tag:blogger.com,1999:blog-82105635171265593582024-03-13T14:29:56.874+08:00BA'ALWY BLOGhamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.comBlogger264125tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-16620806906854020832013-04-27T15:41:00.002+08:002013-04-27T15:41:49.963+08:00GEJOLAK WAHHABI VS SYIAHLuthfi Bashori
Dua kelompok Wahhabi dan Syiah, keberadaannya saat ini di dunia masih minoritas, namun bukan berarti tidak berpengaruh. Kedua kelompok ini sangat agresif dalam merekrut anggota dan simpatisan dari umat Islam, sekalipun dengan segala macam cara tanpa harus melalui etika apapun.
Mau jujur, mau dusta, mau menipu, mau plagiat, mau money politics, bahkan mereka menghalalkan segala cara demi menempuh ambisinya menguasai seluruh umat Islam dunia. Dalam melancarkan misi, mereka tidak mengenal hukum, mau halal atau haram, mau sopan atau biadab, mau legal atau ilegal, maka metode apapun yang mereka lakukan dianggap sah-sah saja dan tidak menjadi masalah, yang penting dapat menambah anggota dan simpatisan sebanyak-banyaknya.
<span class="fullpost">
Kini, baik Wahhabi maupun Syiah, keduanya tengah gencar memposisikan diri untuk saling berhadap-hadapan, saling beradu dan saling berlawanan (musuh abadi) antar mereka berdua di hadapan public, dengan slogan-slogan kebohongan seakan-akan ingin menyelamatkan umat Islam dari kesalahan beragama menurut versi mereka. Khususnya dalam upaya mengembangkan propaganda ajaran-ajaran sesatnya, hingga tak jarang di antara keduanya terjadi adu argumen, saling mencaci, saling mengkafirkan, bahkan gesekan fisik hingga upaya pembunuhan dan pengeboman pun terjadi di antara mereka.
Untuk sekedar diingat, konon di era tahun ’80-an, terjadi pengeboman di dalam bis Pemudi serta candi Borobudur yang dilakukan oleh kelompok Syiah. Sedangkan menurut berita, meletusnya bom akhir-akhir ini di beberapa tempat, banyak dilakukan oleh kelompok Wahhabi ekstrimis.
Di luar negeri, antara kelompok Wahhabi versus kelompok Syiah seringkali saling menfitnah, membunuh, mengebom dan segala macam bentuk perselisihan di antara mereka. Jadi bukan sekedar perang ideologi saja yang mereka lancarkan, namun perang fisik pun sudah mereka kumandangkan dalam membangkitkan nafsu angkara, dalam rangka yufsiduuna fir ardli fasaadan (melakukan kerusakan di muka bumi).
Kekejaman dua kelompok ini sering berimbas terhadap siapa saja yang dianggap sebagai lawannya atau penghalang, khususnya warga Ahlus Sunnah wal Jamaah. Terutama di saat kedua kelompok ini sudah dapat menguasai sebuah wilayah yang mereka anggap strategis untuk menyebarkan kesesatan-kesesatan ajarannya.
Adapun dalam adu propaganda dan perebutan simpati dari masyarakat, banyak trik-trik khusus yang mereka lakukan, antara lain dengan cara membagi-bagikan buku serta mengadakan cerama-ceramah agama yang sifatnya dingin, bahkan terasa kondusif untuk segala lapisan, agar mendapat simpatik dari masyarakat.
Namun di balik itu semua, mereka mempunyai misi-misi tertentu yang sesungguhnya sangat kejam dan mengkhawatirkan. Pembunuhan karakter pun sudah mereka lakukan yang tanpa disadari oleh kalangan awam. Ironisnya yang dijadikan sasaran tembak dalam mengusung misi utama kelompok Wahhabi dan Syiah adalah warga Ahlus Sunnah wal Jamaah, khususnya dari kalangan awam agama.
Kedua kelompok ini sama-sama berani memberikan iming-iming dana yang menggiurkan, iming-iming berbagai fasilitas, bea siswa bagi para pelajar, hingga iming-iming kedudukan yang strategis bagi siapa saja yang pro terhadap program-programnya, tentunya di samping iming-iming kemurnian aqidah dan jaminan-jaminan masuk sorga.
Wahhabi adalah kelompok yang berafiliasi pemahamannya kepada tokoh-tokoh pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab dari bangsa Najed Saudi Arabiah, seperti Bin Baz, Bin Shaleh, Utsaimin, Bin Mani`, Shaleh Fauzan dan sebagainya. Umumnya mereka selalu mengklaim diri sebagai golongan Salafi (penerus ulama Salaf), sekalipun ajaran mereka sangat berlawanan dengan pemahaman para Salaf Ahlus Sunnah wal Jamaah itu sendiri.
Sedangkan Syiah (dalam hal ini Syiah Imamiyah yang masuk Indonesia) adalah kelompok yang berafiliasi pemahamannya kepada tokoh-tokoh Persi Iran terutama tokoh spiritualnya adalah Khomeini. Mereka selalu mengklaim diri sebagai madzhab Ahlul Bait, sekalipun ajaran-ajarannya sangat bertentangan dengan ajaran ulama Salaf khususnya dari kalangan Ahlul Bait-nya Nabi SAW itu sendiri.
Ironisnya, masyarakat awam seringkali tidak menyadari, bahkan program utama kelompok Wahhabi dan Syiah, adalah bagaimanapun caranya agar kedua kelompok ini dapat mengeluarkan umat Islam Indonesia dari ajaran Islam yang masih asli dan murni sebagai madzhab yang dianut oleh warga Indonesia, yaitu madzhab Sunni Syafi`i, aqidah warisan yang diajarkan oleh para Walisongo sebagai penyebar agama Islam pertama kali kepada nenek moyang bangsa Indonesia.
Ajaran para Walisongo ini sudah teruji ketegarannya, sejak masa pra penjajahan Belanda dan Jepang hingga masa kemerdekaan Republik Indonesia, yang mana mayoritas masyarakat Indonesia masih berpegang teguh dengan ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan oleh para Walisongo, bahkan hingga saat ini pun jika dihitung-hitung jumlah penghuni planet bumi yang beragama Islam terbesar, adalah kaum muslimin bangsa Indonesia yang masih istiqamah melestarikan ajaran para Walisongo.
Yang jelas agama Islam yang dianut mayoritas bangsa Indonesia adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan mengikuti fiqih madzhab Syafi`i, bukan ajaran Wahhabi dan bukan ajaran Syiah, alias bukan ajaran kedua pendatang baru itu. Karena itu ajaran kedua kelompok sesat ini tidak cocok dan sangat berseberangan dengan norma-norma kesopanan bangsa Indonesia yang terkenal dengan adat ketimurannya.
Salah satu ajaran Wahhabi, adalah sangat gemar mengkafirkan dan menuduh syirik terhadap orang-orang yang ahli ziarah ke makam kuburan kerabatnya maupun makam kuburan orang-orang shalih, padahal amalan ini termasuk ajaran dasar dari para Walisongo yang sudah mentradisi dan mendarah daging bagi bangsa Indonesia, khususnya di saat datang Hari Raya Idul Fitri, karena ajaran ziarah ke makam kuburan itu hakikatnya berdasarkan perintah Nabi SAW: Dulu aku pernah melarang kalian berziarah makam kuburan, maka berziaralah sekarang ke makam kuburan karena dapat mengingatkan akhirat kalian. (HR. Muslim).
Salah satu ajaran Syiah Iran, adalah sangat gemar mencaci-maki dan mengkafirkan para shahabat Nabi SAW serta mengkafirkan istri-istri Nabi SAW khususnya Sayyidatina `Aisyah RA, serta mengkafirkan para ulama Salaf Ahlussunnah wal Jamaah. Padahal, istri-istri dan para shahabat Nabi SAW serta para ulama itu termasuk para panutan dan idola kaum muslimin bangsa Indonesia yang sangat dihormati dan dimuliakan.
Keberpihakan umat Islam Indonesia ini terbukti banyaknya nama umat Islam Indonesia yang sengaja diadopsi dari nama-nama para istri maupun para shahabat Nabi SAW serta nama-nama para ulam Salaf, tentunya sebagai bentuk tabarrukan, serta bukti cinta umat kepada para istri Nabi SAW dan para shahabat serta para ulama Salaf Ahlus sunnah wal Jamaah, dan hal semacam ini sudah mendarah daging bagi bangsa Indonesia.
Karena itu, ajaran kedua kelompok minoritas baik Wahhabi maupun Syiah besutan tokoh-tokoh Najed Saudi Arabiah dan besutan tokoh-tokoh Persi Iran ini sangat tidak cocok dengan kultur bangsa Indonesia. Maka umat Islam Indonesia harus berani mengusir para missionaris dari kedua kelompok Wahhabi dan Syiah ini dari daerah-daerah yang dijadikan sasaran tembak dalam propaganda ajaran sesat mereka.
Sebagian ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah mengistilahkan, bahwa Wahhabi dan Syiah ibarat: Ba`ratun tuqsamu qismain (ibarat kotoran sapi dibelah dua), yaitu sama-sama kotornya.
Bukti keserupaan dan kesamaan antara ajaran Wahhabi dan Syiah adalah dalam masalah Tajsim. Arti Tajsim yaitu adanya penisbatan jasmani kepada Dzat Allah, alias Allah itu diyakini memiliki bentuk tubuh selayaknya manusia (makhluk).
Menurut Wahhabi, Allah itu bertempat di langit, Allah juga naik turun di langit dengan kaki-Nya dari satu tingkat ke tingkat lainnya, seperti layaknya manusia bertempat di bumi dan dapat naik turun dari tempat ketinggian ke tempat yang lebih rendah, semisal naik turun di tangga dengan menggunakan kakinya. Dalam keyakinan Wahhabi, bahwa Allah itu memiliki mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh seperti anggota tubuh manusia.
Seorang tokoh Wahhabi Mujassimah (penisbat jasmani kepada Dzat Allah) bernama Addarimi Alwahhabi, (ket: Addarimi Alwahhabi bukanlah Imam Addarimi ahli hadits), dia mengatakan:
1. Para musuh kita (yaitu Ahlussunnah wal Jamaah) berkeyakinan, bahwa Allah itu tidak memiliki bentuk, tidak memiliki sisi penghabisan dan batasan. (Kitab Annaqdl, 23). Pernyataan ini memberi arti jika Addarimi itu meyakini, bahwa Allah itu memiliki bentuk tubuh seperti layaknya makhluk, dengan memiliki batasan berapa tingginya, gemuk dan kurusnya, seperti pernyataannya sbb:
2. Sesungguhnya Allah benar-benar duduk di atas kursi, dan tidak tersisi (kosong) dari kursinya itu kecuali seukuran empat jari saja. (Kitab Annaqdl, 74).
3. Allah berada jauh dari makhluk-Nya. Dia berada di atas Arsy, dengan jarak antara Arsy tersebut dengan langit yang tujuh lapis, seperti jarak Dia sendiri dengan para makhluk-Nya yang berada di bumi. (Kitab Annaqdl, 79).
4. Jika Allah tidak memiliki dua tangan seperti yang engkau yakini, padahal dengan kedua tangan-Nya, Dia telah menciptakan Adam dengan jalan menyentuhnya, maka berarti tidak boleh dikatakan bagi Allah, biyadikal khair (pada tangan-Mu seluruh kebaikan). (Kitab Annaqdl, 29).
Dengan asumsi Wahhabi ini, maka dalam memahami ayat “Kullu syai-in haalikun illa wajhahu”, yang selama ini menurut pemahaman umat Islam adalah: “Segala sesuatu itu akan rusak (di hari Kiamat) kecuali Dzat Allah”, sedangkan menurut pemahaman Wahhabi akan terjerumus pada kesesatan arti: Segala sesuatu itu akan rusak kecuali wajah-Nya (Allah) saja.
Lantas bagaimana dengan mata Allah, tangan Allah, kaki Allah dan seluruh anggota tubuh Allah selain wajah-Nya, apakah semua itu akan rusak? Di sinilah bukti kesesatan pemahaman Tajsimnya kaum Wahhabi yang bertentangan dengan aqidah umat Islam.
Sedangkan ajaran Syiah Indonesia pun meyakini Tajsim pada Dzat Allah, sebagaimana yang tertera pada buku KECUALI ALI, karangan Abbas Rais Kermani yang diterbitkan oleh Penerbit Alhuda Jakarta, pada halaman 22, saat Syiah mengklaim pembicaraan Imam Ja’far Shadiq, tatkala ditanya tentang arti ayat “Kullu syai-in haalikun illa wajhahu”, maka Imam Ja’far Shadiq menjawab: Segala sesuatu itu akan rusak kecuali WAJAH Allah, dan Wajah Allah itu adalah Ali bin Abi Thalib.
Nama buku ini diambil dari satu ayat Alquran, Kullu syai-in haalikun illaa wajhah, yang telah dirubah oleh kaum syiah menjadi: Kullu syai-in haalikun illaa Ali (Segala sesualtu itu akan rusak Kecuali Ali), lantas dipotong menjadi: KECUALI ALI, lantas dijadikan nama untuk buku karangan tokoh Syiah Imamiyah, Abbas Rais Kermani.
Jadi menurut keyakinan Syiah, bahwa Ali bin Abi Thalib adalah Dzat Allah dalam bentuk manusia. Di sinilah letak kesamaan antara aqidah Syiah dengan aqidah Wahhabi. Maka tidak salah jika dikatakan, antara Wahhabi dan Syiah itu ibarat kotoran sapi dibelah dua.
Bahkan aqidah Syiah ini juga sama dengan keyakinan kaum Nasrani yang mengatakan: Yesus adalah Tuhan dan Tuhan adalah Yesus. Kaum Syiah mengatakan : Ali adalah Allah dan Allah adalah Ali.
Tentu saja hakikat Imam Ja’far Shadiq sebagai Ahlul Bait Nabi SAW, seorang alim, suci nan bersih dari kesyirikan, tidak akan mengatakan keyakinan semacam itu. Maka hanya pengklaiman sesat para pengikut Syiah Indonesia saja yang menisbatkan keyakinan Tajsim terhadap Dzat Allah itu kepada Imam Ja’far Shadiq.
WASPADALAH !!!
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-88606455817775636882013-04-27T15:40:00.003+08:002013-04-27T15:40:53.569+08:00TV RODJA, BID`AH-NYA KAUM WAHHABILuthfi Bashori.
Melihat TV adalah tergolong amalan bid`ah, dalam pengertian karena tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW dan para salaf. Namun, kali ini kaum Wahhabi yang selalu mempromosikan diri sebagai kelompok anti bid`ah, justru terjebak oleh perbuatan bid`ah menurut definisi mereka sendiri, karena banyaknya keterlibatan tokoh-tokoh Wahhabi Indonesia dalam memunculkan amalan bid`ah dengan mengudaranya TV Rodja.
Acara-acara yang ditayangkan oleh TV Rodja, memang tampaknya menyerupai pengajian dan majelis ta`lim mencari ilmu agama, namun hakikatnya jika diteliti, adalah upaya kaum Wahhabi dalam menyesatkan aqidah umat Islam Indonesia.
Bagaimana tidak, warga mayoritas umat Islam Indonesia adalah penganut Ahlussunnah wal Jamaah bermadzhab Syafi`i, sedangkan isi acara yang ditayangkan TV Rodja adalah murni ajaran Wahhabi penganut Muhammad bin Abdul Wahhab Annajdi.
<span class="fullpost">
Padahal, kauml Wahhabi itu termasuk sekte sesat Mujassimah. Coba tengok salah satu keyakinan tokoh Wahhabi, yaitu Addarimi Alwahhabi (ini bukan nama Imam Addarimi ulama Sunni Ahli hadits). Addarimi Alwahhabi menulis buku tentang sifat Allah dengan menyebutkan:
ALLAH TURUN DARI ARSY MENUJU KE KURSI-NYA.
(kitab Annaqdl, halaman 73, terbitan Darul Kutub Al-ilmiyah yang dita`liq oleh Muhammad Hamid Alfaqiy). Pernyataan Addarimi Alwahhabi ini jelas-jelas menisbatkan kepemilikan jasmani yang dilakukan oleh pentolan Wahhabi terhadap Dzat Allah.
Addarimi Alwahhabi menggambarkan, bahwa Arys-nya Allah itu berada di satu tempat, sedangkan kursi-nya Allah itu berada di tempat yang letaknya lebih rendah daripada Arsy. Lantas Allah yang di dalam firman-Nya menyatakan Arrahmaanu `alal `arsyis tawaa, diterjemahkan oleh kaum Wahhabi sbb: Allah itu duduk di atas Asry. Kemudian digambarkan oleh Addarimi Alwahhabi, bahwa terkadang Allah itu turun dari Arsy-Nya menuju Kursi-Nya yang berada di langit lebih rendah. Karena sudah dimaklumi bahwa Allah menciptakan langit itu berlapis hingga tujuh tingkat.
Inti dari ajaran Aqidah Wahhabi adalah, mereka meyakini bahwa Allah versi Wahhabi itu memiliki bentuk tubuh, dan saat ini Allah sedang berada di langit. Terkadang Allah duduk-duduk di-Arsy-Nya, namun tak jarang Allah ingin jalan-jalan turun menuju ke langit yang tingkatnya lebih rendah, karena Allah akan menikmati suasana istirahat duduk-duduk di kursi-Nya.
Lantas apa bedanya aqidah Wahhabiyah ini dengan keyakinan para penyembah berhala-berhala. Tuhan-tuhan berhala itu sengaja dibuat oleh tangan mereka dalam bentuk patung yang memiliki bentuk jasmani. Mereka berasumsi bahwa dengan tampaknya bentuk tuhan di depan mata, maka lebih memudahkan mereka untuk menyembah dan mengingtnya, lantaran sudah ketemu bentuk tubuh tuhannya itu.
Demikianlah gambaran aqidah asli pengelola TV Rodja yang diperkenalkan kaum Wahhabi untuk diikuti oleh kaum awam, dengan tujuan agar kaum awam dapat mengenal tuhan-nya kaum Wahhabi yang mempunyai bentuk tubuh seperti berhala.
Hal yang tak kalah penting untuk diwaspadai oleh umat Islam juga, adalah TV INSAN, SUNNAH TV, AHSAN TV, TV WESAL, serta tayangan Trans 7 yang ikut-ikutan menyiarkan dakwah sesat ala Wahhabiyah ini lewat tayangan KHAZANAH, maka hendaklah umat Islam membaikot TV Trans 7 dengan tidak menontonnya.
Stop, mulai sekarang dan seterusnya, hendaklah umat Islam tidak menonton TV Rodja, TV Insan, TV Wesal, SUNNAH TV, AHSAN TV, dan Trans 7 ... !!
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-48818389668500226642013-04-27T15:40:00.000+08:002013-04-27T15:40:14.886+08:00SAYYIDAH AISYAH ADALAH WANITA SUCILuthfi Bashori
Saat ini para pengikut Syiah Imamiyah Khomeiniyah sangat gencar menuduh Sayyidah Aisyah istri tercinta Nabi SAW sebagai seorang perlacur, baik diutarakan lewat lisan mereka, maupun lewat tulisan, bahkan ada di antara mereka yang berani mengkafirkan Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar yang telah diperistri oleh Nabi SAW tersebut.
Perilaku kaum Syiah ini hakikatnya tiada lain karena mereka melestarikan tuduhan kaum munafiq terhadap Sayyidah Aisyah yang konon dilakukan di jaman hidup Nabi SAW. Tentu saja perilaku nista ini sangat menjengkelkan hati Nabi SAW, bahkan mendatangkan kemurkaan Allah.
Coba tengok surat Annur yang secara lengkap yang menceritakan kedustaan para penuduh dari kalangan kaum munafiq yang konon dipimpin oleh Abdullah bin Salul.
<span class="fullpost">
Arti ayat :
11. Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kalian juga. Janganlah kalian kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kalian, bahkan ia adalah baik bagi kalian. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.
(Berita bohong ini mengenai istri Rasulullah SAW, Aisyah r.a. Ummul Mu’minin. Setelah perang dengan Bani Mushthaliq bulan Sya’ban tahun 5 H. Peperangan itu diikuti oleh kaum munafiq, dan turut pula ‘Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau.
Dalam perjalanan, mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suaatu tempat. Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba beliau merasa kalungnya hilang, lalu beliau pergi lagi mencarinya.
Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa Aisyah masih ada dalam sekedup (group kereta tandu). Setelah Aisyah mengetahui sekedupnya sudah berangkat beliau duduk di tempatnya dan mengharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya.
Kebetulan, lewat di tempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan ibnu Mu’aththal, yang menemukan seseorang sedang tidur sendirian dan dia terkejut seraya mengucapkan: “ Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, ini istri Rasul!” Aisyah pun terbangun.
Lalu beliau dipersilahkan oleh Shafwan untuk mengendarai untanya. Shafwan bergegas menuntun untanya sampai mendapati dan bergabung lagi dengan rombongan pasukan Islam. Namun, orang-orang yang melihat mereka berdua membicarakannya menurut persepsi masing-masing. Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik membesar-besarkannya, maka fitnahan atas Aisyah itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin).
12. Mengapa di waktu kalian mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.”
13. Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.
14. Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian semua di dunia dan di akhirat, niscaya kalian ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kalian tentang berita bohong itu.
15. (Ingatlah) di waktu kalian menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kalian katakan dengan mulut kalian apa yang tidak kalian ketahui sedikit juga, dan kalian menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
16. Dan mengapa kalian tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.”
17. Allah memperingatkan kalian agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kalian orang-orang yang beriman,
18. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
19. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui.
20. Dan sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kalian akan ditimpa azab yang besar).
Ayat-ayat di atas adalah pembelaan Allah secara langsung terhadap Sayyidah Aisyah istri tercinta Nabi Muhammad SAW baik di dunia maupun di akhirat, serta pembersihan diri beliau dari tuduhan dusta kaum munafiq dan kaum Syiah, lantas masih adakan orang Islam yang mempercayai ajaran Syiah Imamiyah Khomeiniyah kalau bukan karena kebodohan semata?
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-78011353026607367502013-04-27T15:38:00.002+08:002013-04-27T15:38:08.205+08:00SEPULUH ORANG YANG PASTI MASUK SORGALuthfi Bashori
Dalam bahasa Hadits Nabi SAW, diistilahkan dengan Al-asyratul mubasysyarun bil jannah, artinya sepuluh orang yang diberitakan gembira (dijamin) akan dimasukkan sorga. Sedangkan dalam pemberitaan Nabi SAW ini disebutkan nama-nama mereka yang disampaikan dalam satu hadits secara runtut, yaitu :
1. Sy. Abu Bakar Asshiddiq. Nama asli beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah, shahabat Nabi SAW di dalam goa Tsuur saat perjalanan hijrah ke kota Madinah. Khalifah yang dijuluki oleh Nabi SAW sebagai Asshiddiq (yang sangat percaya dan terpercaya), dan beliau adalah orang Islam yang paling dicintai oleh Nabi SAW.
2. Sy. Umar bin Khatthab. Beliau mendapat julukan Alfaaruq (Pembeda antara yang hak dan yang batil). Allah juga meninggikan agama Islam antara lain dengan perantara Sy. Umar. Beliau diberi kekhususan oleh Allah menjadi figur yang penuh kebaikan dan handal dalam beragama, serta mendapatkan ilham yang menyebabkan lisannya selalu berkata yang benar.
<span class="fullpost">
3. Sy. Utsman bin Affan. Beliau mendapatklan julukan Dzun Nurain (yang mempunyai dua cahaya), karena menikahi dua orang putri Nabi SAW secara runtut. Yang mana tatkala istri pertamanya wafat maka beliau menikahi istri kedua yang tiada lain adalah saudara kandung dari istri pertamanya. Sedangkan baik istri pertama maupun istri keduanya itu adalah putri kandung Nabi SAW.
4. Sy. Ali bin Abi Thalib. Beliau mendapat julukan Saifullah Alghalib (pedang Allah yang selalu menang). Beliau adalah orang yang dibangkitkan di hari Qiamat sebagai orang yang pertama kali membunuh musuh Islam dalam peperangan. Beliau adalah Babu madinatil ilmi (pintu kotanya ilmu).
5. Sy. Abdurrahman bin Auf. Beliau termasuk dari delapan orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga termasuk dari enam orang yang diangkat sebagai Ahlul halli wal aqdi (Dewan Syura) di kalangan para shahabat dan pemerintahan. Beliau pernah menjadi imam shalat sedang Rasulullah SAW menjadi makmum masbuk (terlambat) satu rakaat dalam peristiwa perang Tabuk.
6. Sy. Thalhah bin Ubaidillah. Beliau juga termasuk dari delapan orang yang pertama kali masuk Islam dan termasuk dari enam orang yang diangkat sebagai Ahlul halli wal aqdi (Dewan Syura) di kalangan para shahabat dan pemerintahan. Beliau mendapat julukan Thalhatul khair (Thalhah yang baik) dan Thalhatul juud (Thalhah yang dermawan).
7. Sy. Sa’d bin Abi Waqqas. Beliau juga termasuk dari enam orang yang diangkat sebagai Ahlul halli wal aqdi (Dewan Syura) di kalangan para shahabat dan pemerintahan. Beliau adalah orang yang pertama kali melesakkan anak panah dalam perang membela Nabi SAW, dan yang pertama kali mengucurkan darah musuh Islam dalam peperangan .
8. Sy. Said bin Zaid bin Amr bin Nufail Alqurasyi. Beliau termasuk salah satu dari sepuluh orang yang dijamin masuk sorga.
9. Sy. Abu Ubaidah bin Aljarrah. Nama aslinya adalah Amir bin Abdullah bin Aljarrah. Beliau mendapat julukan Amiinu haadizil ummah (Kepercayaan umat Islam). Beliau dua kali berhijrah, ke negeri Habasyah dan ke kota Madinah.
10. Azzubair bin Al-awwam. Beliau adalah termasuk Hawari (orang-orang dekat/dalam)-nya Rasulullah, dan ajudan setia beliau SAW.
Sepuluh orang inilah yang dijamin masuk sorga sesuai sabda Nabi SAW. Maka siapa saja yang mengingkari keistimewaan mereka, berarti telah mengingkari sabda Nabi SAW. Barang siapa yang mengingkari sabda Nabi SAW, maka dia bukan termasuk umat Islam.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-61022845962603543942013-04-27T15:36:00.002+08:002013-04-27T15:36:16.074+08:00SYEIKH IBNU HAZAM ADH-DHAHIRI MENYIKAPI SYIAHLuthfi Bashori
Di dalam kitab Almilal wan nihal yang dikarang oleh Al-Imam Syahrastani (wafat 548 H, dalam usia 70 tahun) disebutkan tentang bagaimana pandangan ilmiah Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri dalam menyikapi ajaran Syiah Imamiyah (yang sekarang, sekte ini berusaha dikembangkan di Indonesia oleh para alumni Iran).
Bermula di saat kaum Nasrani menuduh, bahwa umat Islam juga telah merubah ayat-ayat kitab suci Alquran, maka Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri menjawab tuduhan kaum Nasrani itu sebagai berikut:
Tuduhan mereka, yakni kaum Nasrani, yang mengatakan bahwa golongan Islam Syiah juga merubah kitab suci Alquran, maka kami jawab : Sesungguhnya golongan Rafidhah (Syiah Imamiyah) ini bukanlah bagian kaum muslimin.
<span class="fullpost">
Karena golongan Syiah Imamiyah ini muncul pertama kali setelah dua puluh lima tahun dari wafatnya Rasulullah SAW. Syiah Rafidhah ini adalah golongan yang mengikuti langkah-langkah Yahudi dan Nasrani dalam melakukan kebohongan dan kekafiran. (Almilal wan nihal, 2/65).
Ternyata pandangan ulama terdahulu pun tidak berbeda dalam menilai kesesatan sekte Syiah Imamiyah ini dengan pendapat ulama pakar aqidah dewasa ini dalam menerangankan perbedaan prinsip ajaran agama Syiah dengan ajaran agama Islam.
Para pakar ulama Ahlus sunnah wal jamaah juga menghukumi kaum Syiah Imamiyah sebagai golongan di luar Islam, pandangan ini sama halnya terhadap kaum Ahmadiyah yang juga dihukumi termasuk agama lain di luar Islam.
Coba perhatikan kelanjutan pandangan Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri:
Salah satu pendapat golongan Syiah Imamiyah, baik yang terdahulu maupun yang sekarang, ialah mereka meyakini bahwa Alquran itu sesungguhnya telah diubah. Sedangkan orang yang mengatakan bahwa Alquran itu itu telah berubah, maka ia benar-benar kafir dan mendustakan Rasulullah SAW. (Almilal wan nihal, 4/139).
Pernyataan Syeikh Ibnu Hazam Adh-dhahiri ini sangat jelas dan tegas, karena beliau adalah seorang yang benar-benar alim dan benar-benar menguasai ilmu agama Islam khususnya dalam bidang aqidah dengan baik dan benar.
Kenyataan ini sangat kontras dengan pandangan tokoh-tokoh Indonesia yang kini sering tampil di depan publik dengan mengatasnamakan Islam, namun mereka mati-matian membela kepentingan Syiah Imamiyah di Indonesia bahkan berani menyatakan bahwa Syiah Imamiyah itu masih tergolong Islam.
Pernyataan tokoh-tokoh semacam ini jelas-jelas menandakan kedangkalan ilmu agama mereka semata. Repotnya, mereka sudah terlanjur dianggap sebagai tokoh Islam oleh masyarakat awwam, bahkan secara terang-terangan tokoh-tokoh publik semacam ini berani membela ajaran sesat Syiah Imamiyah itu tanpa rasa takut sedikit pun kepada Allah.
Di Indonesia ini memang aneh, seringkali terjadi, ada seseorang yang tiba-tiba mendapat gelar sebagai ulama, sekalipun dirinya sama sekali tidak menguasai ilmu agama Islam. Sebut saja jika ada orang yang benar-benar menjadi aktifis di sebuah organisasi berlabel Islam, lantas karirnya menanjak karena keaktifannya dalam keorganisasian itu, sekalipun dirinya tidak pernah belajar ilmu agama, maka di saat namanya sering muncul di media massa atas nama organisasi Islam, masyarakat awwam akan menggolongkan orang semacam ini sebagai ulama. Entah itu dipanggil Kiai, Gus, atau Ustadz, maupun panggilan lainnya yang berkonotasi sebagai ulama.
Demikian juga jika ada pejabat pemerintah yang sering tampil di depan umum, lantas berbicara agama, sekalipun dirinya sama sekali tidak mengerti ilmu agama selain hanya kulitnya saja, maka kalangan awwam sering terpanah oleh ulasannya sekalipun bertentangan dengan kaedah agama. Sayangnya tak jarang pendapat si pejabat ini tetap dijadikan acuan oleh awwam, karena yang berbicara dianggap seorang tokoh Islam.
Termasuk juga pada umumnya, jika ada perkumpulan ulama dan umara dalam suatu acara bersama, maka orang semacam ini juga sering mendapat undangan dari pihak panitianya atas nama ulama.
Kemudian mulailah dirinya sering tampil di depan publik atas nama ulama, dan ironisnya banyak pendapatnya sekalipun berlawanan dengan ajaran syariat yang sebenarnya, akan dibenarkan oleh masyarakat awwam.
Termasuk jika suatu saat si tokoh Islam karbitan model begini, tiba-tiba tampil di depan publik membela kepentingan aliran sesat semacam ajaran sekte Syiah Imamiyah, maka tak jarang kaum awwam pun ikut terpengaruh oleh pandangan si tokoh karbitan ini dalam pembenarannya terhadap aliran sesat yang dibelanya.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-54576632571611425392013-04-27T15:35:00.001+08:002013-04-27T15:35:20.044+08:00SYIAH ADALAH ALIRAN SESAT MENURUT KRITERIA MUI PUSATLuthfi Bashori
Majlis Ulama Indonesia MUI Pusat pada tanggal 6 Nopember 2007, jam 21.23 WIB telah menetapkan sepuluh kriteria aliran sesat, sebagai berikut:
1. (*MENGINGKARI SALAH SATU RUKUN IMAN DAN RUKUN ISLAM*).
2. (*MEYAKINI ATAU MENGIKUTI AQIDAH YANG TIDAK SESUAI DENGAN DALIL SYAR`I DARI AL QUR`AN DAN AS SUNNAH*).
3. (*MEYAKINI TURUNNYA WAHYU SESUDAH AL QUR`AN*).
4. (*MENGINGKARI AUTENTISITAS DAN KEBENARAN AL QUR`AN*).
5. (*MENAFSIRKAN AL QUR`AN YANG TIDAK BERDASAR KAIDAH-KAIDAH TAFSIR*).
6. (*MENGINGKARI KEDUDUKAN HADITS NABI SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM*).
7. (*MENGHINA, MELECEHKAN DAN / ATAU MERENDAHKAN NABI DAN RASUL*).
8. (*MENGINGKARI NABI MUHAMMAD SAW. SEBAGAI NABI DAN RASUL TERAKHIR*).
9. (*MENGUBAH, MENAMBAH DAN MENGURANGI POKOK-POKOK IBADAH YANG TELAH DITETAPKAN SYARI`AT*).
10. (*MENGKAFIRKAN SESAMA MUSLIM TANPA DALIL SYAR`I*).
<span class="fullpost">
Beberapa kawan yang tergabung dalam musyawarah Hai’ah Ash Shofwah Al Malikiyah setelah mengkaji kitab-kitab rujukan aliran Syi’ah yang di antaranya: Al Kafi lil Kulaini, Man La Yadlurruhul Faqih lil Qummi, At Tahdzib lit Thusi, Al Istibshar lit Thusi, Al Wafi lil Kasyi, Wasa’ilus Syi’ah lil Kamili, Biharul Anwar lil Majlisi, Al ‘Awalim lil Bahrani, Mustadrakul Wasa’il lin Nuri, Fashlul Khitab Lini’matillah Al Jaza’iri dan Al Ihtijaj lit Thabrisi, serta temuan-temuan di lapangan - menilai bahwasanya aliran Syi’ah, sungguh telah memenuhi sepuluh kriteria ini, oleh karena itu kawan-kawan dari Hai’ah Ash Shofwah Al Malikiyah menyimpulkan dengan tegas bahwa aliran Syiah adalah aliran sesat dan menyesatkan dan tergolong menistai dan menodai Agama Islam.
Dari kriteria nomor 1, Bahwa aliran Syi’ah mengingkari Rukun Islam yang ditetapkan dengan dalil hadits-hadits Shahih, yang di antaranya:
روى البخاري ومسلم والترمذي والنسائي وأحمد في المسند عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ, شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
(Sabda Nabi SAW: Rukun Islam itu dibangun atas lima perkara, persaksian tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa Ramadhan).
Di dalam kitab Syi’ah Al Ushul Minal Kafi lil Kulaini (2/18) bab Da’aimul Islam Nomor Hadits (NH) 1:
روى الكليني بسنده عن أبي جعفر قال: بني الإسلام على خمس: على الصّلاة والزّكاة والصّوم والحجّ والولاية, ولم يناد بشيء كما نودي بالولاية
(Abu Jakfar berkata : Rukun Islam dibangun atas lima perkara, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, melaksanakan haji dan membangun kekuasaan, dan tidak ada yang paling ditekanan selain urusan kekuasaan)
Dari kriteria nomor 2, Bahwa Aliran Syi’ah telah mengikuti akidah yang tidak benar, dengan beri’tikad bahwa bagi manusia masih dapat membantah Allah kecuali setelah mengetahui Imamnya, dan walaupun setelah diutusnya Nabi dan Rasul, seperti dalam Al Ushul Minal Kafi lil Kulaini (1/177) bab Annal Hujjata La Taqumu Lillah ‘Ala Kholqihi Illa bil Imam NH 1:
عن داود الرقّي عن العبد الصالح عليه السلام قال: (إن الحجة لا تقوم لله على خلقه إلا بإمام حتى يُعرف
(Sesungguhnya umat manusia itu sedikitpun tidak dapat membantah penghakiman Allah kecuali dengan (pertolongan) imam (Syiah) yang diketahui / dimani)
Sementara dalam akidah Islam ditetapkan sebagaimana dalam QS. An Nisa’ 165:
رُسُلاً مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dari kriteria nomor 3, bahwa aliran Syi’ah telah meyakini turunnya wahyu kepada Sitti Fatimah Az Zahra’ setelah wafatnya Baginda Nabi, seperti disebutkan dalam Kitab Syi’ah Al Ushul Minal Kafi lil Kulaini (1/240) bab Dzikrus Shahifah NH 2:
إن الله تعالى لما قبض نبيه دخل على فاطمة عليها السلام من وفاته من الحزن ما لا يعلمه إلا الله عز وجل، فأرسل الله إليها ملكًا يُسَلِّيْ غَمَّهَا ويُحَدِّثَهَا, فشكت ذلك إلى أمير المؤمنين رضي الله عنه فقال: إذا أحسست بذلك، وسمعت الصوت قولي لي، فأعلمته بذلك، فجعل أمير المؤمنين رضي الله عنه يكتب كل ما سمع حتى أثبت من ذلك مصحفًا ... أما إنه ليس فيه شيء من الحلال والحرام ولكن فيه علم ما يكون.
(Sesungguhnya Allah tatkala mencabut nyawa Nabi SAW, (firman-Nya) turun menghibur Sitti Fatimah AS karena kecintaan-Nya demi menghilangkan kesediahannya yang tidak seorangpun tahu kecduali hanya Dia. Maka Allah mengutus seorang malaikat untuk menghibur kesedihannya, dan mengajaknya bercakap. Lantas beliau memberitahu Amirul mukminin (Sy. Ali, suaminya), dan dijawab: Jika engkau merasakan hal itu dan mendengarkan suaranya, maka panggillah aku. Lantas beliau (Sitti Fatimah) memberitahukan hal itu, maka Amirul mukminin (Sy. Ali) langsung menulis semua apa yang didengar (dari Sitti Fatimah) dan menetapkannya sebagai kitab suci (mushaf Fatimah), ketahuilah, bahwa di dalam (mushaf fatimah) ini tidak membahas hukum halal – haram, melainkan urusan alam (akherat) yang akan datang).
Dari kriteria nomor 4, Bahwa Aliran Syi’ah telah mengingkari autentisitas dan kebenaran Al Qur`an, seperti dalam Kitab Syi’ah Al Usul Minal Kafi lil Kulaini (2/634) bab An Nawadir NH 28:
إن القرآن الذي جاء به جبريل إلى محمد سبعة عشر ألف آية
(Sesungguhnya Alquran yang dibawa malaikat Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW itu 17.000 ayat)
Alushul Minal Kafi (1/228) bab Annahu Lam Yajma’il Qur’an Kullahu Illal A’immah NH 1:
قال شيخهم محسن الكاشاني في تفسيره الصافي 1/49: (أن القرآن الذي بين أظهرنا ليس بتمامه كما أنزل على محمد صلى الله عليه وآله وسلم، بل منه ما هو خلاف ما أنزل الله، ومنه ما هو مغير محرف، وأنه قد حذف عنه أشياء كثيرة منها اسم علي - عليه السلام - في كثير من المواضع، ومنها غير ذلك، وأنه ليس أيضاً على الترتيب المرضي عند الله وعند رسوله صلى الله عليه وآله وسلم
(Sesungguhnya Alquran yang ada di tangan kita sekarang ini, bukanlah yang lengkap/sempurna sebagaimana yang diturunkan kepada Nabi SAW, tetapi (ayat-ayat) di dalamnya sudah ada yang bertentangan dengan apa yang diturunkan oleh Allah, yaitu telah banyak huruf yang berubah, dan perubahan yang paling banyak dilakukan adalah penghapusan nama Sy. Ali AS di beberapa tempat (surat), juga ada perubahan lainnya selain hal itu, dan Alquran yang ada ini tidaklah mengikuti urutan yang diridlai (ditetapkan) oleh Allah dan Rasulullah SAW).
Dari kriteria nomor 5, Bahwa Aliran Syi’ah telah menafsiri Al Qur’an dengan tidak berdasar kaidah-kaidah tafsir, seperti dalam Kitab Syi’ah Al Ushul Minal Kafi lil Kulaini halaman 207, bab Annal Ayatallati Dzakarahallahu Azza Wajalla fi Kitabihi Humul A’immatu Alaihis Salam NH 1:
عن داود الرقي قال: سألت أبا عبد الله عليه السلام عن قول الله تبارك وتعالى (وما تغني الأيات والنذر عن قوم لا يؤمنون) قال:
الأيات هم الأئمة، والنذر هم الأنبياء عليه السلام.
(Dawud Arraqi, berkata: Aku bertanya kepada Abu Abdillah AS tentang firman Allah yang artinya (Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman/QS. Yunus 101). Beliau menafsiri, maksud al-ayaat/tanda kekuasaan Allah itu adalah para Imam (Syiah), dan annudzur/peringatan itu adalah para Rasul AS).
Dari kriteria nomor 6, Bahwa Aliran Syi’ah tidak membenarkan hadits-hadits Shahih yang terdapat dalam Kutubus Sittah (Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, At Tirmidzi) yang menjadi rujukan kaum muslimin, seperti dalam Kitab Syi’ah An Najafi/Ta’liqatihi ‘Ala Ihqaqil Haqq (2/28-289)
وقال آيتهم العظمى شهاب الدين النجفي: إن النبي صلى الله عليه وسلم ضاقت عليه الفرصة ولم يسعه المجال لتعليم جميع أحكام الدين ... وقد قدّم الاشتغال بالحروب على التمحص (كذا) ببيان تفاصل الأحكام ... لاسيما مع عدم كفاية استعداد الناس في زمنه لتلقّي جميع ما يحتاج إليه طول قرون
(Syihabuddin Annajfi berkata: Bahwa Nabi AS kehabisan waktu hingga tidak sempat mengajarkan (hadits-hadits) seluruh ajaran agama Islam, karena disibukkan oleh urusan peperangan, terlebih masalah ilmu hukum/syariat yang secara rinci, belum lagi tidak adanya kemampuan orang (ulama ahli hadits) pada zamannya untuk meriwayatkan seluruh (hadits Nabi SAW), karena panjangnya jarak masa (antara para ulama ahli Hadits dengan Nabi SAW).
Dari kriteria nomor 7, Bahwa Aliran Syi’ah menghina, melecehkan dan/atau merendahkan Nabi dan Rasul dengan mengakui bahwa Imam mereka mendapatkan martabat dan ilmu yang tidak pernah didapatkan oleh orang lain termasuk Nabi dan Rasul, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Syi’ah Al Ushul Minal Kafi lil Kulaini (1/196-197):
قال أبو عبد الله : (أنا قسيم الله بين الجنة والنار, وأنا الفاروق الأكبر, وأنا صاحب العصا والميسم, ولقد أقرت لي جميع الملائكة والروح والرسل بمثل ما أقروا به لمحمد ولقد حمّلت علي مثل حمولته وهي حمولة الرب, وإن رسول الله يدعى فيكسى, وأُدعى فأُكسى, ويستنطق فأستنطق فأنطق على حدّ منطقه, ولقد أعطيت خصالا ما سبقني إليها أحد قبلي. علمت الْمنايا والبلايا, والأنساب وفصل الخطاب, فلم يفتني ما سبقني, ولم يعزب عَنِّيْ مَا غاب عنّي
Abu Abdillah AS berkata : Aku adalah pemegang saham dari Allah untuk membagi (manusia menjadi) penduduk sorga dan neraka. Akulah pembagi yang dominan. Aku adalah pemilik tongkat. Sungguh telah bersepakat seluruh malaikat untuk (kedudukan)-ku sebagaimana mereka bersepakat bagi (kedudukan) Nabi Muhammad SAW, dan sungguh aku dibebani seperti yangt dibebankan kepadanya (Nabi SAW) yaitu tugas dari Tuhan. Sungguh Rasulullah SAW itu dipanggil dan diberi pakaian, aku juga dipanggil dan diberi pakaian, beliau diberi kemampuan bicara (dengan wahyu), aku juga diberi kemampuan sama seperti beliau bicara. Bahkan aku diberi kemampuan yang belum pernah diberikan kepada seorang manusiapun sebelumku, yaitu aku diberitahu urusan kematian, datangnya bencana, silsilah nasab, dan ketentuan Qiamat, dan tidak ada yang terlewatkan dari (pengetahuan)-ku (peristiwa) apa saja yang pernah datang mendahuluiku, dan tidak lepas dari (pengamatan)-ku segala sesuatu yang ghaib (tidak berada di depan)-ku)
Dari kriteria nomor 8, Bahwa Aliran Syi’ah mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir, dengan membenarkan datangnya Malaikat Jibril membawa Wahyu kepada Sitti Fatimah Az Zahra’, sebagaimana disebutkan pada kriteria nomor 3.
Dari kriteria nomor 9, Bahwa Aliran Syi’ah mengubah, menambah dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syari`at dengan mengubah shalat 5 waktu menjadi 3 waktu, dan shalat jum’at berhukum sunnah, sebagaimana diceritakan pengakuan beberapa mantan Syi’ah pengikut Tajul yang di antaranya: Roisul Hukama’ saudara Tajul dan Moh. Nur ‘Asymawi santri terdekat Tajul:
• Menjadikan waktu shalat maktubah yang 5 waktu menjadi 3 waktu dengan berdalil Ayat
أقم الصلاة لدلوك الشمـس waktu untuk dzuhur dan ashar, إلى غسق الليل waktu untuk maghrib dan isya’,وقرآن الفجر waktu untuk shubuh. (Penuturan dari: Moh. Nur Asymawi).
• Menganggap Shalat Jum’at berhukum sunnah sebelum keluarnya Imam Al Muntadhar. (Penuturan dari: Moh. Nur Asymawi).
Disebutkan dalam Kitab Ushulu Madzhabis Syi’ah 2/386:
لقد أوقف الشيعة بسبب الغيبة للمنتظر إقامة صلاة الجمعة، كما منعوا إقامة إمام للمسلمين وقالوا: الجمعة والحكومة لإمام المسلمين
والإمام هو هذا المنتظر
(Kaum Syiah telah memutuskan penghentian (tidak mewajibkan shalat) Jumat, karena ghaib (menghilang dan bersembunyinya) Imam Almuntadhar (Imam Syiah yang ke - 12), seperti juga larangan pengangkatan pemimpin bagi umat Islam (selain dari Imam/wakil Imam Syiah). Mereka mengatakan : Shalat Jumat dan pemerintahan itu (itu hanya sah jika dipimpin) oleh imamnya umat Islam, dan imam yang dimaksud itu adalah Imam Almuntadhar ini).
Dari kriteria nomor 10, Aliran Syi’ah meyakini bahwa para shahabat telah murtad setelah Nabi wafat kecuali 3 orang, sebagaimana disebutkan dalam kitab Syi’ah Ar Raudlah Minal Kafi lil Kulaini (8/245):
عن أبي جعفر قال: كان الناس أهل ردّة بعد النبي إلاَّ ثلاثة. فقلت: ومن الثلاثة ؟. المقداد بن الأسود وأبو ذر الغفاري, وسلمان الفارسى
رحمة الله وبركاته عليه
(Dari Abu Jakfar AS berkata: Konon semua orang (para shahabat) itu telah murtad setelah Nabi SAW wafat, kecuali tiga orang. Aku bertanya: Siapa tiga orang itu? (Beliau menjawab): Almiqdad bin Al-aswad, Abu Dzar Alghifari, dan Salman Alfarisi semoga Allah merahmati dan memberkati mereka).
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-48168730095085134962013-04-27T15:30:00.002+08:002013-04-27T15:30:42.675+08:00Cuplikan dari Buku: KECUALI ALI Karya Tokoh Syiah, Abbas Rais Kermani - (3)Luthfi Bashori
Jika manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya, meyakini bahwa keberadaan seluruh umat manusia, selain Nabi Adam dan St. Hawa, adalah diciptakan dari air sperma lelaki yang membuai ovum perempuan (diciptakan dari air mani), maka kaum Syiah Imamiyah justru meyakini jika para Imam 12 mereka diciptakan dari cahaya, sebagaimana yang tertera dalam buku Kecuali Ali sebagai berikut:
Imam Ali as dan manusia suci as lainnya, di alam azhilla, juga memiliki perjanjian dengan Allah Swt. `Allamah Majlisi dalam kitab Riyadhatul Jannah meriwayatkan melalui sanad Jabir bin Yazid Ju`fi, bahwa Imam Baqir berkata kepadanya, `Ya Jabir, suatu zaman, di mana Allah saja yang ada dan tidak ada keberadaan selain-Nya, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Pertama kali makhluk yang diciptakan-Nya adalah Muhammad Saw dan kami Ahlul bait. Kami diciptakan dari cahaya keagungan yang disertai dengan Nur Muhammad Saw. Kami menempati alam azillah hijau, yang bentuknya tidak seperti langit, bukan bumi, bukan tempat, bukan malam, bukan siang, bukan matahari, bukan pula bulan yang terpisah dari Nur Ilahi. Atau juga tidak seperti terpisahnya cahaya matahari dari matahari. Kami bertashbih kepada Allah, menyucikan dan memuji-Nya. Kami beribadah dengan sebenar-benarnya ibadah (kepada-Nya). (Halaman 33).
<span class="fullpost">
Menengok keyakinan Syiah Imamiyah di atas, betapa tingginya tingkat pengkultusan kaum Syiah terhadap para Imamnya. Bahkan para Imamnya itu diyakini lebih tinggi derajatnya dibanding para Malaikat dan para Nabi sekalipun. Karena sebelum para Malaikat dan para Nabi diciptakan, ternyata menurut keyakinan Syiah, bahwa terlebih dahulu Allah menciptakan para Imam 12 itu.
Jika umat Islam meyakini bahwa para Nabi, selain Nabi Adam, mereka semuanya diciptakan dari air sperma, ternyata kaum Syiah meyakini jika para Imam 12 yang diklaim sebagai imam Syiah, mereka itu diciptakan dari cahaya keagungan yang dicampur dengan Nur Muhammad Saw. Tidakkah keyakinan seperti ini adalah termasuk upaya pembodonan dan pendangkalan terhadap aqidah umat Islam ?
Sudah selayaknya para pengikut Syiah Imamiyah dan para simpatisannya intropeksi dan membuka mata hati, agar mengetahui kesesatan aqidah Syiah, yang jika kitab-kitab mereka selain kitab propagandanya dipelajari secara cermat, niscaya akan didapat adanya kesamaan dengan bacaan komik anak-anak yang penuh dengan khayalan semata. Ibarat cerita boneka Doraemon yang memiliki kantong ajaib dengan khayalan dapat memberikan segala macam permintaan Nobita sahabat karibnya itu, termasuk dapat mengabulkan permintaan alam khayalan yang tidak masuk akal sama sekali.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-81523697812834723762013-04-27T15:29:00.002+08:002013-04-27T15:29:38.581+08:00Cuplikan dari Buku: KECUALI ALI Karya Tokoh Syiah, Abbas Rais Kermani - (2)Luthfi Bashori
Menengok lebih jauh buku Kecuali Ali, umat Islam akan semakin menggeleng-gelengkan kepala mendapati banyak kemustahilan muatannya, akibat sikap ghuluw (pengkultusan yang sangat berlebihan) oleh kaum Syiah terhadap Sy. Ali bin Abi Thalib dan sebelas anak cucu beliau yang diklaim oleh penganut Syiah Imamiyah sebagai para imam mereka.
Mari mencermati cuplikan dari buku Kecuali Ali, yang banyak menggunakan kalimat menohok bagi aqidah umat Islam, sebut saja pada judul bab, Imam Ali as dan Alam Arwah, yang isinya sebagai berikut :
Imam Ali as dan seluruh para manusia suci as, menjadi guru bagi para malaikat di alam arwah. (hal 33).
Yang dimaksud dengan para manusia suci dalam kalimat di atas, adalah para Imam dua belas yang diklaim sebagai imamnya kaum Syiah.
<span class="fullpost">
Untuk menguatkan khayalan dan kemustahilan keyakinannya ini, maka kaum Syiah menciptakan hadits palsu, antara lain yang tertera dalam judul bab : Ali Sebagai Pengajar Jibril. Adapun isinya sebagai berikut :
Ketika Jibril menghampiri Nabi SAW, tiba-tiba Imam Ali juga menemui beliau SAW. Jibril berdiri untuk memuliakan dan menghormat Ali as. Rasulullah SAW bersabda kepada Jibril, “Apakah engkau berdiri untuk menghormati pemuda ini? Jibril memaparkan, “Ya, karena dia memiliki hak pengajaran kepadaku”. (halaman 35).
Menurut keyakinan umat Islam, bahwa tugas malaikat Jibril adalah membawa wahyu dari Allah untuk diajarkan (disampaikan) kepada Nabi Muhammad SAW dan para nabi sebelumnya. Artinya, bahwa malaikat Jibril adalah guru bagi semua para nabi, termasuk gurunya Nabi Muhammad SAW. Sedangkan dalam ajaran Syiah, mereka meyakini bahwa malaikat Jibril adalah murid Sy. Ali bin Abi Thalib. Keyakianan ini memberi pengertian bahwa derajat Sy. Ali ‘sebagai guru’ jauh lebih tinggi tingkatannya dibanding derajat malaikat Jibril yang menjadi muridnya. Apalagi dibanding derajat para nabi, termasuk derajat Nabi Muhammad SAW. Adapau kelanjutan ‘hadits’ bikinan kaum Syiah di atas adalah sebagai berikut :
Rasul SAW berkata, “Apakah hak (Ali) itu ? Jibril menjelaskan, “ Ketika Allah menciptakanku, lalu Dia menanyaiku, “Siapakah engkau, siapa namamu, siapa Aku dan siapa nama Aku? Saya merasa kikuk, apa yang harus aku jawab, tiba-tiba seorang pemuda (Ali as), manifestasi dari Alam Nuraniyah berkata, “Katakanlah ! Engkau adalah Tuhan Yang Maha Agung, nama-Mu Indah, dan aku adalah hamba-Mu yang hina dina, namaku Jibril”. Rasul yang mulia SAW berkata, “Berapa umurmu?” (Yakni pada masa tersebut, berapa tahun sudah terlewati). Jibril menjawab, “Saya tidak memiliki perhitungan atas umur. Namun bintang-gemintang di Arsy akan terbit satu kali selama 30.000 tahun dan setelah itu, terbenam lagi. Maka saya sudah sampai 30 ribu kali melihat bintang-bintang tersebut (muncul dan tenggelam)”. (halaman 35).
Jika sebelum malaikat Jibril diciptakan oleh Allah, ternyata diyakini bahwa Sy. Ali sudah ada terlebih dahulu, bahkan beliau juga diyakini sebagai pengajar malaikat Jibril seperti dalam aqidah Syiah yang tertera di atas, maka semakin jelaslah pengkultusan kaum Syaih terhadap Sy. Ali bin Abi Thalib. Bahkan mereka yakini jika derajat Sy. Ali ridhiyallahu anhu jauh lebih tinggi dibanding seluruh makhluk Allah, termasuk jauh lebih tinggi dibanding derajat Nabi Muhammad SAW nabinya umat Islam di seluruh dunia. Di sini semakin jelas bagi umat Islam, jika aqidah Syiah itu memang bukan bagian dari ajaran agama Islam.
Bersyukurlah umat Islam Indonesia saat mendengarkan pernyataan Menteri Agama Surya Darma Ali (SDA) yang tegas mengatakan Syiah bukan termasuk ajaran Islam, karena memang sesuai faktanya. Mudah-mudahan SDA tetap dapat istiqamah dalam pernyataannya ini, hingga keluar larangan resmi dari p[emerintah terhadap pengembangan Syiah di Indonesia, sekalipun SDA dikecam oleh pihak-pihak yang menjadi pembela aliran sesat Syiah Imamiyah, agama adopsian dari Iran ini. Dalam banyak berita di media massa disebutkan:
Sebelumnya Surya Dharma Ali menjelaskan, Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengeluarkan keputusan terkait keberadaan Syiah. Keputusan tersebut di antaranya :
1. Rakernas MUI pada 7 Maret 1984 di jakarta, merekomendasikan bahwa umat Islam Indonesia perlu waspada terhadap menyusupnya paham syiah perbedaan pokok dengan ajaran Ahli Sunna Waljamaah.
2. PBNU pernah mengeluarkan surat resmi No.724/A.II.03/101997, tanggal 14 Oktober 1997, ditandatangai oleh Rais Am KH.M Ilyas Ruchiyat dan Katib KH.M. Drs. Dawam Anwar, mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tidak terkecoh oleh propaganda syiah dan perlunya umat islam indonesia perbedaan prinsip ajaran syiah dengan Islam.
3. Kementerian Agama RI mengeluarkan surat edaran nomor D/BA.01/4865/1983 tanggal 5 Desember 1983 tentang hal ihwal mengenai golongan syiah, menyatakan bahwa syiah tidak sesuai dan bahkan bertentang dengan ajaran Islam.
"Kemarin-kemarin saya membuka dokumen, ternyata MUI dan Kemenag menyatakan syiah bukan Islam. Sejauh ini pemerintah berpegang kepada keputusan lama," kata Suryadharma, Kamis, 26 Januari 2012 di Gedung DPR.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-71992322173216010692013-04-27T15:28:00.003+08:002013-04-27T15:28:24.004+08:00Cuplikan dari Buku: KECUALI ALI Karya Tokoh Syiah, Abbas Rais Kermani - (1)Luthfi Bashori
Buku ini dalam bahasa Indonesia berjudul KECUALI ALI, setebal 400 halaman, adalah terjemahan dari buku berbahasa Persia berjudul Ali Oyene-e Izadnemo, karya Abbas Rais Kermani, yang diterjemahkan oleh Musa Shahab, M. Ilyas dan diterbitkan oleh Penerbit Alhuda P.O Box 7335 JKSPM 12073 e-mail info@icc-jakarta.com.
Kami cuplikkan beberapa poin penting untuk dipahami oleh umat Islam tentang hakikat ajaran Syiah Imamiyah yang saat ini dikembangkan di Indonesia. Hal ini dengan maksud agar dapat ditimbang oleh umat islam dengan aqidah yang benar, sesuai keyakinan umat Islam yang selama ini diyakini secara estafet, diterima dari para ulama masa kini, yang mereka riwayatkan dari para ulama salaf sebelumnya, dan secara runtut dipelajari dari generasi pertama kalangan umat Islam, yaitu dari para Tabi’in, bersambung kepada para Shahabat yang secara otomatis didapatkan dari sumber utama tentang detail-detail ajaran agama Islam, yaitu ajaran Rasulullah SAW yang bersumber dari Alquran dan Hadits.
<span class="fullpost">
Berikut pernyataan dalam Muqaddimah buku KECUALI ALI, tulisan Ali akbar Mahdi Por :
Ø Imam Shadiq as dalam menafsirkan ayat : Kullu syai-in haalikun illaa wajhahu (Segala sesuatu itu akan musnah, kecuali wajah Allah …). Berkata : Yang dimaksud Wajah Allah dalam ayat ini adalah Ali as. (Hal. 22).
Ket : Dalam semua kitab tafsir karangan para ulama salaf diterangkan, bahwa yang dimaksud Wajah Allah dalam ayat ini adalah Dzat Allah. Dengan demikian, aqidah Syiah meyakini bahwa Sy. Ali bin Abi Thalib adalah Dzat Allah itu sendiri. Tentunya pemahaman ini sama dengan pemahaman kaum Nasrani yang mengatakan Nabi Isa as adalah Tuhan, dan secara otomatis memberi pengertian bahwa Tuhannya kaum Nasrani adalah Nabi Isa as (Yesus). Dari sini juga menjadi jelaslah bagi umat Islam, dalam keyakinan kaum Syiah bahwa Tuhannya kaum Syiah adalah Sy. Ali bin Abi Thalib.
Pada Kata Pengantar yang ditulis oleh pengarang buku KECUALI ALI, disebutkan sebagai berikut :
Ø Diriwayatkan juga bahwa alam diciptakan setelah penciptaan Empat Belas Manusia Suci as. (ket: maksudnya empat belas manusia suci adalah para imam Syiah). Dalam riwayat lain diberitakan bahwa para malaikat diciptakan dari cahaya Ali as. (Hal. 28)
Ket : Dalam ajaran agama Islam, belum pernah ada satu ayat maupun hadits pun yang mengatakan bahwa para malaikat itu diciptakan dari cahaya Sy. Ali bin Abi Thalib sa. Setinggi apapun derajat Sy. Ali bin Abi Thalib, beliau hanyalah saudara sesupu/misan dan menantu dari seorang Nabi akhir zaman, Nabi yang diturunkan Alquran Firman Allah kepadanya, Nabi yang ketinggian derajatnya di hadapan Allah tidak ada satupun makhluq yang dapat menyamainya, beliau adalah Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan Sy. Ali bin Abi Thalib tidak akan mendapatkan kemulaian sedikitpun jika bukan karena beliau menjadi umat Nabi Muhammad SAW, yang sekaligus dinisbatkan sebagai Ahlul baitnya Nabi SAW, dikarenakan tali persaudaraan beliau adalah sebagai saudara sepupu/misan dan menantu Nabi Muhammad SAW. Yang dikemudian hari Sy, Ali ini diberi amanat oleh umat Islam sebagai khalifah ke empat, yaitu sebagai pengganti kepemimpinan di kalangan umat Islam, pasca wafatnya Nabi Muhammad, Sy.Abu Bakar, Sy. Umar, dan Sy. Utsman.
Dalam ajaran agama Islam, bahwa kelompok manusia yang ma’shum (mendapatkan penjagaan dan keistimewaan khusus dari Allah) hanyalah para Nabi, sedangkan Nabi Muhammad SAW adalah penutup para Nabi atau Nabi yang terakhir, dan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Sy. Ali bin Abi Thalib bukanlah seorang Nabi, beliau adalah manusia biasa, namun mendapatkan kemuliaan karena sebagai keluarga Nabi SAW dan menjabat sebagai khalifah ke empat dalam sejarah Islam.
Adalah suatu hal yang sangat mustahil jika para malaikat itu diciptakan dari cahaya sy. Ali bin Abi Thalib yang bukan seorang Nabi itu. Sedangkan para malaikat itu diciptakan sebelum diciptakanya umat manusia. Allah berfirman yang artinya :
(Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpankan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui). QS. Albaqarah. 30.
Sebagai umat Islam, kita tetap wajib menghormati dan mencintai Sy. Ali bin Abi Thalib ra, karena beliau adalah termasuk Ahlul baitnya Nabi SAW, sebagai shahabatnya Nabi SAW, sebagai khalifahnya Nabi SAW, dan beliau termasuk ulamanya kaum muslimin, serta tokoh Islam yang susah dicari bandingannya di jaman sekarang. Namun kita tidak akan mengkultuskan Sy. Ali bin Abi Thalib ra seperti yang dilakukan oleh kaum Syiah Imamiyah - Iran.
Pengkultusan yang dilakukan kaum Syiah terhadap Sy. Ali ini jelas-jelas diharamkan oleh agama Islam, bahkan pengkultusan kaum Syiah terhadap Sy. Ali ini sudah sampai pada batas syirik dan kufur.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-92055285079277592232013-04-27T15:26:00.002+08:002013-04-27T15:26:32.894+08:00ST. AISYAH, ISTRI TERCINTA NABI SAWKehormatan St. Aisyah sebagai istri Nabi SAW telah dicatat Alquran: Waazwajuhu ummahatuhum (dan para istri Nabi SAW itu adalah ibundanya umat Islam).
St. Aisyah adalah satu-satunya wanita jenius yang dipilih oleh Nabi SAW untuk dijadikan istri. Sekalipun sebagai ibu rumah tangga, yang setiap saat harus siap melayani kebutuhan Nabi SAW saat diperlukan, St. Aisyah masih menyempatkan diri memperdalam ilmu hadits, hingga St. Aisyah mampu menghafalkan sabda Nabi SAW lebih dari 2.200 hadits nabawi.
Bahkan hampir seluruh hukum yang berkaitan dengan syariat kewanitaan bagi para muslimat di dunia ini, adalah berasal dari riwayat St. Aisyah.
<span class="fullpost">
Luthfi Bashori
Kehormatan St. Aisyah bukan hanya dimuliakan oleh umat Islam penduduk bumi saja, bahkan penduduk langit pun sangat memuliakan ibunda umat Islam ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi SAW:
Wahai Aisyah, ini Jibril mengucapkan salam kepadamu !
St. Aisyah menjawab : Alaihis salam warahmatullahi wabarakatuh..!
Suatu saat seorang wanita bertanya kepada Nabi SAW : Bagaimana caranya bersesuci dari haid ?
Nabi SAW menjawab : Ambillah segumpal kain yang harum dan bersihkan darahnya..!
Kerena wanita itu belum paham, maka Nabi SAW mengajari St. Aisyah dengan detail, lantas St. Aisyah menerangkannya kepada wanita itu hingga mengerti.
Maka hingga saat ini para wanita muslimah di seluruh dunia, juga mempraktekkan ajaran St. Aisyah yang berasal dari Nabi SAW. tentang tata cara membersihkan darah haid
Adapun, yang berkaitan dengan keharmonisan rumah tangga Nabi SAW, suatu saat St. Aisyah ditanya: Siapa orang yang paling dicintai oleh Nabi SAW ?
St. Aisyah menjawab: Fathimah .. !
Kemudian dari kalangan lelaki siapa ?
St. Aisyah menjawab : Suaminya (Sy. Ali), ia adalah lelaki yang tekun berpuasa dan shalat !
Demikianlah kemesraan hubungan antara St. Aisyah, St. Fathimah dan Sy. Ali, yang mana ketiganya sama-sama keluarga yang hidup dalam naungan dan bimbingan Nabi SAW, mereka saling menghargai antara satu dengan lainnya.
Karena sangat besarnya peran St. Aisyah dalam melestarikan ajaran Nabi SAW, maka kaum kafir orientalis sangat membenci St. Aisyah dan mereka berusaha keras agar umat Islam ikut membenci dan menjatuhkan martabat dan kehormatan serta kredibilitas St. Aisyah. Tujuan utamanya agar semua hadits yang diriwayatkan oleh St. Aisyah yang mencakup hampir 1/4 syariat Islam, dibuang oleh umat Islam.
Sejalan dengan kaum kafir orientalis yang setiap saat terus bekerja untukl menghancurkan Islam, adalah aliran Syiah Khomeiniyah Iraniyah Itsnaasyariah.
Coba tengok, seorang penganut Syiah Khomeniyah, yaitu Ali bin Umar Alhabsyi alumni Pesantren YAPI Bangil, dengan terang-terangan mengikuti langkah kaum kafir orientalis dalam menghujat St. Aisyah, istri Nabi SAW yang tercinta itu. Hujatan Ali bin Umar ini tercantum dalam buku karangannya yang berjudul: KELUARGA SUCI NABI SAW.
Untuk kepentingan itu, Ali bin Umar membuat hadits-hadits palsu yang isinya memojokkan St. Aisyah dan St. Hafshah, dua orang istri Nabi SAW, yang termasuk ummahatul mukminin / ibundanya umat Islam.
Ali bin Umar mengatakan :
Jika kalian berdua (Aisyah dan Hafshah) bertobat kepada Allah dari apa yang kalian lakukan yang bertentangan dengan sopan santun dalam bersikap kepada Nabi, dalam lingkup tanggung jawab keluarga, maka sesungguhnya telah tetap pada kalian sebab yang mengharuskan kalian bertobat, yaitu kecenderungan hati kalian kepada KEBATILAN dan KELUAR dari garis ISTIQAMAH KEPATUHAN dan KETAATAN kepada Nabi SAW. Mereka berdua (Aisyah dan Hafshah) telah melakukan tindakan yang mengganggu Nabi SAW dan bersekongkol menyakiti Beliau SAW. Tindakan seperti itu tergolong dosa besar yang menyebabkan kutukan dan siksa Allah di akherat. Oleh karnanya mereka harus bertobat. (halaman 163).
Haruskah seorang lelaki seperti Ali bin Umar penganut Syiah Khomeiniyah, menciptakan berita INFOTAIMENT NEGATIF dan KEBOHONGAN terhadap para istri Nabi SAW, yang mana mereka berdua adalah termasuk ibunda bagi umat Islam yang sangat suci dan wajib dihormati oleh setiap pribadi muslim.
Apalagi jika FITNAH dan GHIBAH itu dikhususkan kepada St. Aisyah penghafal lebih dari 2.200 hadits Nabi SAW.
Barangkali saja Ali bin Umar Alhabsyi yang hidup di jaman sekarang dan yang sangat jauh dari bimbingan Nabi SAW, serta hidup di jaman yang mana kemaksiatan sudah mewabah di hampir menyeluruh pada sendi kehidupan manusia, Ali bin Umar merasa dirinya lebih suci dibanding St. Aisyah, istri Nabi SAW yang paling dekat hubungannya dengan Nabi SAW dan yang paling dicintai oleh beliau SAW, sehingga Nabi SAW merasa perlu jika memanggil St. Aisyah dengan panggilan kasih sayang : Ya humaira (Wahai `istri` yang pipinya kemerah-merahan) !
Inilah salah satu bukti bahwa kaum Syiah Imamiyah Khomeiniyah pastilah sama motivasinya dengan kaum kafir orientalis, yaitu :
BERLOMBA-LOMBA MENGHANCURKAN ISLAM.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-11158822844579733332013-04-27T15:25:00.002+08:002013-04-27T15:25:21.107+08:00NON MUSLIM ORIENTALIS MEMBENCI SAYYIDAH AISYAH RA.Luthfi Bashori
Sayyidah Aisyah putri Sayyidina Abu Bakar bin Utsman bin Amir yang menjadi istri Nabi SAW. Sayyidah Aisyah lahir pada tahun ke empat setelah Nabi SAW diangkat menjadi seorang rasul.
Beliau termasuk ummul mukminin (ibunya umat Islam) sesuai firman Allah : Wa azwaajuhu ummahaatuhum (dan para istri beliau SAW itu adalah ibu bagi seluruh umat Islam). Barangsiapa yang tidak mengakui Sayyidah Aisyah sebagai ibunya, maka bisa dipastikan bahwa orang tersebut bukanlah umat Islam.
Arti ibu bagi umat Islam adalah dalam masalah kewajiban menghormati beliau dan haram menikahinya, bukan ibu dalam masalah silsilah nasab keluarga, maupun urusan hak warits.
<span class="fullpost">
Nabi SAW berkata kepada Sayyidah Aisyah : Aku diperlihatkan oleh Allah tentang dirimu di dalam mimpi sebanyak dua kali, aku lihat engkau berada di bawah kain sutra dan (terdengar) suara (untukku): ini istrimu, maka singkaplah sutranya, ternyata dirimu. Lantas aku katakan, jika ini isyarat dari Allah, maka pasti akan terlaksana. (HR. Bukhari).
Nabi SAW bersabda kepada Sayyidah Aisyah : Wahai Aisyah, ini Malaikat Jibril menyampaikan salam untukmu. Maka aku (Sayyidah Aisyah) menjawab : Alaihis salaam warahmatullahi wabarakaatuh.
Kejeniusan Sayyidah Aisyah antara lain, bahwa sebagai seorang wanita ibu rumah tangga, beliau mampu menghafalkan hadits Nabi dan sekaligus mengajarkannya sebanyak 2.210 hadits.
Para shahabat yang meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah antara lain :
Sy. Umar bin Khatthab, Sy. Abdullah bin Umar, Sy. Abu Hurairah, Sy. Abu Musa, Sy. Zaid bin Khalid, Sy. Abdullah bin Abbas, Sy. Assaib bin Zaid, dan masih banyak yang lainnya.
Lantas mengapa non muslim membenci Sayyidah Aisyah?
Karena Sayyidah Aisyah adalah satu-satunya wanita cerdas dan jenius yang menjadi istri Nabi SAW tercinta, yang mengemban hafalan ribuan hadits Nabi SAW.
Jika Sayyidah Aisyah sudah dimusuhi oleh umat, karena pengaruh hasud-an non muslim, maka secara otomatis ribuan hadits Nabi akan dicampakkan oleh umat, dengan demikian warisan ilmu Nabi kepada umat Islam semakin sirna. Akhir episode yang menjadi target non muslim adalah umat semakin jauh dari ajaran Islam.
Saat ini jamannya sudah semacam itu, non muslim pembenci Sayyidah Aisyah mulai bergentayangan. Bahkan terkadang mereka menyaru sebagai umat Islam, pada hakikatnya adalah non muslim.
Mereka memasuki dunia Islam dengan menyemai benih kebencian kepada Sayyidah Aisyah lewat kajian-kajian sejarah yang telah dibelokkan dari riwayat yang sebenarnya, tentunya ditambah bumbu-bumbu yang menyebabkan pembaca dan pengkajinya tanpa sadar telah terasuki pikiran kebencian kepada istri tercinta Nabi Muhammad SAW ini, yang tiada lain adalah Sayyidah Aisyah.
Di samping itu, non muslim juga memasukkan keragu-raguan terhadap segala sesuatu yang datang dari Sayyidah Aisyah. Bahkan tak jarang diselipkan juga lewat aliran-aliran sesat yang sejak berdirinya adalah menjadi antek-antek kaum kafir.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-10462184202189478102013-04-27T15:22:00.002+08:002013-04-27T15:22:09.415+08:00IMAM MUSLIM BIN HAJJAJ DAN KITAB SHAHIHNYALuthfi Bashori
Beliau dilahirkan di Naisabur tahun 206 H, dengan selisih 12 tahun lebih muda dari usia Imam Bukhari. Dalam menjalani hidup, Imam Muslim sangat mencintai ilmu agama dan senantiasa memperdalam Ilmu Hadits sebagai ilmu yang menjadi spesialisali bidang yang beliau geluti.
Karena kegemaran ini pula beliau telah melanglang buana ke pelbagai negeri untuk mengambil riwayat-riwayat hadits dari banyak masyayekh ahli Hadits.
Di wilayah Khurasan, Imam Muslim belajar Hadits kepada Syeikh Yahya dan Syeikh Ishaq bin Rahuyah. Saat masuk di daerah Ray, beliau belajar hadits dari Syeikh Muhammad bin Mihran.
Imam Muslim juga meriwayatkan Hadits dari Imam Ahmad bin Hanbal dan Syeikh Abdullah bin Maslamah tatkala melanglang buana ke negeri Iraq.
Di Mesir, Imam Muslim tak mau ketinggalan untuk memperdalam Ilmu Haditsnya dari Syeikh Amr bin Sawad dan Syeikh Harmalah bin Yahya.
<span class="fullpost">
Tatkala Imam Muslim berada di daerah Hijaz (sekitar Makkah dan Madinah), beliau belajar Hadits dari Syeikh Said bin Mansur dan Syeikh Abi Mush`ib.
Imam Muslim benar-benar telah menghabiskan waktu hidupnya hingga tutup usia pada umur 55 tahun, untuk belajar Ilmu agama khususnya Ilmu Hadits Nabawi, dengan cara melanglang buana sebagaimana tersebut di atas, sekaligus mengajarkan ilmu yang telah beliau dapatkan kepada umat Islam. Karena itu, sederet nama ulama pun telah lahir dari tempat pendidikan yang dikelola oleh Imam Muslim.
Beberapa nama ulama yang pernah mengenyam ilmu dari Imam Muslim di antaranya : Imam Tirmidzi, Syeikh Muhammad bin Makhlad, Syeikh Ibrahim bin Sufyan, Syeikh bin Ishaq bin Khuzaimah (terkenal dengan julukan Syeikh Ibnu Khuzaimah), Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab Albara, Syeikh Ali bin Husain, Syeikh Makki bin Abdan dan sejumlah nama ulama salaf yang keliber di bidangnya masing-masing.
Para ulama yang pernah belajar kepada Imam Muslim, semuanya merasakan betapa tinggi dan agungnya kematangan ilmu, kewibawaan serta akhlaq yang dimiliki oleh Imam Muslim.
Beliau mengarang kitab Shahih Muslim yang menjadi rujukan umat Islam seluruh dunia setelah kitab Shahih Bukhari. Di samping kitab Shahih Muslim, beliau juga memiliki karangan kitab yang lainnya.
Kitab Shahih Muslim yang namanya telah menghiasi sejarah dunia Islam hingga kapanpun selagi masih ada umat Islam yang belajar ilmu agama. Kitab Shahih Muslim ini beliau kerjakan selama 15 tahun dengan jumlah kandungan sebanyak 12.000 Hadits khusus Shahih yang beliau pilih dari 300.000 Hadits yang telah beliau hafalkan.
Imam Muslim mengikuti langkah Imam Bukhari dalam menyaratkan sebuah hadits yang beliau kategorikan shahih. Bahkan metode penulisan Imam Muslim lebih rapi dan sistematis dalam menyusun kitab Shahih dibanding Imam Bukhari. Sebagai contoh Imam Bukhari masih memasukkan atsar (ucapan) Shahabat dalam kitabnya, sedang Imam Muslim lebih mengkhususkan sabda Nabi SAW.
Imam Muslim juga memberi bab-bab pada kitabnya menurut tema pembahasan dengan rapi, sedang Imam Bukhari lebih banyak menukil cuplikan sabda Nabi lantas dijadikan bab dalam kitab Shahihnya. Hanya saja dalam masalah menerapan syarat terhadap pemilihan hadits Shahih, maka Imam Bukhari lebih ketat ketimbang Imam Muslim.
Sebagaimana Imam Bukhari yang sering mengulang sebuah hadits untuk beberapa bab yang dianggap sesuai, Imam Muslim juga melakukan hal yang sama, karena tuntutan tema pada bebarapa bab, maka Imam Muslim mengharuskan mengulang-ulang beberapa hadits dalam kitab Shahihnya.
Menurut Imam Nawawi, jika dihitung jumlah hadits dalam kitab Shahih Muslim tanpa mengulang-ulang, maka jumlah totalnya adalah sebanyak 4000 hadits.
Metode penyusunan Imam Muslim memang dikenal lebih rapi dan lebih mudah dipahami dari pada cara penyusunan Imam Bukhari, karena Imam Muslim adalah murid dari Imam Bukhari. Lantas setelah datang masa menyampaikan ilmu Hadits secara tertulis, Imam Muslim pun mempelajari metode gurunya, dan beliau berusaha untuk lebih menyempurnakan sistem dan memudahkan bagi pembacanya setelah mengetahui bagian mana saja yang dianggap sulit saat mempelajari kitab Shahih Bukhari.
Namun, untuk masalah keagungan dan ketinggian derajat keilmuan serta ketatnya derajat Hadits Shahih yang menjadi pilihan beliau berdua, maka para ulama tetap mengunggulkan pilihan Hadits Shahih dari Imam Bukhari daripada pilihan Imam Muslim. Artinya kitab Shahih Bukhari lebih utama daripada kitab Shahih Muslim.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-32632809583408104252013-04-27T15:21:00.002+08:002013-04-27T15:21:06.296+08:00METODE IMAM BUKHARI DALAM PERIWAYATAN SHAHIHLuthfi Bashori
Ada beberapa kreteria atau syarat pada setiap ulama dalam menghukumi hadits yang diriwayatkannya sebagai hadits shahih. Imam Bukhari menyaratkan hadits shahihnya dengan cara memasukkan ke dalam laboratirum Musthalah yang memiliki lima syarat :
1. Ittishalus sanad : yaitu, sebuah hadits dapat dimasukkan dalam definisi shahih jika sanadnya bersambung, sekira setiap perawi benar-benar meriwayatkanya langsung dari gurunya, dan gurunya langsung dari kekak gurunya, demikianlah hingga bersambung kepada Rasulullah SAW.
2. Adalatur riwayah : yaitu perawinya harus seorang muslim, mukallaf, yang selamat dari kefasikan atau dosa besar, dan tidak terus menerus melakukan dosa-dosa kecil. Artinya si perawi harus seorang yang istiqamah dalam menjaga ketaqawaan kepada Allah dan berakhlaq yang mulia.
<span class="fullpost">
3. Tamamud dhabth : yaitu super kuat dalam menjaga hafalan dan perawatan naskah. Tamamud dabth ini dibagi dua, yaitu Dhabthu shadr : maksudnya adalah lekatnya hafalan hadits yang sudah didengarkan dari gurunya, sekira ia ingat terhadap hapalannya itu kapan saja diperlukan. Dhabtu kitab : maksudnya adalah teliti dalam menjaga tulisan hadits yang dipelajari dari gurunya dan selalu mentashihnya, atau membacanya berulang-ulang serta memperdengarkannya kepada sang guru atau teman seprofesinya, sekira jika ada berobahnya dalam tulisannya itu, maka segera dibetulkan.
4. Khuluwwun mis syudzudz : yaitu perawinya tidak bertolak belakang dan bertentangan dengan perawi hadits semisalnya yang lebih bonafid. Sebuah hadits dikategorikan shahih jika diriwayatkan oleh perawi yang benar-benar sempurna dari perselisihan riwayat dengan teman seprofesi dan selevelnya.
5. Khuluwwun min `illah : Hadits shahih harus selamat dari `illah, yaitu sebuat sifat samar-samar yang jika diteliti dengan benar dan jeli dapat merusak keshahihan hadits tersebut, sekalipun secara dhahir tampaknya aman-aman saja.
Dalam ketatnya syarat Imam Bukhari tersebut di atas masih ada lagi syarat lain yang mengikat, seperti setiap perawi harus mendengar langsung dari gurunya tentang hadits yang ia riwayatkan. Dalam istilah ahli hadits, metode ini disebut dengan istilah Samaa`i (mendengar langsung). Imam Bukhari juga mensyaratkan tsubutul liqa, yaitu kepastian bertemunya perawi secara langsung dengan gurunya.
Syarat yang diterapkan oleh Imam Bukhari ini sudah sering diteliti oleh para ulama yang kompenten dalam bidangnya, dan mereka bersepakat bahwa Imam Bukhari benar-benar menjalankan syarat-syarat yang beliau tentukan sendiri secara konsekwen dan ketat dalam penyusunan kitab Shahih Bukhari.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-57905041687718615592013-04-27T15:19:00.003+08:002013-04-27T15:19:59.120+08:00MENGENAL IMAM BUKHARILuthfi Bashori
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari. Lahir pada hari Jumat tanggal 13 Syawwal 194 H. Beliau lahir di rumah ayahandanya yang terkenal sebagai seorang ulama yang cerdas dan zuhud (tidak terikat dengan urusan keduniaan). Yaitu di daerah Bukhara yang kini termasuk dalam wilayah Rusia.
Imam Bukhari melanglang buana dalam menuntut ilmu ke beberapa negara antara lain Hijaz (Makkah-Madinah), Syam (kini disebut Siriya), Mesir dan Iraq. Beliau wafat pada usia 62 tahun dan tidak dikaruniai anak lelaki satupun.
Kitab karangan beliau Shahih Bukhari, adalah kitab yang dikatakan oleh para ulama sebagai Kitab yang paling shahih setelah Alquran. Sedangkan nama lengkap kitab beliau adalah Aljaami`us Shahiihul Musnadul Mukhtashar Min Hadiitsi Rasuulillaah SAW Wasunanihi Wa-ayaamihi.
<span class="fullpost">
Tema yang dibahas dalam kitab Shahih Bukhari adalah khusus mencantumkan hadits-hadits shahih yang berstandar syarat keshahihan menurut kaedah beliau sendiri yang sangat ketat dan berat dibanding syarat-syarat yang diterapkan oleh para ulama ahli hadits lainnya.
Sedangkan arti Musnad yang maksud oleh Imam Bukhari adalah semua hadits yang dicantumkan itu bersanad yang muttashil (bersambung) kepada Raulullah SAW. Sanad sendiri berarti silsilah guru atau perawi hadits mulai dari gurunya Imam Bukhari secara estafet kepada kakek gurunya dan seterusnya sampai kepada Rasulullah SAW.
Imam Bukhari hanya mencantumkan hadits-hadits yang bersanad Shahih sebagaimana pengakuan beliau : Aku tidak mencantumkan di dalam kitab Aljami` ini kecuali hanyalah yang shahih saja.
Pengakuan Imam Bukhari ini telah diteliti oleh para ulama ahli hadits lainya, maka merekapun bersepakat mengatakan bahwa paling shahihnya kitab di dunia ini setelah Alquran adalah kitab Shahih Bukhari, bahkan jika ada seorang suami mengatakan kepada istrinya : Hukum cerai aku jatuhkan kepadamu wahai istriku, jika ada satu hadits saja dalam Kitab shahih Bukhari ini yang ternyata tidak shahih...! Para ulama bersepakat bahwa dalam perkawinan suami istri tersebut tidak terjadi hukum cerai, karena memang tidak ada di dalamnya satu haditspun selain shahih.
Pengakuan ini, disamping sesuai dengan pengakuan Imam Bukhari sendiri, juga para ulama telah mengadakan penelitian dengan ketat terhadap isi kitab Shahih Bukhari, dengan kesimpulan bahwa semua yang ada di dalamnya benar-benar shahih yang dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk ini pula, non muslim dari kalangan orientalis, serta kalangan aliran-aliran sesat yang akan merusak ajaran syariat Islam, mereka mengambil jalan pintas dengan menciptakan keragu-raguan kepada umat Islam, agak tidak mudah percaya terhadap keshahihan kitab Shahih Bukhari.
Jika strategi menciptakan keragu-raguan terhadap keshahihan kitab Imam Bukhari ini sudah terwujud dalam diri seorang muslim, maka akan dengan mudah kaum orientalis dan kalangan aliran sesat untuk membalikkan aqidah si muslim itu, sehingga tanpa terasa dan dengan mudah ia akan keluar dari agama Islam.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-33691524030502625922013-04-27T01:39:00.002+08:002013-04-27T01:39:07.512+08:00BUKTI AJARAN SYI`AH IMAMIYAH (IRANIYAH) MENGKAFIRKAN UMAT ISLAM TERMASUK PARA SHAHABAT NABI SAW.<span class="fullpost">
Luthfi Bashori
Berikut adalah nama-nama tokoh dan ulama Syi`ah Imamiyah Iraniyah sebagai panutan Syi`ah Indonesia, yang secara terang-terangan mengkafirkan dan mencaci maki umat Islam:
1. Khomeini pada saat pidato disiarkan oleh Suara Revolusi Iran dari Abadan, pukul 12.00 tanggal 17 Maret 1979 : Aku katakan dengan terus terang wahai saudara-saudaraku kaum muslimin di seluruh dunia, bahwa Makkah Almukaramah sebagai tanah haram Allah yang aman, sedang diduduki/dijajah oleh sekelompok manusia yang lebih jelek dari pada Yahudi...! (Data tersimpan di markas Pejuang Islam).
Keterangan : Padahal di Makkah banyak terdapat ulama dan umat Islam dari kalangan Ahlus sunnah wal jama`ah, di samping penganut Wahhabi.
2. Almajlisi dalam kitab Biharul Anwar 4/385 berkata: Bahwa mereka (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah perampok-perampok yang curang dan murtad, keluar dari agama, semoga Allah melaknati mereka dan semua orang yang mengikuti mereka dalam bertindak jahat terhadap keluarga Nabi, baik orang-orang dahulu maupun orang-orang belakangan.
Ini menunjukkan bahwa penganut Alhus sunnah wal jamaah divonis murtad oleh kaum Syi`ah, karena mengakui kekhalifahan Sy. Abu Bakar, Sy. Umar dan Sy. Utsman.
3. Abu Bashir berkata dalam kitab Ushulul Kaafi, 2/410 : Sesungguhnya penduduk Makkah telah kufur kepada Allah secara terang-terangan, dan bahwa penduduk Madinah lebih jelek dari pada penduduk Makkah, bahkan lebih jelek tujuh puluh kali dari pada penduduk Makkah.
4. Pada masa Sy. Ja`far Shadiq, kaum Syi`ah mengatakan tentang penduduk Makkah dan Madinah pada zaman keemasan Islam: Penduduk Syam lebih jelek dari pada penduduk Rumawi atau lebih jelek dari pada orang Nasrani, penduduk Madinah lebih jelek dari pada penduduk Makkah, dan penduduk Makkah telah kufur kepada Allah dengan terang-terangan. (Termaktub dalam kitab Alkafi, 2/409).
5. Almajlisi berkata kembali dalam kitab Bihar al-Anwar, 5/508 : Mesir menjadi negara paling jelek pada masa itu (masa kejayaan Islam), karena penduduknya menjadi orang yang paling celaka dan paling kufur.
Bisa jadi kebencian orang Syi`ah pada Mesir dan penduduknya, karena pemerintahan Syi`ah Isma`iliyah/Fathimiyah ditumbangkan oleh tokoh Islam Shalahuddin al-Ayyubi.
6. Murtadla Muhammad Alhusaini Alfairuzabadi, asal Najef Iran, menulis beberapa bab dalam bukunya Assab`atu minas salaf, cetakan Qum Iran dengan judul antara lain sbb :
- Bab bahwa pada diri Abu Bakar ada setan yang merasukinya.
- Bab bahwa para shahabat Nabi SAW telah berbuat sewenang-wenang dan kembali murtad ke agamanya semula (keluar dari Islam).
- Bab pemalsuan Umar bin Khatthab terhadap hadits Nabi SAW.
- Bab tentang kebodohan Utsman bin Affan terhadap Alquran-Hadits.
- Bab tipu daya Aisyah dan Hafshah terhadap Nabi SAW.
- Bab tentang rasa hasud dan sangat pelitnya Aisyah.
- Bab bahwa Nabi SAW melaknat Mu`awiyah, Amer dan Almughirah.
- Bab tentang Nabi SAW memusuhi Khalid bin Walid.
Bab-bab di atas adalah kebohongan semata yang dilakukan oleh tokoh Syi`ah, si pengarang kitab terhadap para shahabat Nabi SAW. Maka secara otomatis telah melakukan permusuhan terhadap umat Islam secara terang-terangan.
Tentunya, cuplikan di atas sudah dapat mewakili pembuktian bahwa Islam dan Syi`ah memang dua agama yang berbeda dan tidak akan dapat bertemu pada satu titik, se dalam apapun yang diusahakan. Bagaimana mungkin diadakan persaudaraan, jika Syi`ah sendiri telah menvonis kafir terhadap umat Islam seperti terbukti di atas?.
Belum lagi adanya berbedaan mendasar terhadap kitab suci Alquran antara keyakinan umat Islam dan keyakinan penganut Syi`ah. Di bawah ini adalah salah satu contoh ayat yang benar dan asli menurut versi Syi`ah Imamiyah dan sangat berbeda dengan Alquran umat Islam, yaitu ayat :
Wa in kuntum fi raibin mimmaa nazzalna `alaa `abdinaa FI `ALIYYIN faktuu bishuuratin min mitslih. (Albaqarah)
Sedangkan yang ada di dalam Alquran umat Islam adalah :
Wa in kuntum fi raibin mimmaa nazzalna `alaa `abdinaa faktuu bishuuratin min mitslih. > (tanpa tambahan FI `ALIYYIN, seperti keyakinan versi Syi`ah Imamiyah).
Jadi, versi ketauhidan / keyaqinan / aqidah antara Islam dan Syi`ah sudah sangat jelas perbedaannya, demikian ini tentunya dapat dipahami oleh kalangan yang mengerti ajaran agama Islam dengan baik, serta kalangan yang mau berpikir jernih.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-2448602682371478822013-04-27T01:35:00.001+08:002013-04-27T01:35:54.095+08:00BUKTI AJARAN SYIAH IMAMIYAH IRANIYAH MENGKAFIRKAN UMAT ISLAM TERMASUK PARA SHAHABAT NABI SAW.<span class="fullpost">
Pejuang Islam
1. Khomeini pada saat pidato disiarkan oleh Suara Revolusi Iran dari Abadan, pukul 12.00 tanggal 17 Maret 1979 : Aku katakan dengan terus terang wahai saudara-saudaraku kaum muslimin di seluruh dunia, bahwa Makkah Almukaramah sebagai tanah haram Allah yang aman, sedang diduduki/dijajah oleh sekelompok manusia yang lebih jelek daripada Yahudi...!
Keterangan : Padahal di Makkah banyak terdapat ulama dan umat Islam dari kalangan Ahlus sunnah wal jama`ah, di samping penganut Wahhabi.
2. Almajlisi dalam kitab Biharul Anwar 4/385 berkata: Bahwa mereka (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah perampok-perampok yang curang dan murtad, keluar dari agama, semoga Allah melaknati mereka dan semua orang yang mengikuti mereka dalam bertindak jahat terhadap keluarga Nabi, baik orang-orang dahulu maupun orang-orang belakangan.
3. Abu Bashir berkata dalam kitab Ushulul Kaafi, 2/410 : Sesungguhnya penduduk Mekkah telah kufur kepada Allah secara terang-terangan, dan bahwa penduduk Madinah lebih jelek daripada penduduk Mekkah, bahkan lebih jelek tujuh puluh kali daripada penduduk Mekkah.
4. Pada masa Sy. Ja`far Shadiq, kaum Syiah mengatakan tentang penduduk Mekkah dan Madinah pada zaman keemasan Islam: Penduduk Syam lebih jelek daripada penduduk Rumawi atau lebih jelek daripada orang nasrani, penduduk Madinah lebih jelek daripada penduduk Mekkah, dan penduduk Mekkah telah kufur kepada Allah dengan terang-teangan. (Termaktub dalam kitab Alkafi, 2/409)p.
5. Al- Majlisi berkata kembali dalam kitab Bihar al-Anwar, 5/508 : Mesir menjadi negara paling jelek pada masa itu (masa kejayaan Islam), karena penduduknya menjadi orang yang paling celaka dan paling kufur.
Bisa jadi kebencian orang Syi`ah pada Mesir dan penduduknya, karena pemerintahan Syi`ah Isma`iliyah/Fathimiyah ditumbangkan oleh tokoh Islam Shalahuddin al-Ayyubi.
(sumber : buku kumpulan artikel Seminar Nasional Tentang Syiah Imamiyah)
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-91900943184031940632013-04-27T01:34:00.002+08:002013-04-27T01:36:45.642+08:00KITAB ALKAAFI DI MATA TOKOH-TOKOH SYIAH IMAMIYAHLuthfi Bashori
Pujian Almufid, tokoh Syiah yang hidup sekitar tahun 300 Hijriyah untuk Alkaafi : Kitab Alkaafi adalah paling agung-agungnya kitab Syiah, dan paling banyak manfaatnya. (lihat kitab Kitab Tashihul i`tiqad 3 hal 27).
Pujian Alfaidh, tokoh Syiah yang satu kurun dengan Almufid : Kitab Alkaafi adalah kitab yang paling mulia, paling terpercaya, paling sempurna, paling lengkap, tidak ada satupun kitab ushul/aqidah yang menyamainya, Alkaafi ini terbebas dari kesalahan dan kekeliruan. (lihat Kitab Alwaafi juz 1, hal 6, Cetakan Theheran, th 1324 H).
Apalagi senada dengan Almufid dan Alfaidh adalah tokoh Syiah kontemporer, Musa Almusawi dan Muqaddimah Buku Dialog Sunnah Syiah, cetakan pertama oleh penerbit Mizan, yang beredar pada dekade 1980 an, dengan pengakuan, bahwa Alkaafi adalah kitab rujukan utama Syiah Imamiyah, yang riwayatnya diterima secara Mutawatir dan keshahihan isinya bisa dipertanggungjawabkan.
<span class="fullpost">
Masih banyak tokoh-tokoh Syiah Imamiyah yang memuji kehebatan kitab Alkaafi dalam pandangan mereka. Namun, cuplikan di atas dianggap sudah dapat mewakili yang lainnya.
Padahal, kesesatan Alkaafi yang diagung-agungkan oleh tokoh-tokoh Syiah Imamiyah, banyak sekali. Di samping Alkaafi mengingkari kesucian dan kemurnian Alquran Mushhaf Utsmani kitab suci umat Islam, juga dalam masalah ketauhidan, kaum Syiah sangat mengkultuskan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Khalifah keempatnya umat Islam.
Sedang Syiah Imamiyah menempatkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib lebih tinggi derajatnya dari semua orang termasuk para Nabi sekalipun, sampai-sampai Alkaafi juz 1 hal 437 mengatakan :
`Kepemimpinan Ali (bin Abi Thalib menjadi khalifah pengganti Nabi Muhammad), telah tercatat di dalam kitab-kitab suci para Nabi, dan Allah tidak mengutus seorang Nabi pun kecuali dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW dan kekhalifahan Ali`
Pada halaman yang sama, Alkaaafi mengatakan
`Kekuasaan kami (ke duabelas Imam Syiah) adalah kekuasaan Allah, yang tidak seorang Nabi pun yang diutus kecuali dengan meyakininya`
Lihatlah Syiah Imamiyah telah menyetarakan kekuasaan Imam mereka dengan kekuasaan Allah, inilah bentuk lain dari kemurtadan aliran sesat Syiah Imamiyah yang penyebaran dakwahnya dimotori oleh seorang persi yaitu Khomeini, yakni sejak revolusi Syiah terhadap pemerintahan Syah Iran yang juga beraliran Syiah.
Beginilah antara lain cuplikan kebohongan aqidah Syiah Imamiyah terhadap Sayyidina Ali dan umat Islam, yang dibukukan oleh Alkaafi, kitab rujukan utama kaum Syiah Imamiyah, yang dijadikan sebagai kitab standar mereka dalam beraqidah, yang kemutawatiran dan keshahihannya diakui oleh tokoh-tokoh sekelas Almufid dan Alfaidh yang hidup pada abad ke tiga Hijriyah, dan dikuatkan oleh Musa Almusawi tokoh kontemporer Imamiyah serta Muqaddimah buku Dialog Sunnah Syiah cetakan pertama, terbitan Mizan.
Tapi kini muncul buku-buku baru yang diterbitkan oleh tokoh-tokoh Imamiyah, yang mengatakan bahwa Alkaafi tidak semuanya shahih. Hal ini mereka lakukan karena keberhasilan mat Islam membongkar kebobrokan dan kemurtadan isi kitab Alkaafi tersebut.
Jadi, tampak lucu sekali kalau tiba-tiba dimunculkan nama-nama pengarang fiktif dengan mengatakan Kitab Alkaafi tidak semuanya benar, dengan memuat beberapa pernyataan-pernyataan tokoh mereka sebagai penguat. Tentunya, pernyataan-pernyataan ini dikeluarkan setelah tokoh-tokoh Syiah Imamiyah menyadari jika kesesatan isi Alkaafi sudah terungkap di kalangan ulama dan umat Islam.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-67554692008734845242013-04-27T01:32:00.002+08:002013-04-27T01:39:52.446+08:00HUKUM DAN BAHAYA NIKAH MUT’AH BAGI KEHIDUPAN BERAGAMA DAN BERMASYARAKATPejuang Islam
Nikah Mut’ah, atau disebut pula dengan Zuwaj Muaqqat (kawin sementara) atau Zuwaj Munqathi’ (kawin putus) merupakan jenis “pernikahan” yang berbeda dengan perkawinan yang lazim berlaku di masyarakat, utamanya masyarakat Islam. Perkawinan Mut’ah terjadi atas dasar perjanjian bersama antara pria dan wanita untuk hidup bersama dalam waktu tertentu. Jika waktu yang telah ditentukan itu berakhir, maka secara otomatis ikatan perkawinan itu pun berakhir.
Kaum Syi’ah itsna ‘Asyariyah dengan berbagail dalih dan alasan memandang perkawinan mut’ah sah menurut syari’at. Rahmat Muthahhari, seorang ulama besar Syi’ah mengatakan nikah mut’ah itu adalah kawin percobaan. Banyak ungkapan tentang nikah mut’ah ini menurut ulama syi’ah, di antaranya “belum sempurna iman seseorang kecuali dengan nikat mut’ah, “dengan seberapa banyak wanita pun nikah mut’ah boleh”, “dengan wanita pelacur boleh”, “dengan perawan tanpa izin orang tuanya boleh, “nikah mut’ah boleh dilakukan dengan siapapun, termasuk dengan majusiyah (musyrikah).” (Kitab Wasail al-Syi’ah, jilid 7, h. 442, 446, 454, 455, 457, 459, 462).
Sedangkan kaum Ahlussunnah wal Jama’ah (Sunni) mempunyai dalil-dalil dan alasan untuk meyakini bahwa jenis perkawinan ini tidak sah menurut syari’at.
<span class="fullpost">
Kaum muslimin di negeri kita, Indonesia, pada umumnya tidak mengenal jenis perkawinan mut’ah. Hal ini disebabkan oleh dua kenyataan: Pertama, hampir semua kaum muslimin di Indonesia bermazhab Ahlussunnah wal Jama’ah, dan dalam fiqih bertaqlid kepada Imam Syafi’i yang mazhabnya terkenal teliti, cermat, hati-hati, dan luwes. Kedua, masyarakat Indonesia, baik yang beragama Islam maupun yang beragama atau berkepercayaan lain, pantang menerima jenis perkawinan seperti itu. Mereka memandangnya sebagai perkawinan yang tidak sah, tidak beradab, tidak manusiawi, melecehkan harga diri dan kehormatan kaum wanita. Apalagi bila dikaitkan dengan akibat-akibatnya yang dapat merusak kehidupan kekeluargaan dan kemasyarakatan.
Maka tak heran, para ulama yang meneliti hukum mut’ah dan dampaknya, misalnya al-Ustadz Abdullah Awadl Abdun, Pengasuh Pesantren Darut Tauhid Malang Jawa Timur, menyamakan nikah mut’ah dengan praktik perzinahan. Setelah meneliti tatacara dan dalih yang digunakan kaum Syi’ah untuk menghalalkan mut’ah, Ustadz Abdullah menyimpulkan ada 15 persamaan nikat mut’ah dengan perzinahan yang diharamkan itu, di antaranya:
1. Mut’ah tanpa saksi, zina tanpa saksi.
2. Mut’ah tanpa wali, zina tanpa wali.
3. Mut’ah dengan sewa dan waktunya sesuai dengan perjanjian, zina juga demikian.
4. Mut’ah telah jelas dilarang oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, zina juga demikian.
5. Orang senang mut’ah suka ganti-ganti wanita, orang yang suka zina juga demikian.
6. Tujuan mut’ah hanya untuk memenuhi hajat seksual, zina juga demikian.
7. Wanita yang dimut’ah selain mengharap upah, juga untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Pelacur juga demikian.
8. Orang yang mut’ah tidak berniat membina rumah tangga, pezina juga demikian.
9. Orang yang mut’ah tak ada tujuan memelihara anak, pezina juga demikian.
10. Pemut’ah laki-laki membayar upah, pezina laki-laki juga begitu.
11. Dalam mut’ah tidak ada talaq (perceraian), dalam perzinahan juga demikian.
12. Dalam mut’ah tida ada saling mewarisi, dalam perzinahan juga demikian.
13. Masa nikah mut’ah berakhir dengan habisnya masa kontrak. Perzinahan juga demikian.
14. Wanita pemut’ah menjadi semacam barang dari tangan ke tangan lain. Nasib pezina juga demikian.
15. Anak hasil mut’ah, zina, dan kumpul kebo sama-sama terbengkalai dan tidak akan terurus.
Selain berlawanan dengan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang dianut masyarakat Indonesia, praktik nikah mut’ah juga berlawanan dengan Undang-Undang Perkawinan No. 1/tahun 1974. Perkawinan dalam UU tersebut bersifat abadi, sedang nikah mut’ah hanya bersifat sementara.
Dalam Pasal 1 undang-undang itu disebutkan:
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Sudah maklum, bahwa “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah Sila I (Pertama) dari Pancasila, dan Bab XI pasal 29 ayat (1) dari UUD 1945. Karena itu, nikah mut’ah jelas-jelas bertentangan dengan UU No. 1 Tahun 1974 tersebut, serta bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), tepatnya pada Pasal 2 dan 3 dijelaskan:
“Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat “mitsaqan ghalidhan” untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.”
“Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.”
Bila dilihat lagi pasal-pasal yang ada dalam KHI tersebut, yakni:
1. Pasal 4 dan 8,
2. Bab IV, Bagian Kesatu Pasal 14 (tentang perkawinan),
3. Bagian Ketiga Pasal 19 (tentang wali),
4. Bagian Keempat Pasal 24, 25 dan 26 (tentang saksi),
5. Bagian Kelima Pasal 27 dan 28 (tentang wakil wali)
maka kesemunya secara jelas menjelaskan bahwa praktik nikah mut’ah bertentangan dengan hukum yang berlaku di negeri ini.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa praktik nikah mut’ah tersebut bertentangan dengan banyak hal, di antaranya:
1. Bertengan dengan dalil al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Bertentangan dengan ijma’ (konsensus) ulama yang berpendapat tentang keharaman nikah mut’ah.
3. Bertentangan dengan Pancasila, terutama Sila I, Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Sila II, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
4. Bertentangan dengan UUD 1945, Pasal 29 ayat (1).
5. Bertentangan dengan UU No. 1/1974, tentang perkawinan, Pasal 1.
6. Bertentangan dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI), yang didinstruksikan oleh pemerintah untuk dilaksanakan (instruksi No. 1 Th. 1991 tanggal 10 Juni 1991).
7. Dari segi sosial dan moral, bertentangan dengan ajaran untuk menjaga kelangsungan perkawinan, kehormatan keluarga, dan kesucian kemaluan.
Di lain pihak, bila dikaji langsung pada kitab-kitab rujukan kaum Syi’ah, di antaranya Man La Yahdhuruhu al-Faqih atau Wasail al-Syi’ah, dan sebagainya, akan didapati keterangan bahwa nikah mut’ah bagi mereka adalah salah satu bagian dari keyakinan atau akidah.
Disebutkan dalam Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jilid 3, halaman 366:
“Ibnu Babwaih meriwayatkan dari Ja’far ash-Shadiq: ‘Sungguh mut’ah itu agamaku dan agama leluhurku. Siapa melakukannya, ia telah melakukan agama kami dan siapa mengingkarinya maka ia telah mengingkari agama kami serta ia berakidah dengan selain agama kami.”
Dalam Kitab Wasail al-Syi’ah, jilid 7, halaman 442, disebutkan:
“Sungguh seorang mukmin tidak sempurna sehingga ia kawin mut’ah.”
Berdasarkan keterangan dari rujukan utama mereka ini, nikah mu’ah bagi orang Syi’ah itu adalah suatu hal yang harus dikerjakan, na’udzu billahi mindzalik.
Karena itulah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam keputusannya Nomor: Kep-B-679/MUI/XI/1997, berdasarkan berbagai pertimbangan, telah memutuskan dua hal penting: Pertama, bahwa nikah mut’ah hukumnya haram. Kedua, pelaku nikah mut’ah harus dihadapkan ke pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa harus ada kerjasama antara ulama dan umara’ (pemerintah) dalam memberantas praktik nikah mut’ah oleh kalangan Syi’ah ini. Sudah menjadi rahasia umum, bila aliran ini telah berkembang di bumi Indonesia (lihat beberapa arsip). Di beberapa daerah, praktik mut’ah juga telah menimbulkan keresahan masyarakat. Dikhawatirkan bila tidak ada kebijakan tegas dari aparat pemerintah, baik secara preventif maupun tindakan langsung, hal ini dapat memicu kericuhan dan konflik horizontal di tengah masyarakat.
Idealnya, memang terdapat job discription yang jelas antara juru dakwah, pelaku amar ma`ruf nahi munkar, dan pemerintah. Bila para juru dakwah, pelaku amar ma\`ruf nahi munkar, dan pemerintah, dapat menjalankan wewenang sesuai porsinya, maka kondisi ini insya Allah akan dapat menghindarkan keresahan dan hal-hal yang tidak diinginkan di tengah masyarakat, khususnya umat Islam.
Berangkat dari pemahaman di atas, dan sebagai bentuk kerjasama dan sinergi antara ulama dan umara’ (pemerintah), dalam rangka menghindarkan masyarakat Sulawesi Selatan dari bahaya praktik mut’ah, maka kami memandang perlu diadakannya seminar terkait hal tersebut di lingkungan Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan, sebagai titik tolak langkah-langkah selanjutnya yang perlu diambil oleh pihak kepolisian dan ulama.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-18926378698681753912013-04-27T01:30:00.002+08:002013-04-27T01:40:29.669+08:00HABIB SALIM BIN JINDAN MUFTI INDONESIA, MENYIKAPI SYI`AH - 2Luthfi Bashori
Pada buku Arra`ah Alghamidhah, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, Mufti Indonesia pada masanya, secara gamblang menerangkan bahwa beliau dan tentunya termasuk seluruh datuk-datuknya secara estafet hingga Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sangatlah menghormati dan membela kesucian para shahabat Nabi SAW. Karena beliau dan datuk-datuknya adalah menganut madzhab Ahlus sunnah wal jama`ah.
Habib Salim sangat tegas dalam melawan kaum Syi`ah yang salah satu ciri khas mereka adalah mencela, mendiskreditkan, melaknat hingga mengkafirkan para shahabat Nabi SAW, karena hal itu sangat bertentangan aqidah dan keyakinan yang beliau anut.
Sebagai bukti ketegasan Habib Salim dalam membeberkan kesesatan Syiah kaum pencaci maki para shahabat Nabi SAW, adalah cara beliau menukil hadits serta pendapat para ulama. Ternyata Habib Salim memilih hadits-hadits spesial yang secara terang-tengan berlawanan dengan aqidah Syiah, antara lain yang tertera pada halaman 5 dan 6 pada buku Arra`ah Alghamidhah karangan beliau yaitu sabda Nabi SAW:
`Barang siapa mencaci maki shahabat-shahabatku, maka cambuklah dia !`
<span class="fullpost">
Habib Salim mengomentari hadits ini dengan mengatakan : `Kaum Rafidlah atau Syiah tidak pernah berhenti mencela shahabat Rasulullah SAW. Tidak hentinya mereka mencaci maki, bahkan selalu mereka sebut (cacian itu) dalam berbagai pertemuan, di madrasah, bahkan di kampus, baik secara terang- terangan atau sembunyi-sembunyi. Mereka memang sebagian orang yang telah sesat dan dicelakakan oleh Allah SWT. Semoga Allah memerangi mereka`.
Habib Salim juga menukil pendapat Syeikh Ibnu Hajar dalam kitab Asshawaiq yang mengkatakan : `Tidak boleh shalat di belakang kaum Rafidlah atau aktifis Syiah yang mengingkari kekhalifahan Abu Bakar RA`.
Pelarangan itu juga sudah disebutkan dalam berbagai hadits, yang di antaranya diriwayat oleh Imam Albaihaqi dalam kitab Sunannya dari Anas bin Malik berkata : Rasulullah SAW bersabda : `Sesungguhnya Allah SWT telah memilihku, dan memilihkan untukku para shahabat dan mertua-mertuaku. Dan kelak akan datang suatu kaum yang mencaci maki dan membenci para shahabat (yaitu kaum Syiah), maka janganlah kalian duduk bersama mereka (kaum syiah), minum dan makan bersama mereka, dan janganlah kalian menikah dengan mereka !`.
Habib salim juga menukil tambahan lafadz hadits di atas dalam riwayat Imam Thabarani dalam Mu`jamnya dari `Uwaimir RA yang mengatakan : `Maka barang siapa mencaci maki mereka (para shahabat), baginya kutukan Allah SWT, malaikat dan segenap insan. Allah tidak akan menerima ibadah wajib dan sunnahnya`.
Kata Habib Salim : `Meskipun kaum Rafidlah dan Syiah menganggap diri mereka sebagai kaum muslimin yang menunaikan shalat dan puasa, akan tetapi Allah SWT tidak akan menerima semua ibadah mereka, sebagaimana dinashkan dalam konteks lahiriah hadits di atas. Tidaklah bermanfaat shalat seseorang yang mencela salah satu seorang shahabat Rasulullah SAW. Bahkan dia mendapatkan kutukan Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah firman yang artinya : `Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasulul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan akherat. (QS. 33/57)`
Habib Salim menandaskan, barang siapa menyakiti Rasulullah SAW dengan mencela shahabat atau keluarganya, maka dia adalah orang yang terkutuk berdasarkan ayat di atas. Para ulama bersepakat akan terkutuknya pencaci maki para shahabat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA oleh Imam Tirmidzi dan Alkhatib, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
`Jika kalian melihat orang-orang yang mencaci maki shahabat-shahabatku, maka katakanlah : Kutukan Allah atas kejahatan kalian`.
Dalam merespon hadits ini, Habib Salim sangat tajam menyikapi kebiasaan kaum Syiah yang mencaci maki para shahabat Nabi SAW, termasuk yang kini marak diusung oleh para alumni Qum Iran beserta antek-antek mereka seraya beliau mengatakan :
`Ini merupakan prinsip yang tidak disangsikan lagi, karena sesungguhnya sejelek-jelek umat ini adalah mereka yang mencaci maki para shahabat Nabi mereka. Mencaci maki dan mencela para shahabat Nabi SAW merupakan perilaku kaum Rafidlah dan Syiah`.
Orang Ahli Sunnah menamakan mereka sebagai Yahudinya umat ini. Bahkan kaum Yahudi lebih baik dari mereka, karena jika kita bertanya kepada seorang tokoh Yahudi tentang shahabat Nabi Musa AS, pasti akan berkata : `Merekalah orang-orang pilihan kami dan orang-orang yang kami kasihi !`
Begitupun jika kita bertanya kepada kaum Nashrani tentang kaum Hawary Nabi Isa AS, pastilah akan menjawab : `Merekalah junjungan kami dan orang-orang pilihan kami !`
Namun, jika kita bertanya kepada orang rafidlah atau Syiah tentang shahabat Rasulullah SAW, niscaya akan menjawab : `Sesungguhnya mereka itu sejelek-jelek kami dan orang-orang dzalim kami`.
Habib Salim menutup perkataannya dengan melantunkan doa : `Semoga Allah membinasakan kaum Rafidlah atau Syiah`.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-32193360300433534362013-04-27T01:29:00.002+08:002013-04-27T01:41:50.018+08:00HABIB SALIM BIN JINDAN MUFTI INDONESIA, MENYIKAPI SYIAH - 1Luthfi Bashori
Nama lengkap beliau adalah Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, pengarang kitab Arra`ah Alghamidha fi Naqdli Kalami Arrafidlah, yang diterjemahkan oleh Achmad Sunarto dengan judul FATWA ISU PENTING. Beliau adalah Mufti Indonesia, yang menulis buku di atas untuk menyikapi propaganda kaum Syiah pada saat sebelum Perang Dunia Kedua.
Adapun pada awal tulisan beliau di halaman 1, beliau telah banyak menukil pendapat para ulama Ahlus sunnah wal jamaah yang menampakkan ketegasan sikap mereka terhadap keberadaan Syiah, yang oleh beliau lebih sering disebutkan sebagai kaum Rafidlah.
Habib Salim lebih memilih nama Rafidlah dalam mengistilahkan kaum Syiah khususnya Siah Imamiyah yang kini dianut negara Iran dan ditenarkan oleh Khomeini pimpinan spititual mereka.
<span class="fullpost">
Pengistilahan Rafidlah (kaum yang ditolak oleh Islam) ini, beliau mengikuti kebiasaan sebagian ulama salaf Ahlus sunnah wal jamaah. Namun, istilah kaum Syiah lebih populer di kalangan masyarakat dewasa ini sebagai julukan bagi pengidola Khomeini,.
Karena pentingnya isi tulisan Habib Salim ini, sedangkan buku FATWA ISU PENTING tidak mudah didapat oleh umum, maka kami akan menukil beberapa halaman agar dapat memberi manfaat bagi umat Islam Indonesia.
Pada halaman 1 s/d 4, beliau mengatakan :
Siapakah kaum Rafidlah itu? Mereka adalah orang-orang yang mengklaim, bahwa diri mereka mencintai keluarga Rasulullah SAW. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Mereka menganggap diri mereka mengikuti jalan pembesar keluarga Rasulullah SAW seperti Imam Hasan dan Imam Husain, ayah mereka Imam Ali, Ali bin al-Husain dan Zaid bin Ali r.a.
Sementara mereka tidak mengakui keberadaan orang-orang seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Mu`awiyah, Amr bin al-Ash, sehingga mereka selalu mencacimakinya.
Sebenarnya Rasulullah SAW telah memperingatkan dan mengabarkan akan kelahiran mereka di masa yang akan datang, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad, Daruquthniy, adz-Dzahabi, al-Baghawiy, Thabaraniy, Uqailiy, al-Hafidh al-Qadhi Iyadh, yang diriwayatkan oleh banyak sahabat, yang sebagian mereka adalah Imam Ali r.a, Fatimah, Ummi Salamah, Al-Hasan, Anas bin Malik, Jabir al-Anshariy, Ibnu Abbas, dan Iyadh al-Anshariy, di mana mereka semua mendengar dan meriwayatkan dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda yang artinya: "Setelah kepergianku, kelak akan datang suatu kaum yang mempunyai julukan Rafidlah. Maka jika kalian menemukan, perangilah mereka, karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang mempersekutukan Tuhan. Ali r.a berkata "Aku barkata: "Wahai Rasulullah, apakah ciri-ciri mereka? Beliau SAW bersabda "Mereka akan menyanjungmu dengan apa yang tidak ada padamu dan mereka akan mencela kepadamu ulama salaf".
Hadits senada diriwayatkan oleh Abu Dzar al-Harawi dari Jabir ibnu Umar dan al-Hasan r.a. Dan diriwayatkan oleh adz-Dzahabiy dari ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda yang artinya: " Kelak di akhir zaman akan ada suatu kaum yang disebut kaum Rafidlah, di mana mereka meniggalkan islam. Maka perangilah mereka, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan Tuhan".
Dalam riwayat menurut Imam Daruquthniy dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata yang artinya: " Maka aku bertanya tentang ciri-ciri mereka". Maka beliau SAW bersabda: "Mereka seakan-akan mencintai keluarga Nabi, sementara mereka tidaklah begitu. Dan tanda-tanda dari mereka itu adalah mereka suka mencaci maki Abu Bakar dan Umar r.a."
Dalam riwayat yang lain yang diriwayatkan juga dari Ali r.a disebutkan, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Wahai Ali, kamu akan masuk surga. Wahai Ali, kamu masuk surga. Wahai Ali, kamu akan masuk surga. Dan kelak akan ada suatu kaum yang disebut Rafidlah. Maka jika kamu menemukan, perangilah mereka". Maka dia berkata: " Wahai Nabi Allah, apa tanda - tanda mereka? Beliau SAW bersabda: "Mereka terlihat berjama`ah, tidak melakukan shalat Jum`ah dan mereka mengumpat Abu Bakar dan Umar r.a".
Dalam kitab"Milal wa an-Nihal" Imam syahrastani menuturkan bahwa sesungguhnya dalam masa pemerintahannya, Imam Ali r.a. menemukan kaum Rafidlah, kaum yang oleh Rasulullah SAW agar dia memeranginya. Maka beliau r.a memerintahkan untuk membakar mereka di dalam dan lubang galian.
Namun beliau r.a merasa ragu untuk membakar sebagian yang lain, kerena beliau merasa khawatir, jika tindakan itu diikuti oleh kaumnya, maka beliau mengusir mereka ke tempat pembuangan sampah berbagai kota.
Sementara sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan, bahwa karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, yakni meereka mempersekutukan Allah SWT dengan manusia yang mereka cintai, sebagaimana yang dilakukan oleh sekte Syari`iyah yang merupakan sekte pecahan kaum Rafidlah di mana mereka mengatakan, bahwa sesumgguhnya Allah SWT bertempat di dalam lima orang yaitu Muhammad SAW, Ali, Fatimah, Hasan r.a, dan Husain r.a. Mereka adalah Tuhan, di mana Allah SWT adalah Tuhan besar dan mereka adalah Tuhan kecil.
Pemikiran semacam itu merupakan kekafiran secara jelas, tanpa kesangsian lagi. Sementara sekte Druz juga merupakan sekte pecahan Rafidlah beranggapan bahwa Imam Hakim, imam kelima dinasti fatimiyah adalah Tuhan. Dasar pemikiran aliran ini terlalu mendalamnya rasa cinta kepada Rasulullah SAW, sehingga mendudukkan mereka tidak pada tempatnya secara proporsional.
Sebagian mereka beranggapan, bahwa Ali r.a adalah seorang Nabi, yang lain berpendapat, bahwa dia adalah Tuhan. Sementara sekte pecahan lain, mengatakan bahwa dia adalah Nabi yang diam sedangkan Muhammad SAW adalah Nabi yang berbicara. Sebagian mereka bahkan sampai berpendapat bahwa Abu Bakar, Umar, dan Usman r.a adalah kufur. Karena itulah kaum Rafidlah dinamakan sebagai kaum musyrikin dan boleh mengutuk mereka, sebab telah melangkah kepada jalur syaitan.
Dalam Syarah asy-Syifak beliau berkata `` Pecahan kaum Rafidlah banyak sekali, "Abu Bakar al-Khawarizmi menjelaskan, bahwa syi`ah, Imamiyah dan Kaisaniah merupakan sebagian dari kaum Rafidlah."
Imam Abu Hanifah berkata "Semestinya Syi`ah mempunyai kekejian yang lebih kecil ketimbang kaum Rafidlah". (HR. baihaqi dalam sunan al-Kubro).
Mayoritas imam ahli-sunnah wal jama`ah berpendapat, bahwa kaum Rafidlah dan pecahannya kafir. Sebagian dari mereka adalah Imam Malik, Sanun, al-Qadhi Iyadh, penulis kitab Syifak, Abu Hanifah, Ibnu Hajar dan lainnya.
Sebagian mereka melarang duduk dalam suatu pertemuan dengan mereka dan bergaul bersamanya. Mereka berkata: "Janganlah kalian makan dan duduk bersama mereka. Maka jika mereka mati, janganlah mereka dishalati."
Ibnu Hajar dan madzhab Abu Hanifah berpendapat bahwa sesungguhnya barang siapa mengingkari kekhalifahan Abu Bakar dan Umar r.a adalah kafir, meski bertentangan dengan salah satu riwayat yang diceritakan oleh sebagian ulama mereka.
Namun menurut pendapat yang sahih, disebutkan bahwa orang tersebut kafir. Dan sesungguhnya kaum Rafidlah merupakan sebagian di antara mereka yang mengingkari kekhalifahan Abu Bakar dan mencacinya.
Dalam al-Iqtishad, Imam Ghazaliy berkata: "Sesungguhnya kelomppok umat ini berpendapat, bahwa secara sepakat mengatakan sesungguhnya Abu Bakar r.a adalah manusia yang berhak memegang kursi kekhalifahan setelah kepergian Rasulullah SAW, kecuali Rafidlah dan syi`ah. Sesungguhnya mereka mengingkari kebenaran Khalifah Abu Bakar r.a.
Dalam Fatawa adh-Dhahriyah karya seorang ulama Hanafiyah kitab "al-Ashli" karya Syaikh Muhammad bin al-Hasan, dan dalam Fatawa al-Badi`iyah disebutkan, bahwa beliau membagi kaum Rafidlah kepada mereka yang kafir dan selain mereka.
Sebagian mereka berpendapat tidak bolehnya menunaikan shalat di belakang kaum Rafidlah. Sementara menurut kami adalah makruh. Akan tetapi yang utama adalah tidak melakukannya. Dengan kata lain, lebih baik menunaikan shalat sendirian, menurut pendapat sebagian kami.
Sebagian mereka berpendapat, solusinya, tidaklah layak menunaikan shalat di belakang orang yang culas atau fasik. Sebagian dari kefasikan adalah mencaci maki para sahabat atau seseorang dari mereka, dan ini tidak ada pertentangan. Pencacian itu dapat menjadikan mereka terkena hukuman, seperati disebutkan dalam sebuah hadits: "Barang siapa mencaci maki sahabatku, maka cambuklah dia." (Bersambung).
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-8509804716751754742013-04-27T01:26:00.000+08:002013-04-27T01:26:01.232+08:00CUPLIKAN KESESATAN ALKAAFI, KITAB RUJUKAN UTAMA SYIAH IRAN - 1Luthfi Bashori
Juz 1 halaman 53, Ali bin Muhammad dari Sahl bin Ziyad dari Ahmad bin Muhammad dari Umar bin Abdul Aziz dari Hisyam bin Salim dan Hammad bin Utsman dan lainnya, mereka meriwayatkan : Kami mendengarkan Abu Abdillah `aliahis salaam mengatakan : `Perkataanku adalah perkataan ayahku, perkataan ayahku adalah perkataan kakekku, perkataan kakekku adalah perkataan Alhusain, perkataan Alhusain adalah perkataan Alhasan, perkataan Alhasan adalah perkataan Amirul mukminin (Ali bin Abi Thalib), perkataan Amirul mukminin adalah sabda Rasulullah SAW, dan sabda Rasulullah SAW adalah firman Allah SWT`.
<span class="fullpost">
Keterangan : Abu Abdillah adalah seorang tokoh dari anak cucu Nabi SAW yang diklaim oleh golongan Syiah Imamiyah Khomeiniyah sebagai Imam ke empat dari dua belas Imam yang diyakini mereka sebagai para Imam yang ma`shum (tidak pernah berbuat salah). Karena kepecayaan dan keyaqinan golongan Syiah yang berlebihan bahkan hingga pengultusan terhadap para Imam tersebut, maka keluarlah hadits-hadits palsu seperti di atas.
Bagaimana mungkin `perkataan` seorang Imam, dalam hal ini dinisbatkan kepada Abu Abdilllah, dianggap sama hukum dan nilai kandungannya dengan `perkataan` Imam sebelumnya, bahkan dianggap sama dengan `sabda` Nabi SAW, bahkan dianggap sama dengan `firman` Allah.
Jika dalam bahasa lugas, maka hadits palsu di atas memiliki implikasi kesyirikan, karena jelas-jelas meyakini : Perkataan Imam Abu Abdillah sama dengan Firman Allah, dengan demikian golongan Syiah ini telah menyetarakan Imam Abu Abdillah dengan Allah.
Tentunya umat Islam tidak dapat menerima kesesatan aqidah Syiah Iran ini.
Namun, kini mereka membuka kran lebar-lebar bagi para pelajar Indonesia untuk mendalami dan mengamalkan ajaran-ajarannya, dengan cara mengobral beasiswa untuk tujuan pendidikan di wilayah Qum Iran, sebagai pusat kaderisasi pejuang aqidah Syiah.
Bagi para pelajar usia muda, yang tergiur untuk berangkat, maka kebanyakan dari mereka akan berubah haluan jika sudah pulang ke tanah air. Yang semula dari keluarga muslim asli Indonesia berstatus Sunni Syafi\`i, berbelot menjadi dedengkot Syiah Indonesia.
Mudah-mudahan aqidah umat Islam Sunni Syafi`i senantiasa dijaga oleh Allah SWT.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-63397790792546302042013-04-27T01:24:00.002+08:002013-04-27T01:24:20.197+08:00SILAHKAN ANDA BERTABARRUK, KAMI MEMBERIKAN DALILNYA (3)Luthfi Bashori
(1). Ibnu Hajar Alhaitsami menulis riwayat hadits dari Yahya bin Alharits Aldzimaari berkata : Aku menemui Watsilah bin Al-asqa` RA lantas aku tanyakan : Apa engkau membaiat Rasulullah dengan tanganmu ini ? Beliau menjawab : Ya.. ! Aku katakan : Sodorkanlah tanganmu untukku, dan aku akan menciumnya. Kemudian beliau memberikan tangannya kepadaku, dan akupun menciumnya. (HR. Atthabarani).
(2). Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdurrahman bin Razin, mengatakan ; Kami melintas di Arrabadzah, lantas diinfokan kepada kami : Di situ ada Shahabat Salamah bin Al-aqwa` RA, lantas kami menjenguk beliau RA, dan kami ucapkan salam. Lantas beliau RA menjulurkan tangannya seraya berkata : Aku membaiat Nabi SAW dengan kedua tanganku ini...! Kemudian beliau membuka telapak tangannya yang gemuk besar, kemudian kami berdiri dan kami menciumnya.
<span class="fullpost">
(3). Imam Bukhari meriwayatkan dari Asmaa binti Abu Bakar RA, beliau sedang mengeluarkan baju jubbahnya Nabi SAW dan berkata : Ini jubbahnya Rasulullah SAW, yang dulunya disimpan oleh `Aisyah, hingga `aisyah wafat, sekarang aku simpan...! Dulu Nabi SAW mengenakan jubbah ini, sekarang sering kami cuci (dan airnya khusus kami berikan) kepada orang yang sakit untuk penyembuhan (dengan bertabarruk dari air bekas cucian jubbah tersebut).
(4). Ibnu Taimiyyah dalam kitab karangannya, Iqtidhaaus shiraathil mustaqiim, hal 367, meriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hanbal, bahwa beliau memperbolehkan amalan mengusap mimbar masjidnya Nabi SAW dan ukirannya, untuk tabarrukan, karena Shahabat Ibnu Umar RA serta para Tabi`in seperti Sa`id bin Musayyib dan Yahya bin Sa`id yang tergolong ahli fiqih kota Madinah juga mengusap mimbar Nabi SAW tersebut.
Masih banyak bukti hadits-hadits Nabi SAW tentang bolehnya bertabarruk kepada barang-barang milik Nabi SAW, serta milik orang-orang shalih, dengan berbagai macam bentuk dan cara termasuk mencium makam kuburan Nabi SAW dan para wali serta orang-orang shalih, selama tidak melanggar syariat Islam. Namun jika sampai menyembah karena mempertuhankan barang-barang tersebut, tentunya diharamkan oleh syariat Islam.
Termasuk diharamkan juga adalah perilaku orang awwan yang menyembah dan memberi sesajen kepada tempat-tempat maupun kuburan-kuburan angker yang diyakini ada jin penunggu untuk dimintai banyak hal, padahal tempat-tempat tersebut bukanlah tempat yang berbarakah dalam standar syariat Islam.
Apalagi jika mengandung kesyirikan, seperti tempat pencarian nomer togel, kesaktian dukun santet dan pesugihan atau kuburan penyanyi legendaris kafir, dan kuburan tokoh-tokoh pluralisme lintas agama, yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat Islam.
Mudah-mudahan aqidah warga Sunni Syafi`i sebagai penghuni muslim mayoritas di Indonresia senantiasa dijaga oleh Allah.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-84508698157811615122013-04-27T01:23:00.002+08:002013-04-27T01:23:22.832+08:00SILAHKAN ANDA BERTABARRUK, KAMI MEMBERIKAN DALILNYA (2)Luthfi Bashori
(1). Imam Muslim dalam kitab Shahihnya meriwayatkan dari Anas bin Malik RA, bahwa Nabi SAW datang ke Mina, lantas melaksanakan lempar Jumrah, kemudian menggundul rambutnya, dan meminta kepada si pencukur untuk mengumpulkan rambutnya, dan beliau SAW membagikannya kepada masyarakat muslim.
(2). Riwayat serupa di atas juga terdapat dalam kitab Sunan Tirmidzi, yang mengatakan bahwa Nabi SAW menyerahkan potongan rambutnya kepada Abu Thalhah dan beliau SAW memerintahkan : Bagikanlah kepada orang-orang.
<span class="fullpost">
(3). Imam muslim meriwayatkan juga dari shahabat Anas RA berkata, bahwa suatu saat Nabi SAW beristirahat tidur di rumah kami sehingga beliau SAW berkeringat, lantas ibu kami mengambil botol dan menampung tetesan keringat Nabi SAW, kemudian Nabi SAW terbangun dan bersabda : Wahai Ummu Sulaim, apa yang engkau lakukan ? Ummu Sulaim menjawab : Kami jadikan keringatmu ini sebagai parfum, bahkan ia lebih harum dari semua jenis parfum.
(4). Sedangkan dalam riwayat Ishaq bin Abi Thalhah, bahwa Ummu Sulaim istrinya Abu Thalhah menjawab : Kami mengharapkan barakahnya untuk anak-anak kami. Lantas Nabi SAW bersabda : Engkau benar.
(5). Imam Thabarani meriwayatkan dari Safinah RA, berkata : Tatkala Rasulullah SAW berhijamah (canthuk), beliau SAW bersabda kepadaku: Ambillah darahku ini, dan tanamlah jangan sampai ketahuan binatang liar, burung, maupun orang lain..! Lantas aku bawah menjauh dan aku minum, kemudian aku ceritakan kepada beliau SAW, maka beliau tertawa.
(6). Imam Thabarani juga meriwayatkan hadits penguat, Nabi SAW bersabda : Barangsiapa yang darah (daging)-nya bercampur dengan darahku, maka tidak bakal disentuh api neraka.
(7). Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Anas RA, bahwa suatu saat Nabi SAW mampir ke rumah Ummu Sulaim, yang dalam rumah itu ada qirbah (tempat air minum) menggantung, lantas beliau SAW meminumnya secara langsung dari bibir qirbah itu dengan berdiri, kemudian Ummu Sulaim menyimpan qirbah tersebut untuk bertabarruk dari sisa bekas tempat minum Nabi SAW.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-55170328984511753232013-04-27T01:22:00.002+08:002013-04-27T01:22:24.026+08:00SILAHKAN ANDA BERTABARRUK, KAMI MEMBERIKAN DALILNYA (1)Luthfi Bashori
Bertabarruk yang dimaksud di sini, adalah seseorang yang sengaja mencari (Jawa : ngalap) barakah dari sesuatu yang diyakini baik, dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Adakalanya dengan mengambi sesuatu, atau mengusap sesuatu, atau meminum sesuatu, atau sesuatu, bahkan melakukan sesuatu dengan tujuan mencari barakah.
Ada seseorang yang menjalankan bisnis milik orang lain tanpa meminta sedikitpun bayaran atau keuntungan dari bisnisnya itu, sebab ia hanya ingin mencari barakah, karena si pemilik modal tiada lain adalah kiai/ustadz/guru agama-nya.
<span class="fullpost">
Ada juga yang sengaja mencium tangan atau bahkan dada seseorang yang dianggap shaleh maupun \`alim dengan tujuan mencari barakah. Atau mendatangi seorang yang shaleh dengan membawa air lantas minta dibacakan surat Alfatihah atau doa kesembuahan dan sebagainya, senuanya itu bertujuan mencari barakah. Demikian dan seterusnya.
Adapun amalan-amalan yang tertera di atas adalah menirukan perilak para shahabat Nabi SAW sebagaimana yang ditulis para ulama salaf dalam buku-buku mereka, antara lain :
(1). Imam Ibnu Hajar Alhaitsami menulis dalam kitab Majma\`uz zawaid, 9:349 yang disebutkan juga dalam kitab Almathaalibul \`Aaliyah, 4:90 : Diriwayatkan dari Ja\`far bin Abdillah bin Alhakam, bahwa shahabat Khalid bin Walid RA, Panglima perang tentara Islam, pada saat perang Yarmuk kehilangan songkok miliknya, lantas beliau meminta tolong dengan sangat agar dicarikan sampai ketemu. Tatkala ditemukan, ternyata songkok tersebut bukanlah baru, melainkan sudah hampir kusam, lantas beliau mengtakan : Tatkala Rasulullah SAW berumrah, beliau SAW menggundul rambutnya saat bertahallul, dan orang-orang yang mengetahuinya,, mereka berebut rambut Rasulullah SAW, kemudian aku bergegas mengambil rambut bagian ubun-ubun, dan aku selipkan pada songkokku ini, dan sejak aku memakai songkok yang ada rambut Rasulullah SAW ini, maka tidak pernah aku memimpim peperangan kecuali selalu diberi kemenangan oleh Allah.
(2). Imam Bukhari dalam Kitabus syuruuth, babus syuruuthu fil jihaad, meriwayatkan dari Almasur bin Makhramah dan Marwan, mengatakan bahwa Urwah (tokoh kafir Quraisy) memperhatikan perilaku para shahabat Nabi SAW, lantas mengkhabarkan kepada kawan-kawannya sesama kafir Quraisy : Wahai kaumku, demi tuhan, aku sering menjadi delegasi kepada para raja, aku menjadi delegasi menemui Raja Kaisar, Raja Kisra, dan Raja Najasyi, tetapi demi tuhan belum pernah aku temui para pengikut mereka itu dalam menghormati para raja itu, seperti cara para shahabat dalam menghormati Muhammad (SAW), demi tuhan, setiap Muhammad meludah, pasti telapak tangan mereka dibuka lebar-lebar untuk menampung ludah Muhammad, lantas bagi yang mendapatkan ludah itu pasti langsung diusapkan pada wajah dan kulit masing-masing (tabarrukan). Jika Muhammad memrintahkan sesuatu, mereka bergegas menjalankannya. Jika Muhammad berwudlu mereka berebut bahkan hampir berperang hanya untuk (bertabarruk) mendapatkan air bekas wudlunya. Jika mereka berbicara di depan Muhammad pasti merendahkan suaranya, mereka tidak berani memandang wajah Muhammad dengan lama-lama karena rasa hormat yang sangat dan lebih daripada umumnya.
Masih banyak dalil-dalil shahih yang akan disebutkan pada edisi berikutnya, tentang bolehnya bertabarruk (tabarrukan), yang sementara waktu diingkari oleh tokoh-tokoh Wahhabi Saudi Arabiyah, bahkan berpengaruh pada para polisi penjaga makam Nabi SAW, makam Sayyidina Hamzah, dan tempat-tempat berbarakah lainnya.
Sayangnya, sekalipun dengan jelas-jelas tanpa ilmu yang cukup, para polisi dan tokoh-tokoh wahhabi itu berani melarang para penziarah untuk bertabarruk memegang tirai besi makam Nabi SAW dan tempat-tempat barakah yang lainnya di Saudi Arabiyah.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8210563517126559358.post-65458278720005546002013-04-27T01:20:00.002+08:002013-04-27T01:20:17.442+08:00KONTRADIKSI AJARAN SYIAH, EDISI-5Luthfi Bashori
12. Jika tathbir (melukai kepala hingga berdarah pada tanggal 10 Muharram), ratapan dan memukul dada itu berpahala seperti yang mereka klaim, mengapa para tokoh agama tidak melakukan tathbir tersebut?.
13. Jika Syi ah menyangka bahwa mereka yang hadir di Ghadir Khum itu ribuan sahabat yang semuanya telah mendengar wasiat tentang tampuk kekhalifahan untuk Ali bin Abi Thalib begitu Rasulullah wafat, mengapa tidak seorangpun dari ribuan sahabat itu datang dan marah kepada Ali bin Abi Thalib, bahkan tidak pula Ammar bin Yasir, Miqdad bin al-Aswad atau Salman al-Farisi seraya mngatakan: Wahai Abu Bakar, mengapa kau merampas kekhalifahan dari Ali, sedangkan engkau mengetahui apa yang disampaikan oleh Rasulullah di Ghadir Khum?! .
14. Mengapa Ali tidak berbicara, ketika Nabi SAW menjelang wafatnya meminta agar dituliskan untuk mereka suatu wasiat yang mereka tidak akan tersesat setelah itu selamanya, padahal dia seorang pemberani yang tak takut kecuali kepada Allah?! Dia juga tahu, orang yang diam dari kebenaran adalah setan bisu!!
15. Bukankah Syi ah mengatakan bahwa sebagian besar riwayat dalam kita al-Kafi adalah dhaif ?! Dan kami tidak mempunyai yang shahih kecuali Al-Qur an.
Lantas bagaimana mungkin setelah itu mereka mengklaim-dengan kedustaan-bahwa tafsir Ilahi untuk al-Qur an itu terdapat dalam kitab yang sebagian besar riwayatnya adalah dhaif berdasarkan pengakuan mereka?!
<span class="fullpost">
16. Ubudiyyah (peribadatan) itu hanya milik Allah semata. Allah berfirman: Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah (Az-Zumar: 66)
Lantas mengapa Syi ah memakai nama Abdul Husain, Abdu Ali, Abdu Zahra , dan Abdul Imam? Mengapa pula para Imam tidak menamakan anak-anak mereka dengan Abdu Ali dan Abduz Zahra ? Apakah dibenarkan memaknai Abdul Husain dengan pelayan al-Husain setelah syahidnya al-Husain? Apakah bisa diterima akal menghidangkan makanan dan minuman untuknya serta menuangkan air wudhu untuknya dikuburnya, sehingga ia menjadi pelayan baginya?
17. jika Ali ra mengetahui bahwa ia khalifah dari Allah yang telah di-nash-kan, lalu mengapa ia membaiat Abu Bakar, Umar dan Utsman ra?
Jika kalian mengatakan bahwa ia lemah, maka orang yang lemah itu tidak layak menjadi imam; karena keimaman itu hanya layak untuk orang yang mampu memikul tampuk kepemimpinan.
Jika kalian mengatakan bahwa ia mampu tetapi tidak melakukannya, maka ini adalah pengkhianatan. Sedangkan pengkhianatan itu tidak patut sebagai imam! Dan tidak bisa dipercaya untuk pemimpin rakyat. Tidak mungkin Ali ra seperti itu.
Lantas apa jawaban kalian ini, jika kalian memiliki jawaban yang sangat benar sekali?
18. Ketika Ali ra menjadi khalifah, kami tidak mendapatinya menyelisihi Khulafaur Rasyidin sebelumnya. Ia tidak mengeluarkan kepada manusia Al-Qur an selain Al-Qur an yang ada pada mereka, dan tidak mengingkari seorang pun dari mereka sedikit pun. Bahkan diriwayatkan secara mutawatir perkataannya di atas mimbar, Sebaik-baik umat ini setelah Nabi mereka adalah Abu Bakar dan Umar. Ia tidak mensyariatkan kawin mut ah, tidak mewajibkan haji tamattu kepada manusia, tidak memaklumatkan hayya ala khairil- amal dalam adzan, dan tidak pula menghapus ash-shalatu khairun minan-naum.
Seandainya Abu Bakar dan Umar ra adalah kafir, yang telah merampas khilafah darinya -sebagaimana yang mereka sangka-lalu mengapa ia tidak menerangkan hal itu, padahal tampuk kekuasaan berada ditangannya?! Justru kita mendapati sebaliknya, yaitu pujian dan sanjungan terhadap keduanya.
Kalian leluasa atau kalian harus mengatakan, ia telah mengkhianati umat dan tidak menjelaskan hal itu kepada mereka. Tidak mungkin Ali ra demikian.
Komentar Pejuang :
Jika tokoh-tokoh Syi ah masa kini mengatakan bahwa kitab Alkafi itu tidak semuanya shahih, itu karena sudah banyak dari kalangan para Ulama yang berhasil membongkar isi Alkafi, yang selama ratusan tahun disembunyikan oleh kalangan Syiah, dan hanya boleh dibaca oleh kalangan tertentu.
Setelah para ulama mengadakan studi komparasi antara kitab-kitab rujukan umat Islam, seperti Shahih Bukhari, Muslim dan kutubus sunan yang lainnya dengan kitab-kitab rujukan utama kalangan Syi ah seperti kitab Alkafi, Attahdzib, Al-istibshar, Man laa yahdhuruhul faqih, dan sebagainya, maka para ulama menemukan banyak sekali kalimat kekufuran dan kemurtadan yang ditemui dalam kitab-kitab rujukan kalangan Syiah tersebut, sebut saja salah satu judul sebuah kitab Syi ah : Fashlul khithab fi itsbaati tahriifi kitaabi rabbil arbaab (Sebuah kepastian, bahwa Alquran yang ada saat ini telah banyak mengalami perubahan). Artinya, secara ekplisit kalangan Syi ah tidak menyakini kemurnian dan keasliyan Alquran yang menjadi kitab suci dan pedoman hidup kaum muslimin di seluruh dunia.
Demikian juga yang ditemukan dalam kitab Alkafi, banyak sekali kalimat-kalimat yang sudah mengandung perkataan murtad dan keluar dari agama Islam. Maka tatkala mereka mulai mempropagandakan agama Syi ah kepada umat Islam, lantas mendapat counteran dari umat Islam atas ketidak benaran kitab Alkafi, maka secara tiba-tiba saja mereka mengatakan, tidak semua yang ada di dalam kitab Alkafi itu shahih, padahal para tokoh Syi ah di masa-masa sebelumnya dengan terang-terangan mengatakan tentang keshahihan Alkafi secara mutawatir.
Coba perhatikan tulisan pada buku DIALOG SUNNAH-SYI AH cetakan pertama Penerbit Mizan sebagai berikut :
(( Beberapa di antara tokoh-tokoh terkenal di kalangan kami, telah membuat ringkasan-ringkasan dari kitab-kitab itu, dengan tujuan memberi kemudahan bagi para pelajar dan keringanan bagi yang mencarinya. Yang terbaik di antaranya ialah : empat buah kitab yang menjadi buku-buku pegangan kaum Imamiyyah dalam ushul dan furu , semenjak generasi-generasi pertama SAMPAI DENGAN MASA KITA SEKARANG INI, yaitu AL-KAFI, At-tahdzib, Al-istibshar, dan Manla yahdzuruhul Faqih.
Kitab-kitab ini telah sampai kepada kita dengan cara MUTAWATIR, sedang isi yang dikandungnya adalah SHAHIH dan BISA DIPERTANGGUNGJAWABKAN, TANPA KERAGUAN SEDIKITPUN.
Di antara keempatnya, maka KITAB AL-KAFI adalah yang paling terdahulu, paling besar, PALING BAIK dan paling rapi. Di dalamnya terdapat 16.199 hadits )).
Sayangnya, atas kebiasaan buruk kalangan Syi ah, yaitu bolehnya berbohong dan berkhianat, termasuk tidak menjalankan amanatul naqli (kejujuran dalam menyadur), maka cetakan Mizan untuk yang berikutnya, pernyataan tertulis di atas sudah dihapus dari buku DIALOG SUNNAH-SYI AH. Namun, Alhamdulillah di Markaz pejuangislam.com masih tersedia stok lama buku DIALOG SUNNAH-SYI AH cetakan pertama.
</span>hamid alhamid, SEhttp://www.blogger.com/profile/15555128648797218614noreply@blogger.com0