dimasukkan sorga. Sedangkan dalam pemberitaan Nabi SAW ini disebutkan nama-nama mereka yang disampaikan dalam satu hadits secara runtut, yaitu : 1. Sy. Abu Bakar Asshiddiq. Nama asli beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah, shahabat Nabi SAW di dalam goa Tsuur saat perjalanan hijrah ke kota Madinah. Khalifah yang dijuluki oleh Nabi SAW sebagai Asshiddiq (yang sangat percaya dan terpercaya), dan beliau adalah orang Islam yang paling dicintai oleh Nabi SAW. 2. Sy. Umar bin Khatthab. Beliau mendapat julukan Alfaaruq (Pembeda antara yang hak dan yang batil). Allah juga meninggikan agama Islam antara lain dengan perantara Sy. Umar. Beliau diberi kekhususan oleh Allah menjadi figur yang penuh kebaikan dan handal dalam beragama, serta mendapatkan ilham yang menyebabkan lisannya selalu berkata yang benar. 3. Sy. Utsman bin Affan. Beliau mendapatklan julukan Dzun Nurain (yang mempunyai dua cahaya), karena menikahi dua orang putri Nabi SAW secara runtut. Yang mana tatkala istri pertamanya wafat maka beliau menikahi istri kedua yang tiada lain adalah saudara kandung dari istri pertamanya. Sedangkan baik istri pertama maupun istri keduanya itu adalah putri kandung Nabi SAW. 4. Sy. Ali bin Abi Thalib. Beliau mendapat julukan Saifullah Alghalib (pedang Allah yang selalu menang). Beliau adalah orang yang dibangkitkan di hari Qiamat sebagai orang yang pertama kali membunuh musuh Islam dalam peperangan. Beliau adalah Babu madinatil ilmi (pintu kotanya ilmu). 5. Sy. Abdurrahman bin Auf. Beliau termasuk dari delapan orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga termasuk dari enam orang yang diangkat sebagai Ahlul halli wal aqdi (Dewan Syura) di kalangan para shahabat dan pemerintahan. Beliau pernah menjadi imam shalat sedang Rasulullah SAW menjadi makmum masbuk (terlambat) satu rakaat dalam peristiwa perang Tabuk. 6. Sy. Thalhah bin Ubaidillah. Beliau juga termasuk dari delapan orang yang pertama kali masuk Islam dan termasuk dari enam orang yang diangkat sebagai Ahlul halli wal aqdi (Dewan Syura) di kalangan para shahabat dan pemerintahan. Beliau mendapat julukan Thalhatul khair (Thalhah yang baik) dan Thalhatul juud (Thalhah yang dermawan). 7. Sy. Sa’d bin Abi Waqqas. Beliau juga termasuk dari enam orang yang diangkat sebagai Ahlul halli wal aqdi (Dewan Syura) di kalangan para shahabat dan pemerintahan. Beliau adalah orang yang pertama kali melesakkan anak panah dalam perang membela Nabi SAW, dan yang pertama kali mengucurkan darah musuh Islam dalam peperangan . 8. Sy. Said bin Zaid bin Amr bin Nufail Alqurasyi. Beliau termasuk salah satu dari sepuluh orang yang dijamin masuk sorga. 9. Sy. Abu Ubaidah bin Aljarrah. Nama aslinya adalah Amir bin Abdullah bin Aljarrah. Beliau mendapat julukan Amiinu haadizil ummah (Kepercayaan umat Islam). Beliau dua kali berhijrah, ke negeri Habasyah dan ke kota Madinah. 10. Azzubair bin Al-awwam. Beliau adalah termasuk Hawari (orang-orang dekat/dalam)-nya Rasulullah, dan ajudan setia beliau SAW. Sepuluh orang inilah yang dijamin masuk sorga sesuai sabda Nabi SAW. Maka siapa saja yang mengingkari keistimewaan mereka, berarti telah mengingkari sabda Nabi SAW. Barang siapa yang mengingkari sabda Nabi SAW, maka dia bukan termasuk umat Islam. Selengkapnya...

Read More...

SYEIKH IBNU HAZAM ADH-DHAHIRI MENYIKAPI SYIAH

Luthfi Bashori Di dalam kitab Almilal wan nihal yang dikarang oleh Al-Imam Syahrastani (wafat 548 H, dalam usia 70 tahun) disebutkan tentang bagaimana pandangan ilmiah Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri dalam menyikapi ajaran Syiah Imamiyah (yang sekarang, sekte ini berusaha dikembangkan di Indonesia oleh para alumni Iran). Bermula di saat kaum Nasrani menuduh, bahwa umat Islam juga telah merubah ayat-ayat kitab suci Alquran, maka Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri menjawab tuduhan kaum Nasrani itu sebagai berikut: Tuduhan mereka, yakni kaum Nasrani, yang mengatakan bahwa golongan Islam Syiah juga merubah kitab suci Alquran, maka kami jawab : Sesungguhnya golongan Rafidhah (Syiah Imamiyah) ini bukanlah bagian kaum muslimin. Karena golongan Syiah Imamiyah ini muncul pertama kali setelah dua puluh lima tahun dari wafatnya Rasulullah SAW. Syiah Rafidhah ini adalah golongan yang mengikuti langkah-langkah Yahudi dan Nasrani dalam melakukan kebohongan dan kekafiran. (Almilal wan nihal, 2/65). Ternyata pandangan ulama terdahulu pun tidak berbeda dalam menilai kesesatan sekte Syiah Imamiyah ini dengan pendapat ulama pakar aqidah dewasa ini dalam menerangankan perbedaan prinsip ajaran agama Syiah dengan ajaran agama Islam. Para pakar ulama Ahlus sunnah wal jamaah juga menghukumi kaum Syiah Imamiyah sebagai golongan di luar Islam, pandangan ini sama halnya terhadap kaum Ahmadiyah yang juga dihukumi termasuk agama lain di luar Islam. Coba perhatikan kelanjutan pandangan Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri: Salah satu pendapat golongan Syiah Imamiyah, baik yang terdahulu maupun yang sekarang, ialah mereka meyakini bahwa Alquran itu sesungguhnya telah diubah. Sedangkan orang yang mengatakan bahwa Alquran itu itu telah berubah, maka ia benar-benar kafir dan mendustakan Rasulullah SAW. (Almilal wan nihal, 4/139). Pernyataan Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri ini sangat jelas dan tegas, karena beliau adalah seorang yang benar-benar alim dan benar-benar menguasai ilmu agama Islam khususnya dalam bidang aqidah dengan baik dan benar. Kenyataan ini sangat kontras dengan pandangan tokoh-tokoh Indonesia yang kini sering tampil di depan publik dengan mengatasnamakan Islam, namun mereka mati-matian membela kepentingan Syiah Imamiyah di Indonesia bahkan berani menyatakan bahwa Syiah Imamiyah itu masih tergolong Islam. Pernyataan tokoh-tokoh semacam ini jelas-jelas menandakan kedangkalan ilmu agama mereka semata. Repotnya, mereka sudah terlanjur dianggap sebagai tokoh Islam oleh masyarakat awwam, bahkan secara terang-terangan tokoh-tokoh publik semacam ini berani membela ajaran sesat Syiah Imamiyah itu tanpa rasa takut sedikit pun kepada Allah. Di Indonesia ini memang aneh, seringkali terjadi, ada seseorang yang tiba-tiba mendapat gelar sebagai ulama, sekalipun dirinya sama sekali tidak menguasai ilmu agama Islam. Sebut saja jika ada orang yang benar-benar menjadi aktifis di sebuah organisasi berlabel Islam, lantas karirnya menanjak karena keaktifannya dalam keorganisasian itu, sekalipun dirinya tidak pernah belajar ilmu agama, maka di saat namanya sering muncul di media massa atas nama organisasi Islam, masyarakat awwam akan menggolongkan orang semacam ini sebagai ulama. Entah itu dipanggil Kiai, Gus, atau Ustadz, maupun panggilan lainnya yang berkonotasi sebagai ulama. Demikian juga jika ada pejabat pemerintah yang sering tampil di depan umum, lantas berbicara agama, sekalipun dirinya sama sekali tidak mengerti ilmu agama selain hanya kulitnya saja, maka kalangan awwam sering terpanah oleh ulasannya sekalipun bertentangan dengan kaedah agama. Sayangnya tak jarang pendapat si pejabat ini tetap dijadikan acuan oleh awwam, karena yang berbicara dianggap seorang tokoh Islam. Termasuk juga pada umumnya, jika ada perkumpulan ulama dan umara dalam suatu acara bersama, maka orang semacam ini juga sering mendapat undangan dari pihak panitianya atas nama ulama. Kemudian mulailah dirinya sering tampil di depan publik atas nama ulama, dan ironisnya banyak pendapatnya sekalipun berlawanan dengan ajaran syariat yang sebenarnya, akan dibenarkan oleh masyarakat awwam. Termasuk jika suatu saat si tokoh Islam karbitan model begini, tiba-tiba tampil di depan publik membela kepentingan aliran sesat semacam ajaran sekte Syiah Imamiyah, maka tak jarang kaum awwam pun ikut terpengaruh oleh pandangan si tokoh karbitan ini dalam pembenarannya terhadap aliran sesat yang dibelanya. Selengkapnya...

Read More...

SYIAH ADALAH ALIRAN SESAT MENURUT KRITERIA MUI PUSAT

Luthfi Bashori Majlis Ulama Indonesia MUI Pusat pada tanggal 6 Nopember 2007, jam 21.23 WIB telah menetapkan sepuluh kriteria aliran sesat, sebagai berikut: 1. (*MENGINGKARI SALAH SATU RUKUN IMAN DAN RUKUN ISLAM*). 2. (*MEYAKINI ATAU MENGIKUTI AQIDAH YANG TIDAK SESUAI DENGAN DALIL SYAR`I DARI AL QUR`AN DAN AS SUNNAH*). 3. (*MEYAKINI TURUNNYA WAHYU SESUDAH AL QUR`AN*). 4. (*MENGINGKARI AUTENTISITAS DAN KEBENARAN AL QUR`AN*). 5. (*MENAFSIRKAN AL QUR`AN YANG TIDAK BERDASAR KAIDAH-KAIDAH TAFSIR*). 6. (*MENGINGKARI KEDUDUKAN HADITS NABI SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM*). 7. (*MENGHINA, MELECEHKAN DAN / ATAU MERENDAHKAN NABI DAN RASUL*). 8. (*MENGINGKARI NABI MUHAMMAD SAW. SEBAGAI NABI DAN RASUL TERAKHIR*). 9. (*MENGUBAH, MENAMBAH DAN MENGURANGI POKOK-POKOK IBADAH YANG TELAH DITETAPKAN SYARI`AT*). 10. (*MENGKAFIRKAN SESAMA MUSLIM TANPA DALIL SYAR`I*). Beberapa kawan yang tergabung dalam musyawarah Hai’ah Ash Shofwah Al Malikiyah setelah mengkaji kitab-kitab rujukan aliran Syi’ah yang di antaranya: Al Kafi lil Kulaini, Man La Yadlurruhul Faqih lil Qummi, At Tahdzib lit Thusi, Al Istibshar lit Thusi, Al Wafi lil Kasyi, Wasa’ilus Syi’ah lil Kamili, Biharul Anwar lil Majlisi, Al ‘Awalim lil Bahrani, Mustadrakul Wasa’il lin Nuri, Fashlul Khitab Lini’matillah Al Jaza’iri dan Al Ihtijaj lit Thabrisi, serta temuan-temuan di lapangan - menilai bahwasanya aliran Syi’ah, sungguh telah memenuhi sepuluh kriteria ini, oleh karena itu kawan-kawan dari Hai’ah Ash Shofwah Al Malikiyah menyimpulkan dengan tegas bahwa aliran Syiah adalah aliran sesat dan menyesatkan dan tergolong menistai dan menodai Agama Islam.  Dari kriteria nomor 1, Bahwa aliran Syi’ah mengingkari Rukun Islam yang ditetapkan dengan dalil hadits-hadits Shahih, yang di antaranya: روى البخاري ومسلم والترمذي والنسائي وأحمد في المسند عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ, شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ (Sabda Nabi SAW: Rukun Islam itu dibangun atas lima perkara, persaksian tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa Ramadhan). Di dalam kitab Syi’ah Al Ushul Minal Kafi lil Kulaini (2/18) bab Da’aimul Islam Nomor Hadits (NH) 1: روى الكليني بسنده عن أبي جعفر قال: بني الإسلام على خمس: على الصّلاة والزّكاة والصّوم والحجّ والولاية, ولم يناد بشيء كما نودي بالولاية (Abu Jakfar berkata : Rukun Islam dibangun atas lima perkara, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, melaksanakan haji dan membangun kekuasaan, dan tidak ada yang paling ditekanan selain urusan kekuasaan)  Dari kriteria nomor 2, Bahwa Aliran Syi’ah telah mengikuti akidah yang tidak benar, dengan beri’tikad bahwa bagi manusia masih dapat membantah Allah kecuali setelah mengetahui Imamnya, dan walaupun setelah diutusnya Nabi dan Rasul, seperti dalam Al Ushul Minal Kafi lil Kulaini (1/177) bab Annal Hujjata La Taqumu Lillah ‘Ala Kholqihi Illa bil Imam NH 1: عن داود الرقّي عن العبد الصالح عليه السلام قال: (إن الحجة لا تقوم لله على خلقه إلا بإمام حتى يُعرف (Sesungguhnya umat manusia itu sedikitpun tidak dapat membantah penghakiman Allah kecuali dengan (pertolongan) imam (Syiah) yang diketahui / dimani) Sementara dalam akidah Islam ditetapkan sebagaimana dalam QS. An Nisa’ 165: رُسُلاً مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.  Dari kriteria nomor 3, bahwa aliran Syi’ah telah meyakini turunnya wahyu kepada Sitti Fatimah Az Zahra’ setelah wafatnya Baginda Nabi, seperti disebutkan dalam Kitab Syi’ah Al Ushul Minal Kafi lil Kulaini (1/240) bab Dzikrus Shahifah NH 2: إن الله تعالى لما قبض نبيه دخل على فاطمة عليها السلام من وفاته من الحزن ما لا يعلمه إلا الله عز وجل، فأرسل الله إليها ملكًا يُسَلِّيْ غَمَّهَا ويُحَدِّثَهَا, فشكت ذلك إلى أمير المؤمنين رضي الله عنه فقال: إذا أحسست بذلك، وسمعت الصوت قولي لي، فأعلمته بذلك، فجعل أمير المؤمنين رضي الله عنه يكتب كل ما سمع حتى أثبت من ذلك مصحفًا ... أما إنه ليس فيه شيء من الحلال والحرام ولكن فيه علم ما يكون. (Sesungguhnya Allah tatkala mencabut nyawa Nabi SAW, (firman-Nya) turun menghibur Sitti Fatimah AS karena kecintaan-Nya demi menghilangkan kesediahannya yang tidak seorangpun tahu kecduali hanya Dia. Maka Allah mengutus seorang malaikat untuk menghibur kesedihannya, dan mengajaknya bercakap. Lantas beliau memberitahu Amirul mukminin (Sy. Ali, suaminya), dan dijawab: Jika engkau merasakan hal itu dan mendengarkan suaranya, maka panggillah aku. Lantas beliau (Sitti Fatimah) memberitahukan hal itu, maka Amirul mukminin (Sy. Ali) langsung menulis semua apa yang didengar (dari Sitti Fatimah) dan menetapkannya sebagai kitab suci (mushaf Fatimah), ketahuilah, bahwa di dalam (mushaf fatimah) ini tidak membahas hukum halal – haram, melainkan urusan alam (akherat) yang akan datang).  Dari kriteria nomor 4, Bahwa Aliran Syi’ah telah mengingkari autentisitas dan kebenaran Al Qur`an, seperti dalam Kitab Syi’ah Al Usul Minal Kafi lil Kulaini (2/634) bab An Nawadir NH 28: إن القرآن الذي جاء به جبريل إلى محمد سبعة عشر ألف آية (Sesungguhnya Alquran yang dibawa malaikat Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW itu 17.000 ayat) Alushul Minal Kafi (1/228) bab Annahu Lam Yajma’il Qur’an Kullahu Illal A’immah NH 1: قال شيخهم محسن الكاشاني في تفسيره الصافي 1/49: (أن القرآن الذي بين أظهرنا ليس بتمامه كما أنزل على محمد صلى الله عليه وآله وسلم، بل منه ما هو خلاف ما أنزل الله، ومنه ما هو مغير محرف، وأنه قد حذف عنه أشياء كثيرة منها اسم علي - عليه السلام - في كثير من المواضع، ومنها غير ذلك، وأنه ليس أيضاً على الترتيب المرضي عند الله وعند رسوله صلى الله عليه وآله وسلم (Sesungguhnya Alquran yang ada di tangan kita sekarang ini, bukanlah yang lengkap/sempurna sebagaimana yang diturunkan kepada Nabi SAW, tetapi (ayat-ayat) di dalamnya sudah ada yang bertentangan dengan apa yang diturunkan oleh Allah, yaitu telah banyak huruf yang berubah, dan perubahan yang paling banyak dilakukan adalah penghapusan nama Sy. Ali AS di beberapa tempat (surat), juga ada perubahan lainnya selain hal itu, dan Alquran yang ada ini tidaklah mengikuti urutan yang diridlai (ditetapkan) oleh Allah dan Rasulullah SAW).  Dari kriteria nomor 5, Bahwa Aliran Syi’ah telah menafsiri Al Qur’an dengan tidak berdasar kaidah-kaidah tafsir, seperti dalam Kitab Syi’ah Al Ushul Minal Kafi lil Kulaini halaman 207, bab Annal Ayatallati Dzakarahallahu Azza Wajalla fi Kitabihi Humul A’immatu Alaihis Salam NH 1: عن داود الرقي قال: سألت أبا عبد الله عليه السلام عن قول الله تبارك وتعالى (وما تغني الأيات والنذر عن قوم لا يؤمنون) قال: الأيات هم الأئمة، والنذر هم الأنبياء عليه السلام. (Dawud Arraqi, berkata: Aku bertanya kepada Abu Abdillah AS tentang firman Allah yang artinya (Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman/QS. Yunus 101). Beliau menafsiri, maksud al-ayaat/tanda kekuasaan Allah itu adalah para Imam (Syiah), dan annudzur/peringatan itu adalah para Rasul AS).  Dari kriteria nomor 6, Bahwa Aliran Syi’ah tidak membenarkan hadits-hadits Shahih yang terdapat dalam Kutubus Sittah (Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, At Tirmidzi) yang menjadi rujukan kaum muslimin, seperti dalam Kitab Syi’ah An Najafi/Ta’liqatihi ‘Ala Ihqaqil Haqq (2/28-289) وقال آيتهم العظمى شهاب الدين النجفي: إن النبي صلى الله عليه وسلم ضاقت عليه الفرصة ولم يسعه المجال لتعليم جميع أحكام الدين ... وقد قدّم الاشتغال بالحروب على التمحص (كذا) ببيان تفاصل الأحكام ... لاسيما مع عدم كفاية استعداد الناس في زمنه لتلقّي جميع ما يحتاج إليه طول قرون (Syihabuddin Annajfi berkata: Bahwa Nabi AS kehabisan waktu hingga tidak sempat mengajarkan (hadits-hadits) seluruh ajaran agama Islam, karena disibukkan oleh urusan peperangan, terlebih masalah ilmu hukum/syariat yang secara rinci, belum lagi tidak adanya kemampuan orang (ulama ahli hadits) pada zamannya untuk meriwayatkan seluruh (hadits Nabi SAW), karena panjangnya jarak masa (antara para ulama ahli Hadits dengan Nabi SAW).  Dari kriteria nomor 7, Bahwa Aliran Syi’ah menghina, melecehkan dan/atau merendahkan Nabi dan Rasul dengan mengakui bahwa Imam mereka mendapatkan martabat dan ilmu yang tidak pernah didapatkan oleh orang lain termasuk Nabi dan Rasul, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Syi’ah Al Ushul Minal Kafi lil Kulaini (1/196-197): قال أبو عبد الله : (أنا قسيم الله بين الجنة والنار, وأنا الفاروق الأكبر, وأنا صاحب العصا والميسم, ولقد أقرت لي جميع الملائكة والروح والرسل بمثل ما أقروا به لمحمد ولقد حمّلت علي مثل حمولته وهي حمولة الرب, وإن رسول الله يدعى فيكسى, وأُدعى فأُكسى, ويستنطق فأستنطق فأنطق على حدّ منطقه, ولقد أعطيت خصالا ما سبقني إليها أحد قبلي. علمت الْمنايا والبلايا, والأنساب وفصل الخطاب, فلم يفتني ما سبقني, ولم يعزب عَنِّيْ مَا غاب عنّي Abu Abdillah AS berkata : Aku adalah pemegang saham dari Allah untuk membagi (manusia menjadi) penduduk sorga dan neraka. Akulah pembagi yang dominan. Aku adalah pemilik tongkat. Sungguh telah bersepakat seluruh malaikat untuk (kedudukan)-ku sebagaimana mereka bersepakat bagi (kedudukan) Nabi Muhammad SAW, dan sungguh aku dibebani seperti yangt dibebankan kepadanya (Nabi SAW) yaitu tugas dari Tuhan. Sungguh Rasulullah SAW itu dipanggil dan diberi pakaian, aku juga dipanggil dan diberi pakaian, beliau diberi kemampuan bicara (dengan wahyu), aku juga diberi kemampuan sama seperti beliau bicara. Bahkan aku diberi kemampuan yang belum pernah diberikan kepada seorang manusiapun sebelumku, yaitu aku diberitahu urusan kematian, datangnya bencana, silsilah nasab, dan ketentuan Qiamat, dan tidak ada yang terlewatkan dari (pengetahuan)-ku (peristiwa) apa saja yang pernah datang mendahuluiku, dan tidak lepas dari (pengamatan)-ku segala sesuatu yang ghaib (tidak berada di depan)-ku)  Dari kriteria nomor 8, Bahwa Aliran Syi’ah mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir, dengan membenarkan datangnya Malaikat Jibril membawa Wahyu kepada Sitti Fatimah Az Zahra’, sebagaimana disebutkan pada kriteria nomor 3.  Dari kriteria nomor 9, Bahwa Aliran Syi’ah mengubah, menambah dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syari`at dengan mengubah shalat 5 waktu menjadi 3 waktu, dan shalat jum’at berhukum sunnah, sebagaimana diceritakan pengakuan beberapa mantan Syi’ah pengikut Tajul yang di antaranya: Roisul Hukama’ saudara Tajul dan Moh. Nur ‘Asymawi santri terdekat Tajul: • Menjadikan waktu shalat maktubah yang 5 waktu menjadi 3 waktu dengan berdalil Ayat أقم الصلاة لدلوك الشمـس waktu untuk dzuhur dan ashar, إلى غسق الليل waktu untuk maghrib dan isya’,وقرآن الفجر waktu untuk shubuh. (Penuturan dari: Moh. Nur Asymawi). • Menganggap Shalat Jum’at berhukum sunnah sebelum keluarnya Imam Al Muntadhar. (Penuturan dari: Moh. Nur Asymawi). Disebutkan dalam Kitab Ushulu Madzhabis Syi’ah 2/386: لقد أوقف الشيعة بسبب الغيبة للمنتظر إقامة صلاة الجمعة، كما منعوا إقامة إمام للمسلمين وقالوا: الجمعة والحكومة لإمام المسلمين والإمام هو هذا المنتظر (Kaum Syiah telah memutuskan penghentian (tidak mewajibkan shalat) Jumat, karena ghaib (menghilang dan bersembunyinya) Imam Almuntadhar (Imam Syiah yang ke - 12), seperti juga larangan pengangkatan pemimpin bagi umat Islam (selain dari Imam/wakil Imam Syiah). Mereka mengatakan : Shalat Jumat dan pemerintahan itu (itu hanya sah jika dipimpin) oleh imamnya umat Islam, dan imam yang dimaksud itu adalah Imam Almuntadhar ini).  Dari kriteria nomor 10, Aliran Syi’ah meyakini bahwa para shahabat telah murtad setelah Nabi wafat kecuali 3 orang, sebagaimana disebutkan dalam kitab Syi’ah Ar Raudlah Minal Kafi lil Kulaini (8/245): عن أبي جعفر قال: كان الناس أهل ردّة بعد النبي إلاَّ ثلاثة. فقلت: ومن الثلاثة ؟. المقداد بن الأسود وأبو ذر الغفاري, وسلمان الفارسى رحمة الله وبركاته عليه (Dari Abu Jakfar AS berkata: Konon semua orang (para shahabat) itu telah murtad setelah Nabi SAW wafat, kecuali tiga orang. Aku bertanya: Siapa tiga orang itu? (Beliau menjawab): Almiqdad bin Al-aswad, Abu Dzar Alghifari, dan Salman Alfarisi semoga Allah merahmati dan memberkati mereka). Selengkapnya...

Read More...

Cuplikan dari Buku: KECUALI ALI Karya Tokoh Syiah, Abbas Rais Kermani - (3)

Luthfi Bashori Jika manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya, meyakini bahwa keberadaan seluruh umat manusia, selain Nabi Adam dan St. Hawa, adalah diciptakan dari air sperma lelaki yang membuai ovum perempuan (diciptakan dari air mani), maka kaum Syiah Imamiyah justru meyakini jika para Imam 12 mereka diciptakan dari cahaya, sebagaimana yang tertera dalam buku Kecuali Ali sebagai berikut: Imam Ali as dan manusia suci as lainnya, di alam azhilla, juga memiliki perjanjian dengan Allah Swt. `Allamah Majlisi dalam kitab Riyadhatul Jannah meriwayatkan melalui sanad Jabir bin Yazid Ju`fi, bahwa Imam Baqir berkata kepadanya, `Ya Jabir, suatu zaman, di mana Allah saja yang ada dan tidak ada keberadaan selain-Nya, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Pertama kali makhluk yang diciptakan-Nya adalah Muhammad Saw dan kami Ahlul bait. Kami diciptakan dari cahaya keagungan yang disertai dengan Nur Muhammad Saw. Kami menempati alam azillah hijau, yang bentuknya tidak seperti langit, bukan bumi, bukan tempat, bukan malam, bukan siang, bukan matahari, bukan pula bulan yang terpisah dari Nur Ilahi. Atau juga tidak seperti terpisahnya cahaya matahari dari matahari. Kami bertashbih kepada Allah, menyucikan dan memuji-Nya. Kami beribadah dengan sebenar-benarnya ibadah (kepada-Nya). (Halaman 33). Menengok keyakinan Syiah Imamiyah di atas, betapa tingginya tingkat pengkultusan kaum Syiah terhadap para Imamnya. Bahkan para Imamnya itu diyakini lebih tinggi derajatnya dibanding para Malaikat dan para Nabi sekalipun. Karena sebelum para Malaikat dan para Nabi diciptakan, ternyata menurut keyakinan Syiah, bahwa terlebih dahulu Allah menciptakan para Imam 12 itu. Jika umat Islam meyakini bahwa para Nabi, selain Nabi Adam, mereka semuanya diciptakan dari air sperma, ternyata kaum Syiah meyakini jika para Imam 12 yang diklaim sebagai imam Syiah, mereka itu diciptakan dari cahaya keagungan yang dicampur dengan Nur Muhammad Saw. Tidakkah keyakinan seperti ini adalah termasuk upaya pembodonan dan pendangkalan terhadap aqidah umat Islam ? Sudah selayaknya para pengikut Syiah Imamiyah dan para simpatisannya intropeksi dan membuka mata hati, agar mengetahui kesesatan aqidah Syiah, yang jika kitab-kitab mereka selain kitab propagandanya dipelajari secara cermat, niscaya akan didapat adanya kesamaan dengan bacaan komik anak-anak yang penuh dengan khayalan semata. Ibarat cerita boneka Doraemon yang memiliki kantong ajaib dengan khayalan dapat memberikan segala macam permintaan Nobita sahabat karibnya itu, termasuk dapat mengabulkan permintaan alam khayalan yang tidak masuk akal sama sekali. Selengkapnya...

Read More...

Cuplikan dari Buku: KECUALI ALI Karya Tokoh Syiah, Abbas Rais Kermani - (2)

Luthfi Bashori Menengok lebih jauh buku Kecuali Ali, umat Islam akan semakin menggeleng-gelengkan kepala mendapati banyak kemustahilan muatannya, akibat sikap ghuluw (pengkultusan yang sangat berlebihan) oleh kaum Syiah terhadap Sy. Ali bin Abi Thalib dan sebelas anak cucu beliau yang diklaim oleh penganut Syiah Imamiyah sebagai para imam mereka. Mari mencermati cuplikan dari buku Kecuali Ali, yang banyak menggunakan kalimat menohok bagi aqidah umat Islam, sebut saja pada judul bab, Imam Ali as dan Alam Arwah, yang isinya sebagai berikut : Imam Ali as dan seluruh para manusia suci as, menjadi guru bagi para malaikat di alam arwah. (hal 33). Yang dimaksud dengan para manusia suci dalam kalimat di atas, adalah para Imam dua belas yang diklaim sebagai imamnya kaum Syiah. Untuk menguatkan khayalan dan kemustahilan keyakinannya ini, maka kaum Syiah menciptakan hadits palsu, antara lain yang tertera dalam judul bab : Ali Sebagai Pengajar Jibril. Adapun isinya sebagai berikut : Ketika Jibril menghampiri Nabi SAW, tiba-tiba Imam Ali juga menemui beliau SAW. Jibril berdiri untuk memuliakan dan menghormat Ali as. Rasulullah SAW bersabda kepada Jibril, “Apakah engkau berdiri untuk menghormati pemuda ini? Jibril memaparkan, “Ya, karena dia memiliki hak pengajaran kepadaku”. (halaman 35). Menurut keyakinan umat Islam, bahwa tugas malaikat Jibril adalah membawa wahyu dari Allah untuk diajarkan (disampaikan) kepada Nabi Muhammad SAW dan para nabi sebelumnya. Artinya, bahwa malaikat Jibril adalah guru bagi semua para nabi, termasuk gurunya Nabi Muhammad SAW. Sedangkan dalam ajaran Syiah, mereka meyakini bahwa malaikat Jibril adalah murid Sy. Ali bin Abi Thalib. Keyakianan ini memberi pengertian bahwa derajat Sy. Ali ‘sebagai guru’ jauh lebih tinggi tingkatannya dibanding derajat malaikat Jibril yang menjadi muridnya. Apalagi dibanding derajat para nabi, termasuk derajat Nabi Muhammad SAW. Adapau kelanjutan ‘hadits’ bikinan kaum Syiah di atas adalah sebagai berikut : Rasul SAW berkata, “Apakah hak (Ali) itu ? Jibril menjelaskan, “ Ketika Allah menciptakanku, lalu Dia menanyaiku, “Siapakah engkau, siapa namamu, siapa Aku dan siapa nama Aku? Saya merasa kikuk, apa yang harus aku jawab, tiba-tiba seorang pemuda (Ali as), manifestasi dari Alam Nuraniyah berkata, “Katakanlah ! Engkau adalah Tuhan Yang Maha Agung, nama-Mu Indah, dan aku adalah hamba-Mu yang hina dina, namaku Jibril”. Rasul yang mulia SAW berkata, “Berapa umurmu?” (Yakni pada masa tersebut, berapa tahun sudah terlewati). Jibril menjawab, “Saya tidak memiliki perhitungan atas umur. Namun bintang-gemintang di Arsy akan terbit satu kali selama 30.000 tahun dan setelah itu, terbenam lagi. Maka saya sudah sampai 30 ribu kali melihat bintang-bintang tersebut (muncul dan tenggelam)”. (halaman 35). Jika sebelum malaikat Jibril diciptakan oleh Allah, ternyata diyakini bahwa Sy. Ali sudah ada terlebih dahulu, bahkan beliau juga diyakini sebagai pengajar malaikat Jibril seperti dalam aqidah Syiah yang tertera di atas, maka semakin jelaslah pengkultusan kaum Syaih terhadap Sy. Ali bin Abi Thalib. Bahkan mereka yakini jika derajat Sy. Ali ridhiyallahu anhu jauh lebih tinggi dibanding seluruh makhluk Allah, termasuk jauh lebih tinggi dibanding derajat Nabi Muhammad SAW nabinya umat Islam di seluruh dunia. Di sini semakin jelas bagi umat Islam, jika aqidah Syiah itu memang bukan bagian dari ajaran agama Islam. Bersyukurlah umat Islam Indonesia saat mendengarkan pernyataan Menteri Agama Surya Darma Ali (SDA) yang tegas mengatakan Syiah bukan termasuk ajaran Islam, karena memang sesuai faktanya. Mudah-mudahan SDA tetap dapat istiqamah dalam pernyataannya ini, hingga keluar larangan resmi dari p[emerintah terhadap pengembangan Syiah di Indonesia, sekalipun SDA dikecam oleh pihak-pihak yang menjadi pembela aliran sesat Syiah Imamiyah, agama adopsian dari Iran ini. Dalam banyak berita di media massa disebutkan: Sebelumnya Surya Dharma Ali menjelaskan, Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengeluarkan keputusan terkait keberadaan Syiah. Keputusan tersebut di antaranya : 1. Rakernas MUI pada 7 Maret 1984 di jakarta, merekomendasikan bahwa umat Islam Indonesia perlu waspada terhadap menyusupnya paham syiah perbedaan pokok dengan ajaran Ahli Sunna Waljamaah. 2. PBNU pernah mengeluarkan surat resmi No.724/A.II.03/101997, tanggal 14 Oktober 1997, ditandatangai oleh Rais Am KH.M Ilyas Ruchiyat dan Katib KH.M. Drs. Dawam Anwar, mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tidak terkecoh oleh propaganda syiah dan perlunya umat islam indonesia perbedaan prinsip ajaran syiah dengan Islam. 3. Kementerian Agama RI mengeluarkan surat edaran nomor D/BA.01/4865/1983 tanggal 5 Desember 1983 tentang hal ihwal mengenai golongan syiah, menyatakan bahwa syiah tidak sesuai dan bahkan bertentang dengan ajaran Islam. "Kemarin-kemarin saya membuka dokumen, ternyata MUI dan Kemenag menyatakan syiah bukan Islam. Sejauh ini pemerintah berpegang kepada keputusan lama," kata Suryadharma, Kamis, 26 Januari 2012 di Gedung DPR. Selengkapnya...

Read More...

Cuplikan dari Buku: KECUALI ALI Karya Tokoh Syiah, Abbas Rais Kermani - (1)

Luthfi Bashori Buku ini dalam bahasa Indonesia berjudul KECUALI ALI, setebal 400 halaman, adalah terjemahan dari buku berbahasa Persia berjudul Ali Oyene-e Izadnemo, karya Abbas Rais Kermani, yang diterjemahkan oleh Musa Shahab, M. Ilyas dan diterbitkan oleh Penerbit Alhuda P.O Box 7335 JKSPM 12073 e-mail info@icc-jakarta.com. Kami cuplikkan beberapa poin penting untuk dipahami oleh umat Islam tentang hakikat ajaran Syiah Imamiyah yang saat ini dikembangkan di Indonesia. Hal ini dengan maksud agar dapat ditimbang oleh umat islam dengan aqidah yang benar, sesuai keyakinan umat Islam yang selama ini diyakini secara estafet, diterima dari para ulama masa kini, yang mereka riwayatkan dari para ulama salaf sebelumnya, dan secara runtut dipelajari dari generasi pertama kalangan umat Islam, yaitu dari para Tabi’in, bersambung kepada para Shahabat yang secara otomatis didapatkan dari sumber utama tentang detail-detail ajaran agama Islam, yaitu ajaran Rasulullah SAW yang bersumber dari Alquran dan Hadits. Berikut pernyataan dalam Muqaddimah buku KECUALI ALI, tulisan Ali akbar Mahdi Por : Ø Imam Shadiq as dalam menafsirkan ayat : Kullu syai-in haalikun illaa wajhahu (Segala sesuatu itu akan musnah, kecuali wajah Allah …). Berkata : Yang dimaksud Wajah Allah dalam ayat ini adalah Ali as. (Hal. 22). Ket : Dalam semua kitab tafsir karangan para ulama salaf diterangkan, bahwa yang dimaksud Wajah Allah dalam ayat ini adalah Dzat Allah. Dengan demikian, aqidah Syiah meyakini bahwa Sy. Ali bin Abi Thalib adalah Dzat Allah itu sendiri. Tentunya pemahaman ini sama dengan pemahaman kaum Nasrani yang mengatakan Nabi Isa as adalah Tuhan, dan secara otomatis memberi pengertian bahwa Tuhannya kaum Nasrani adalah Nabi Isa as (Yesus). Dari sini juga menjadi jelaslah bagi umat Islam, dalam keyakinan kaum Syiah bahwa Tuhannya kaum Syiah adalah Sy. Ali bin Abi Thalib. Pada Kata Pengantar yang ditulis oleh pengarang buku KECUALI ALI, disebutkan sebagai berikut : Ø Diriwayatkan juga bahwa alam diciptakan setelah penciptaan Empat Belas Manusia Suci as. (ket: maksudnya empat belas manusia suci adalah para imam Syiah). Dalam riwayat lain diberitakan bahwa para malaikat diciptakan dari cahaya Ali as. (Hal. 28) Ket : Dalam ajaran agama Islam, belum pernah ada satu ayat maupun hadits pun yang mengatakan bahwa para malaikat itu diciptakan dari cahaya Sy. Ali bin Abi Thalib sa. Setinggi apapun derajat Sy. Ali bin Abi Thalib, beliau hanyalah saudara sesupu/misan dan menantu dari seorang Nabi akhir zaman, Nabi yang diturunkan Alquran Firman Allah kepadanya, Nabi yang ketinggian derajatnya di hadapan Allah tidak ada satupun makhluq yang dapat menyamainya, beliau adalah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Sy. Ali bin Abi Thalib tidak akan mendapatkan kemulaian sedikitpun jika bukan karena beliau menjadi umat Nabi Muhammad SAW, yang sekaligus dinisbatkan sebagai Ahlul baitnya Nabi SAW, dikarenakan tali persaudaraan beliau adalah sebagai saudara sepupu/misan dan menantu Nabi Muhammad SAW. Yang dikemudian hari Sy, Ali ini diberi amanat oleh umat Islam sebagai khalifah ke empat, yaitu sebagai pengganti kepemimpinan di kalangan umat Islam, pasca wafatnya Nabi Muhammad, Sy.Abu Bakar, Sy. Umar, dan Sy. Utsman. Dalam ajaran agama Islam, bahwa kelompok manusia yang ma’shum (mendapatkan penjagaan dan keistimewaan khusus dari Allah) hanyalah para Nabi, sedangkan Nabi Muhammad SAW adalah penutup para Nabi atau Nabi yang terakhir, dan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Sy. Ali bin Abi Thalib bukanlah seorang Nabi, beliau adalah manusia biasa, namun mendapatkan kemuliaan karena sebagai keluarga Nabi SAW dan menjabat sebagai khalifah ke empat dalam sejarah Islam. Adalah suatu hal yang sangat mustahil jika para malaikat itu diciptakan dari cahaya sy. Ali bin Abi Thalib yang bukan seorang Nabi itu. Sedangkan para malaikat itu diciptakan sebelum diciptakanya umat manusia. Allah berfirman yang artinya : (Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpankan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui). QS. Albaqarah. 30. Sebagai umat Islam, kita tetap wajib menghormati dan mencintai Sy. Ali bin Abi Thalib ra, karena beliau adalah termasuk Ahlul baitnya Nabi SAW, sebagai shahabatnya Nabi SAW, sebagai khalifahnya Nabi SAW, dan beliau termasuk ulamanya kaum muslimin, serta tokoh Islam yang susah dicari bandingannya di jaman sekarang. Namun kita tidak akan mengkultuskan Sy. Ali bin Abi Thalib ra seperti yang dilakukan oleh kaum Syiah Imamiyah - Iran. Pengkultusan yang dilakukan kaum Syiah terhadap Sy. Ali ini jelas-jelas diharamkan oleh agama Islam, bahkan pengkultusan kaum Syiah terhadap Sy. Ali ini sudah sampai pada batas syirik dan kufur. Selengkapnya...

Read More...

ST. AISYAH, ISTRI TERCINTA NABI SAW

Kehormatan St. Aisyah sebagai istri Nabi SAW telah dicatat Alquran: Waazwajuhu ummahatuhum (dan para istri Nabi SAW itu adalah ibundanya umat Islam). St. Aisyah adalah satu-satunya wanita jenius yang dipilih oleh Nabi SAW untuk dijadikan istri. Sekalipun sebagai ibu rumah tangga, yang setiap saat harus siap melayani kebutuhan Nabi SAW saat diperlukan, St. Aisyah masih menyempatkan diri memperdalam ilmu hadits, hingga St. Aisyah mampu menghafalkan sabda Nabi SAW lebih dari 2.200 hadits nabawi. Bahkan hampir seluruh hukum yang berkaitan dengan syariat kewanitaan bagi para muslimat di dunia ini, adalah berasal dari riwayat St. Aisyah. Luthfi Bashori Kehormatan St. Aisyah bukan hanya dimuliakan oleh umat Islam penduduk bumi saja, bahkan penduduk langit pun sangat memuliakan ibunda umat Islam ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi SAW: Wahai Aisyah, ini Jibril mengucapkan salam kepadamu ! St. Aisyah menjawab : Alaihis salam warahmatullahi wabarakatuh..! Suatu saat seorang wanita bertanya kepada Nabi SAW : Bagaimana caranya bersesuci dari haid ? Nabi SAW menjawab : Ambillah segumpal kain yang harum dan bersihkan darahnya..! Kerena wanita itu belum paham, maka Nabi SAW mengajari St. Aisyah dengan detail, lantas St. Aisyah menerangkannya kepada wanita itu hingga mengerti. Maka hingga saat ini para wanita muslimah di seluruh dunia, juga mempraktekkan ajaran St. Aisyah yang berasal dari Nabi SAW. tentang tata cara membersihkan darah haid Adapun, yang berkaitan dengan keharmonisan rumah tangga Nabi SAW, suatu saat St. Aisyah ditanya: Siapa orang yang paling dicintai oleh Nabi SAW ? St. Aisyah menjawab: Fathimah .. ! Kemudian dari kalangan lelaki siapa ? St. Aisyah menjawab : Suaminya (Sy. Ali), ia adalah lelaki yang tekun berpuasa dan shalat ! Demikianlah kemesraan hubungan antara St. Aisyah, St. Fathimah dan Sy. Ali, yang mana ketiganya sama-sama keluarga yang hidup dalam naungan dan bimbingan Nabi SAW, mereka saling menghargai antara satu dengan lainnya. Karena sangat besarnya peran St. Aisyah dalam melestarikan ajaran Nabi SAW, maka kaum kafir orientalis sangat membenci St. Aisyah dan mereka berusaha keras agar umat Islam ikut membenci dan menjatuhkan martabat dan kehormatan serta kredibilitas St. Aisyah. Tujuan utamanya agar semua hadits yang diriwayatkan oleh St. Aisyah yang mencakup hampir 1/4 syariat Islam, dibuang oleh umat Islam. Sejalan dengan kaum kafir orientalis yang setiap saat terus bekerja untukl menghancurkan Islam, adalah aliran Syiah Khomeiniyah Iraniyah Itsnaasyariah. Coba tengok, seorang penganut Syiah Khomeniyah, yaitu Ali bin Umar Alhabsyi alumni Pesantren YAPI Bangil, dengan terang-terangan mengikuti langkah kaum kafir orientalis dalam menghujat St. Aisyah, istri Nabi SAW yang tercinta itu. Hujatan Ali bin Umar ini tercantum dalam buku karangannya yang berjudul: KELUARGA SUCI NABI SAW. Untuk kepentingan itu, Ali bin Umar membuat hadits-hadits palsu yang isinya memojokkan St. Aisyah dan St. Hafshah, dua orang istri Nabi SAW, yang termasuk ummahatul mukminin / ibundanya umat Islam. Ali bin Umar mengatakan : Jika kalian berdua (Aisyah dan Hafshah) bertobat kepada Allah dari apa yang kalian lakukan yang bertentangan dengan sopan santun dalam bersikap kepada Nabi, dalam lingkup tanggung jawab keluarga, maka sesungguhnya telah tetap pada kalian sebab yang mengharuskan kalian bertobat, yaitu kecenderungan hati kalian kepada KEBATILAN dan KELUAR dari garis ISTIQAMAH KEPATUHAN dan KETAATAN kepada Nabi SAW. Mereka berdua (Aisyah dan Hafshah) telah melakukan tindakan yang mengganggu Nabi SAW dan bersekongkol menyakiti Beliau SAW. Tindakan seperti itu tergolong dosa besar yang menyebabkan kutukan dan siksa Allah di akherat. Oleh karnanya mereka harus bertobat. (halaman 163). Haruskah seorang lelaki seperti Ali bin Umar penganut Syiah Khomeiniyah, menciptakan berita INFOTAIMENT NEGATIF dan KEBOHONGAN terhadap para istri Nabi SAW, yang mana mereka berdua adalah termasuk ibunda bagi umat Islam yang sangat suci dan wajib dihormati oleh setiap pribadi muslim. Apalagi jika FITNAH dan GHIBAH itu dikhususkan kepada St. Aisyah penghafal lebih dari 2.200 hadits Nabi SAW. Barangkali saja Ali bin Umar Alhabsyi yang hidup di jaman sekarang dan yang sangat jauh dari bimbingan Nabi SAW, serta hidup di jaman yang mana kemaksiatan sudah mewabah di hampir menyeluruh pada sendi kehidupan manusia, Ali bin Umar merasa dirinya lebih suci dibanding St. Aisyah, istri Nabi SAW yang paling dekat hubungannya dengan Nabi SAW dan yang paling dicintai oleh beliau SAW, sehingga Nabi SAW merasa perlu jika memanggil St. Aisyah dengan panggilan kasih sayang : Ya humaira (Wahai `istri` yang pipinya kemerah-merahan) ! Inilah salah satu bukti bahwa kaum Syiah Imamiyah Khomeiniyah pastilah sama motivasinya dengan kaum kafir orientalis, yaitu : BERLOMBA-LOMBA MENGHANCURKAN ISLAM. Selengkapnya...

Read More...