Photobucket

Hamid Alhamid

Sabtu, 27 April 2013

KONTRADIKSI AJARAN SYI`AH

Penulis: Pejuang Islam Dinukil dengan komentar secara berkala dari buku Menimbang Ajaran Syiah, Sulaiman bin Shalih Luthfi Bashori 1. Syi’ah meyakini bahwa Ali RA, adalah imam yang makshum, lalu kami jumpai –menurut pengakuan mereka- bahwa ia menikahkan putrinya, Ummu Klultsum, saudara perempuan sekandung Alhasan dan Alhusain, dengan Umar bin Alkhatthab RA. Ini berkonsekwensi salah satu dari dua hal bagi Syiah, yang paling manis dari keduanya terasa pahit, yaitu: Pertama, Ali RA tidak makshum karena menikahkan putrinya dengan orang kafir (menurut keyakinan mereka, yaitu Umar RA). Ini bertentangan dengan dasar-dasar madzhab, bahkan berkonsekwensi bahwa para imam selainnya juga tidak makshum. Kedua, Umar RA adalah muslim. Ali RA ridha menjadikannya sebagai menantu. Ini adalah dua jawaban yang harus dipilih. 2. Syi’ah menyangka, Abu Bakar dan Umar adalah kafir. Lalu kami dapati bahwa Ali, seorang imam yang makshum menurut syi’ah, telah ridha dengan kekhalifahan keduanya, membaiat masing-masing dari keduanya, dan tidak memberontak terhadap keduanya. Ini berkonsekwensi bahwa Ali tidak makshum, karena ia membaiat orang kafir, dzalim lagi membenci ahli bait (menurut keyakinan Syiah), sebagai bentuk persetujuan kepada keduanya. Ini merusak kemakshuman dan menolong orang dzalim atas kedzalimannya. Ini tidak mungkin dilakukan orang yang makshum sama sekali. Atau apa yang dilakukanya adalah kebenaran, karena keduanya adalah Khalifah yang beriman, jujur lagi adil. Dengan demikian, kaum Syi’ah telah menyelisihi imam mereka, karena mengkafirkan, mencaci maki, melaknat, dan tidak ridha dengan kekhalifahan keduanya. Akibatnya kita bingung dengan urusan kita: Apakah menempuh jalan yang ditempuh Abu Al-hasan (Ali), ataukah kita meniti jalan Syi’ah (pengikut)-nya yang bermasiat ?! 3. Setelah wafatnya Fathimah RA, Ali RA menikah dengan sejumlah wanita yang melahirkan sejumlah anak untunya, di antaranya: Abbas bin Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Ali bin Abi Thalib, Ja’far bin Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Ali bin Thalib. Ibu mereka adalah Ummul banin binti Hizam bin Darim. Juga Ubaidillah bin Ali bin Abi Thalib, Abubakar bin Ali bin Abi Thalib. Ibu keduanya adalah Laila binti Mas’ud ad-Darimiyah. Juga Yahya Ali bin Abi Thalib, Muhammad al-Ashghar bin Ali bin Abi Thalib, ‘Aun bin Ali bin Abi Thalib. Ibu mereka adalah Asma’ binti Umais. Juga Ruqayah binti Ali bin Abi Thalib, Umar bin Ali bin Abi Thalib - yang meninggal dunia pada usia 35 tahun. Ibu keduanya adalah Ummu Habib binti Rabi’ah. Juga Ummu al-Hasan binti Ali bin Abi Thalib, Ramlah al-Kubra binti Ali bin Abi Thalib. Ibu keduanya adalah Ummu Mas’ud binti Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi. Pertanyaan: “ Apakah mungkin seorang ayah menamakan buah hatinya dengan musuh bebuyutannya? Lalu bagaimana halnya jika sang ayah ini Ali bin Abi Thalib? Bagaimana mungkin Ali RA menamakan ank-anaknya dengan nama orang-orang yang kalian anggap bahwa mereka adalah musuh-musuhnya?! Apakah seorang yang berakal menamakan anak-anak yang dicintainya dengan nama musuh-musuhnya?! Tahukah kalian bahwa Ali adalah orang Qurasy pertama yang dipanggil dengan (kunyah) Abu Bakar, Abu Umar dan Abu Utsman? Komentar Pejuang : Buku-buku Syi’ah yang disebarkan oleh pemerintah Iran dan simpatisannya, yang beraliran Imamiyah, ada dua macam. Pertama, buku ‘Propaganda’ yang berisi ajaran-ajaran Syiah yang tidak bertentangan dengan pemahaman umat Islam pada umumnya, misalnya anjuran untuk bersedekah dan menghormati sesamanya. Buku ‘Propaganda ini banyak diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat muslim, hingga para pembacanya menyangka bahwa ternyata ajaran Syi’ah itu sama saja dengan ajaran agama Islam, jadi orang Syi’ah juga termasuk orang muslim. Kedua, buku ‘Aqidah asli’, yaitu buku-buku yang antara lain berisi caci-maki terhadap Sy. Abu Bakar, Sy. Umar, Sy. Utsman, dan terhadap mayoritas para shahabat Nabi SAW. Juga pengingkaran Syi’ah terhadap kemurnian Alquran, serta keyakinan Syi’ah bahwa Allah itu telah berbuat salah, dan sebagainya yang berkonsekwensi bahwa para pengikut aliran Syi’ah Imamiyah ini telah keluar dari agama Islam). Jelaslah, bahwa pendakwahan kaum Syi’ah atas kema’shuman Sy. Ali bin Abi Thalib adalah karena fanatisme buta semata, bukan karena dasar agama yang benar. Umat Islam meyakini bahwa sifat ma’shum itu diberikan oleh Allah hanyalah kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Sedangkan Sy. Ali bin Abi Thalib yang sangat kita hormati dan kita cintai, bukanlah seorang Nabi maupun Rasul. Beliau adalah salah satu dari shahabat Nabi, keluarga Nabi, menantu Nabi, dan Ahli baitnya Nabi SAW. Kita wajib memberikan penghormatan kepada beliau, namun sesuai dengan proporsinya).

0 komentar: