Luthfi Bashori Pada buku Arra`ah Alghamidhah, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, Mufti Indonesia pada masanya, secara gamblang menerangkan bahwa beliau dan tentunya termasuk seluruh datuk-datuknya secara estafet hingga Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sangatlah menghormati dan membela kesucian para shahabat Nabi SAW. Karena beliau dan datuk-datuknya adalah menganut madzhab Ahlus sunnah wal jama`ah. Habib Salim sangat tegas dalam melawan kaum Syi`ah yang salah satu ciri khas mereka adalah mencela, mendiskreditkan, melaknat hingga mengkafirkan para shahabat Nabi SAW, karena hal itu sangat bertentangan aqidah dan keyakinan yang beliau anut. Sebagai bukti ketegasan Habib Salim dalam membeberkan kesesatan Syiah kaum pencaci maki para shahabat Nabi SAW, adalah cara beliau menukil hadits serta pendapat para ulama. Ternyata Habib Salim memilih hadits-hadits spesial yang secara terang-tengan berlawanan dengan aqidah Syiah, antara lain yang tertera pada halaman 5 dan 6 pada buku Arra`ah Alghamidhah karangan beliau yaitu sabda Nabi SAW: `Barang siapa mencaci maki shahabat-shahabatku, maka cambuklah dia !` Habib Salim mengomentari hadits ini dengan mengatakan : `Kaum Rafidlah atau Syiah tidak pernah berhenti mencela shahabat Rasulullah SAW. Tidak hentinya mereka mencaci maki, bahkan selalu mereka sebut (cacian itu) dalam berbagai pertemuan, di madrasah, bahkan di kampus, baik secara terang- terangan atau sembunyi-sembunyi. Mereka memang sebagian orang yang telah sesat dan dicelakakan oleh Allah SWT. Semoga Allah memerangi mereka`. Habib Salim juga menukil pendapat Syeikh Ibnu Hajar dalam kitab Asshawaiq yang mengkatakan : `Tidak boleh shalat di belakang kaum Rafidlah atau aktifis Syiah yang mengingkari kekhalifahan Abu Bakar RA`. Pelarangan itu juga sudah disebutkan dalam berbagai hadits, yang di antaranya diriwayat oleh Imam Albaihaqi dalam kitab Sunannya dari Anas bin Malik berkata : Rasulullah SAW bersabda : `Sesungguhnya Allah SWT telah memilihku, dan memilihkan untukku para shahabat dan mertua-mertuaku. Dan kelak akan datang suatu kaum yang mencaci maki dan membenci para shahabat (yaitu kaum Syiah), maka janganlah kalian duduk bersama mereka (kaum syiah), minum dan makan bersama mereka, dan janganlah kalian menikah dengan mereka !`. Habib salim juga menukil tambahan lafadz hadits di atas dalam riwayat Imam Thabarani dalam Mu`jamnya dari `Uwaimir RA yang mengatakan : `Maka barang siapa mencaci maki mereka (para shahabat), baginya kutukan Allah SWT, malaikat dan segenap insan. Allah tidak akan menerima ibadah wajib dan sunnahnya`. Kata Habib Salim : `Meskipun kaum Rafidlah dan Syiah menganggap diri mereka sebagai kaum muslimin yang menunaikan shalat dan puasa, akan tetapi Allah SWT tidak akan menerima semua ibadah mereka, sebagaimana dinashkan dalam konteks lahiriah hadits di atas. Tidaklah bermanfaat shalat seseorang yang mencela salah satu seorang shahabat Rasulullah SAW. Bahkan dia mendapatkan kutukan Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah firman yang artinya : `Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasulul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan akherat. (QS. 33/57)` Habib Salim menandaskan, barang siapa menyakiti Rasulullah SAW dengan mencela shahabat atau keluarganya, maka dia adalah orang yang terkutuk berdasarkan ayat di atas. Para ulama bersepakat akan terkutuknya pencaci maki para shahabat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA oleh Imam Tirmidzi dan Alkhatib, bahwa Rasulullah SAW bersabda : `Jika kalian melihat orang-orang yang mencaci maki shahabat-shahabatku, maka katakanlah : Kutukan Allah atas kejahatan kalian`. Dalam merespon hadits ini, Habib Salim sangat tajam menyikapi kebiasaan kaum Syiah yang mencaci maki para shahabat Nabi SAW, termasuk yang kini marak diusung oleh para alumni Qum Iran beserta antek-antek mereka seraya beliau mengatakan : `Ini merupakan prinsip yang tidak disangsikan lagi, karena sesungguhnya sejelek-jelek umat ini adalah mereka yang mencaci maki para shahabat Nabi mereka. Mencaci maki dan mencela para shahabat Nabi SAW merupakan perilaku kaum Rafidlah dan Syiah`. Orang Ahli Sunnah menamakan mereka sebagai Yahudinya umat ini. Bahkan kaum Yahudi lebih baik dari mereka, karena jika kita bertanya kepada seorang tokoh Yahudi tentang shahabat Nabi Musa AS, pasti akan berkata : `Merekalah orang-orang pilihan kami dan orang-orang yang kami kasihi !` Begitupun jika kita bertanya kepada kaum Nashrani tentang kaum Hawary Nabi Isa AS, pastilah akan menjawab : `Merekalah junjungan kami dan orang-orang pilihan kami !` Namun, jika kita bertanya kepada orang rafidlah atau Syiah tentang shahabat Rasulullah SAW, niscaya akan menjawab : `Sesungguhnya mereka itu sejelek-jelek kami dan orang-orang dzalim kami`. Habib Salim menutup perkataannya dengan melantunkan doa : `Semoga Allah membinasakan kaum Rafidlah atau Syiah`.
Sejarah Awal Tarekat dan Nama Aliran Tarekat
2 minggu yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar