Photobucket

Hamid Alhamid

Sabtu, 27 April 2013

ISLAM DAN SYIAH DALAM MENYIKAPI ALQURAN DAN HADITS

Penulis: Pejuang Islam SAMBUTAN Bismillahirrahmanirrahiim Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah nan tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan penerus risalahnya sampai akhir zaman. Sepanjang pengetahuan saya, akhuna Luthfi Basori ini adalah salah seorang dari sekian banyak generasi muda yang sangat “getol” di dalam mempertahankan dan memperjuangkan kemurnian aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari rongrongan tangan-tangan jahil manusia, yang tidak bertanggung jawab dan berupaya untuk mengkaburkan, serta membaurkan, bahkan menyamarkann aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sehingga membuat kesalahpahaman dan perpecahan di kalangan umat Islam, khususnya kaum muslimin bangsa Indonesia. Oleh karena itu, saya sangat mendukung diterbitkannya buku “ISLAM dan SYI’AH dalam menyikapi Al QURAN - HADITS “ ini, agar kiranya umat Islam bangsa Indonesia mengerti dan memahami sampai sejauh mana perbedaan ajaran Ahlus sunnah wal Jama’ah dengan ajaran Syi’ah Imamiyah, yang nota benenya muncul dari upaya Yahudi menyusup ke dalam tubuh Islam, dan mencoba berusaha mempengaruhi generasi muda Islam sebagai tunas-tunas Ahlus Sunnah wal Jama’ah, agar sedikit demi sedikit keluar dari kemurnian ajaran Islam. Menurut hemat saya, pada dasarnya umat Islam bangsa Indonesia kurang memahami hakekat Syi’ah sebenarnya dan bahayanya terhadap kelestarian hidup berbangsa, bernegara dan beragama (Islam utamanya), sehingga sangat di harapkan buku ISLAM dan SYI’AH dalam menyikapi AL QURAN - HADITS ini, akan memberikan wawasan pemahaman tentang keberadaan Syi’ah yang sebenarnya. Sebagai penganut dan pemerhati aqidah Islam Ahlus sunnah wal Jama’ah,rasanya saya merasa terpanggil untuk ikut bertanggung jawab atas keselamatan umat Islam generasi muda utamanya, agar kiranya tidak mudah terbawa arus Zionisme yang ditransfer oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya, harapan dan permohonan saya kepada Allah SWT, agar kiranya memberikan kemanfaatan buku Ini kepada kita semua umat Islam bangsa Indonesia, sehingga diselamatkan dari aqidah yang menyesatkan. Semogalah kiranya kita mendapat taufiq, hidayat dan Inayah-Nya. Amiiin. Kediri, Agustus 1998 (KH.Ahmad Idris Marzuki) Pesantren Lirboyo Kediri – Jatim PRAKATA PENDAHULUAN Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayat kepada umat Islam dengan mengajarkan aqidah yang benar sebagaimana yang digariskan di dalam firman-firman-Nya. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah atas junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang benderang, yaitu agama Islam yang diakui keabsahannya oleh Allah SWT - sebagaimana dalam firman-Nya : انّ الدين عند الله الاسلام وما اختلف الذين أوتوا الكتاب الا من بعد ما جاءهم العلم بغيا بينهم ومن يكفر بآيات الله فان الله سريع الحساب )سورة آل عمران( Artinya : “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabNya. Risalah ini pernah disajikan oleh penulis dalam seminar “Aqidah” yang diadakan di Pondok Pesantren Lirboyo - Kediri - Jawa Timur. Agar lebih bermanfaat, oleh penulis dilengkapi dengan materi yang dianggap perlu. Tujuan utama penulis adalah mengajak umat Islam Indonesia yang selama ini menganut aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah agar semakin mantap dan tidak goyah dari keyakinannya, lebih-lebih diera globalisasi yang semuanya menjadi serba mungkin. Bahkan di dalam beragamapun sering terjadi keterbalikan, artinya urusan dunia dinomorsatukan dan aqidah dianggap tidak penting. Hal ini tidak aneh sebab jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada umatnya, dalam sabda beliau, yang artinya: Sesungguhnya saat dekat hari qiamat, akan terjadi ftnah-fitnah (cobaan yang datang silih berganti) bagaikan datangnya malam gulita, berpagi seseorang di hari itu dalam keadaan mukmin dan sore harinya telah menjadi kafir. Pada sore hari ia mukmin dan pagi harinya telah menjadi kafir. ia telah menjual agamanya dengan sesuatu yang sedikit dari perkara dunia. (HR. at Tirmidzi). Dengan berpegang teguh kepada sabda Rasulullah SAW tersebut, hendaklah umat Islam berhati-hati dalam menentukan sikap dan langkah, demi keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Dalam risalah ini penulis menyajikan beberapa perbedaan yang perlu dimengerti antara ajaran Islam yang benar dan murni dengan ajaran Syi’ah.. Sebab kebiasaan penganut Syi’ah selalu menampilkan pemikiran yang terkesan benar dan baik, bahkan sekilas bisa beriringan dengan ajaran Islam, yang selama ini dikenal dan dianut oleh umat Islam di seluruh dunia. Dengan demikian banyak sekali orang yang tertarik ajaran mereka, terlebih bagi yang kurang mendalami ilmu Tauhid, dan yang hanya mengerti ajaran Syi’ah dari buku-buku terjemahan, yang ditulis oleh propagandis mereka. Sehingga sebagian umat Islam menganggap bahwa ajaran Syi’ah masih bisa diterima, bahkan merupakan khazanah tersendiri bagi agama Islam. Namun bagi yang sedikit-banyak mendalami ilmu Tauhid, dan bersungguh-sungguh mencermati seluk beluk ajaran Syi’ah, dengan merujuk kitab-kitab rujukan utamanya tentu akan menemukan perbedaan-perbedaan prinsip, yang membedakan antara ajaran agama Islam murni yang berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadits dengan ajaran Syi’ah. Diharap risalah ringkas ini bisa membantu umat Islam dalam menguak tabirr rahasia yang selama ini tidak banyak diketahui, sehingga umat Islam menjadi mengerti dan arif dalam menyikapi perkembangan Syi’ah di Indonesia. Sebaiknya para pembaca menyempatkan diri untuk mempelajari kitab-kitab yang telah ditulis oleh para ulama’ salaf (generasi terdahulu) yang telah berabad-abad dibukukan dan dilestarikan hingga kini, diantaranya : 1. Al-Farqu Baina al-Firaq (karangan As-Syeikh Abdul Qadir Bin Thahir Bin Muhammad al-Baghdadi al-Isfiraini At Tamimi). 2. As-Shawaiq al-Muhriqah (karangan al-Imam Ibnu Hajar al-Asqallani). 3. Maqalah al-Islamiyyin wa ikhtilaf al-Mushallin (karangan al-Imam Abu al- Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari ). 4. Tahafut al-Falasifah (karangan al-Imam al-Ghazali) 5. Ghunyah at-Thalibin (karangan As-Syeikh Abdul Qadir al-Jailani). 6. As-Syifa fi Ta’rifi Huquq al-Musthafa (karangan al-Imam Al Qadli ‘Iyadl al-Yahsubi). 7. At Tuhfah al Itsna ‘asyariyah (Karangan Syah Abdul Aziz Ghulam Hakim ad-Dahlawi ) 8. .Ar-Ra’ah al-Ghamidhah (karangan al-Imam al-Musnid al-Habib Salim Bin Jindan). 9. Dan masih banyak lagi kitab-kitab yang dikarang oleh para ulama salaf yang membahas hakikat Syi’ah secara global maupun terperinci. Dengan menelaah kitab-kitab para ulama yang terkemuka tersebut, diharapkan umat Islam semakin tahu, bahwa pembahasan perbedaan prinsip ajarsan Islam dengan ajaran Syi’ah bukanlah perkara yang baru. Perlu diingat setiap kali penulis menyebut “Syi’ah” maka yang dimaksud dalam risalah ini adalah “Syi’ah Imamiyah” yang kini dianut mayoritas penduduk Iran, dengan pimpinan sipirituilnya Ayatullah Khomeini. Semoga risalah ringkas ini membawa manfaat bagi umat Islam, dan dijadikan oleh Allah SWT sebagai amal kebaikan bagi penulis dan pembacanya Amiin .(pejuangislam) Awal Juni 1998 H.Luthfi Bashori Singosari - Malang MUQADDIMAH Rasulullah SAW bersabda : تركت فيكم أمرين ما ان تمسكتم به لن تضلوا به من بعدى كتاب الله وسنتى ) رواه مالك فى الموطأ (Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh dengan keduanya, tidak bakalan tersesat selamanya sesudah aku tiada, Al Quran dan Haditsku). Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadits, adalah kewajiban bagi setiap muslim, sebab keselamatan dunia dan akhirat sangat tergantung kepada keduanya. Apabila umat mulai berpaling dari kitab pegangan utamanya, maka dampak yang dirasa bukan hanya sebatas individu, namun tak ayal jika lantas Allah mulai meninggalkan mereka. Nasrun min Allah wa Fathun Qarib (pertolongan dan kemenangan yang dekat dari Allah) yang semestinya diperoleh, tak kunjung tiba, bahkan kemurkaan dan cobaan-Nya yang datang silih berganti. Bencana alampun terjadi di mana-mana, bahaya kematian hampir melanda seluruh dunia, sebab kelaparan mulai menyelimuti Mereka. Sayang seribu kali sayang, manusia tak mau mengerti, apa yang seharusnya dilakukan. Padahal Allah banyak mengingatkan dalam ayat-ayat-Nya, Afalaa ta’qilun (tidakkah kalian mengerti), Afalaa tadzakkarun (tidakkah kalian ingat), Afalaa tatafakkarun (tidakkah kalian berpikir), yang kesemua itu tiada lain agar kembali kepada jalan Allah. Berjuang mengajak umat untuk selalu berpegang teguh kepada ajaran Islam yang murni, bukanlah kewajiban sekelompok orang, bahkan kepedulian kepada pemberlakuan hukum Allah dimuka bumi ini, dibebankan kepada setiap individu muslim. Barang siapa melalaikan perjuangan dijalan Allah, dengan meninggalkan Amar ma’ruf nahi munkar, telah digambarkan resikonya, sebagaimana dalam Al-Quran, surat al-Maidah: لعن الذين كفروا من بنى اسراءيل على لسان داود وعيسى ابن مريم ، ذلك بما عصوا وكانوا يعتدون (78) كانوا لا يتناهون عن منكر فعلوه ، لبئس ما كانوا يفعلون (79) (78) Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (79) Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Ternyata laknat Allah tidak terbatas pada sang pelaku kemunkaran, bahkan bagi yang mendiamkannya juga beresiko tinggi. Padahal di dunia ini kemunkaran telah merambah ke mana-mana, baik bersifat sosial, politik terlebih dalam bidang agama. Mencermati kejadian akhir-akhir ini, betapa ironi mendengar kemunkara yang luar biasa. Al-Quran sebagai kalam Ilahi, yang semestinya dijadikan dasar berpijak dalam melakukan kegiatan sehari hari, ternyata ada segelintir manusia yang mulai berani menggugatnya. Hadits Nabawi yang seharusnya menjadi sumber rujukan kedua juga dihujatnya. Mereka inilah orang-orang yang melampaui batas. Untuk mengetahui gugatan dan hujatan mereka, maka perlu untuk dinukilkan dari tulisan-tulisan mereka yang diterbitkan, baik yang beredar sejak abad ke tiga, maupun yang kini marak dipropagandakan. Penulis berusaha mempersembahkan dengan cara sederhana, dan mengungkap perbedaan yang mencolok antara keyakinan umat Islam mayoritas, dengan pendapat-pendapat kontroversi terhadap Al-Quran dan Hadits. Mereka inilah penganut Syi’ah Imamiyah yang kini mulai berkembang di tanai air Indonesia. Al-Quran dan Hadits Al-Quran dan Hadits adalah sumber hukum syariat utama yang berlaku di kalangan umat Islam. Dalam amalan kehidupan sehari-hari, haruslah umat Islam menyerah penuh kepada ketentuan-ketentuan yang bersumber dari keduanya, dan barang siapa menolak atau menentangnya tidak termasuk golongan umat Islam. Orang yang mengingkari Al-Quran dan Hadits-hadits mutawatir yang Qath’iyyu al wurud wa ad dilalah ( Standar hukum-hukum yang pasti) maka ia dihukumi keluar dari agama Islam (Murtad). Al-Quran Al-Quran adalah konstitusi (undang-undang) umat Islam. Al-Quran merupakan kumpulan paket Islam yang universal. Hukum-hukum yang terkandung di dalamnya adalah mutlaq al-akhdzi (diambil secara mutlaq ) mulai zaman Nabi SAW sampai hari kiamat nanti. Al-Quran dengan Hadist dan tafsirnya, dengan aqidah dan syari’atnya, dengan akhlaq dan mu’amalahnya, dengan kisah-kisah dan hikmahnya, telah mengatur semua aspek kehidupan sampai yang detail sekalipun, sehingga terbentuklah dari tarbiyahnya wujud al-insan al kamil (seorang yang sempurna) Baginda Rasulullah SAW, sebagaimana hal ini telah didiskripsikan oleh ucapan Sayyidah Aisyah RA كان خلقه القرآن (Akhlaq beliau adalah Al-Quran ). Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا (Dan bepegang teguhlah kalian semua pada tali Allah dan janganlah bercerai-berai) Yang dimaksud dengan Tali Allah adalah agama. Agama itu adalah Al-Quran itu sendiri, maka berpegang dan selalu merujuk kepada Al-Quran sebagai asas at tasyri’ (dasar syari’at) adalah wajib hukumnya atas semua penganut agama Islam. Al-Quran bukanlah hasil rancangan atau modifikasi akal dan hawa nafsu yang berisi dogma-dogma buta dan doktrin-doktrin bualan, tetapi Al-Quran merupakan penuturan samawi yang datang dari Rabb al izzah Allah SWT. Bukti otentisitas (kemurnian) Al-Quran telah dijamin oleh Allah SWT sendiri انا نحن نزّلنا الذكر وانا له لحافظون (Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan Al-Quran dan Kami sendiri pasti akan menjaganya) . Otentisitas Al-Quran ini dapat terlihat dari keunikan redaksi Al-Quran yang merupakan kutipan langsung dari firman Allah. Tidak mungkin ditemukan keganjilan-keganjilan di dalam redaksi Al-Quran. Kalau terjadi keganjilan dalam redaksi Al-Quran karena campur tangan manusia yang berusaha mengubah dengan menambah atau menguranginya, maka akan segera diketahui bahwa itu bukanlah redaksi Al-Quran. Bukti lain dapat kita temukan dari segi kemu’jizatan (I’jaz) Al-Quran yang merupakan mu’jizat kholidah yang bersifat kekal, general, dan universal. Al-Quran sebagai mu’jizat berbeda dengan mu’jizat para Nabi terdahulu yang bersifat temporal, lokal, dan matrial, karena misi atau tugas yang diembankan kepada Nabi-nabi terdahulu terbatas pada daerah tertentu, umat tertentu, dan waktu tertentu. Sedangkan misi Al-habib al A’dzam Rasulullah SAW adalah kaaffah (menyeluruh) kepada semua makhluk, khususnya manusia sebagai rahmatan lil’alamin, dimanapun dan kapanpun. Dengan menyadari keagungan dan kebesaran Al-Quran, maka setiap muslim haruslah beriman dengan sebenar-benarnya akan kebenaran kitab Allah yang terjaga ini. Pada akhirnya, seseorang yang betul-betul beriman kepada Al-Quran, akan menjadikan Al-Quran itu sebagai pedoman hidup dan menjadikannya sebagai syarat mutlaq dalam menempuh hidupnya. Allah SWT sendiri telah berulang kali menyebutkan bahwa Al-Quran ذلك الكتاب لا ريب فيه sebuah kitab yang tiada keraguan di dalamnya ) dan menjadikannya sebagai هدى للمتقين ( Hidayah / petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa ) di mana Allah juga dengan tegas mendiskripsikan siapakah orang-orang yang bertaqwa itu , الذين يؤمنون بما أنزل اليك وما أنزل من قبلك (merekalah orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad ), dan apa yang diturunkan sebelum kamu ) Iman dalam arti sempit, secara etimologi (bahasa) adalah yakin, sedang iman kepada Al-Quran secara terminologi (istilah) dapat diartikan : yakin dengan sebenar-benarnya bahwa Al-Quran adalah kitab samawi yang murni datang diwahyukan Allah kepada Nabi-Nya Muhammad SAW dan tidak mungkin dijumpai di dalamya campur tangan makhluq yang merubah atau mengganti otentisitas Al-Quran لاتبديل لكلمات الله ( tiada sedikitpun perubahan pada ayat-ayat Allah / Al-Quran ). Keimanan mendasar semacam inilah yang harus betul-betul difahami oleh seorang muslim. Karena ada dari kalangan orang yang mulai berani mengkritik, merubah, menambah, serta mengurangi keutuhan Al-Quran, atau berkeinginan merevisi (mengganti) penafsiran-penafsian yang sudah jelas atau sharih . Mereka menggunakan cara-cara destruktif (merusak) dan trik-trik persuasif (merayu) dengan jalan mengemukakan opini-opini yang salah dan visi (cara pandang) yang menyeleweng. Sasaran mereka adalah orang-orang awam dalam masalah aqidah Islamiyah, sehingga mereka mampu menerobos benteng aqidah yang selama ini berdiri kokoh di lubuk hati umat Islam. Sebagai contoh dari kritik mereka terhadap Al-Quran adalah sudut pandang mereka kepada para sahabat Nabira. Mereka mengatakan para sahabat itu sebagai pengacau, perusak tatanan Islam, bahkan mereka berani mengkafirkannya. Padahal dengan tegas Allah SWT telah memuji mereka dan memuliakan mereka dalam banyak firman-Nya, di antaranya surat Al Fath ayat 29 : محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم ، تراهم ركّعا سجّدا يبتغون فضلا من الله ورضوانا، سيماهم في وجوههم من أثر السجود ذلك مثلهم فى التوراة ، ومثلهم فى الأنجيل كزرع أخرج شطأه فآزره فاستغلظ فاستوى على سوقه يعجب الزراع ليغيظ بـهم الكفار ، وعد الله الذين آمنوا وعملوا الصالحات منهم مغفرة وأجرا عظيما Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat, dan sifat-sifat mereka dalam Injil yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan (menjadikan marah) hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. Lebih-lebih dari kalangan mereka ada yang meneriakkan suara-suara sumbangnya dengan mengatakan bahwa mushaf Al-Quran yang ada didepan kita ini adalah palsu, sedang yang asli jumlah surat dan ayatnya tiga kali lebih banyak. kini masih ibawa dan disimpan oleh salah satu dari Imam mereka, dan mereka itulah penganut aliran Syi’ah Imamiyah. Apakah ini sesuai dengan ajaran Rasulullah - SAW ? Kita haruslah yakin kepada Al-Quran dengan sebenar-benarnya, yakin kepada Al-Quran yang ada di depan kita, bukan kepada Al-Quran yang bersifat “fatamorgana”. Karena kuat dan tidaknya imanlah yang dapat membedakan seseorang itu salim (selamat) atau saqim (celaka) di akhirat nanti. Rasulullah SAW telah banyak bersabda mengenai fadlilah (keutamaan) membaca dan menjaga Al-Quran, salah satu di antaranya adalah sabda Beliau SAW اقرؤوا القرآن فإنه يأتى يوم القيامة شفيعا لأصحابه )رواه مسلم( ( Bacalah oleh kalian Al-Quran, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari qiamat sebagai penyafa’at (penolong) bagi pembacanya ). Mengenai sabda Rasulullah SAW ربّ تال للقرآن والقرآن)رواه مالك بن انس( (Banyak sekali pembaca Al-Quran sedang Al-Quran itu sendiri melaknatnya) adalah suatu tanbih (perhatian) bahwa Al-Quran adalah kitab Allah yang harus dibaca dan diimani bukan dibaca dan diingkari. Keingkaran terhadap Al-Quranlah yang menjadikan pembacanya Mal’un (terlaknat) oleh Al-Quran itu sendiri. Allah tidak menurunkan kitab-Nya ini untuk dikritik dan diubah-ubah menurut hawa nafsu manusia, yang lebih banyak didominasi oleh jiwa Syaithaniyah dan Hewaniyahnya. Tetapi Allah menurunkan Al-Quran ini untuk dibaca, diyakini kebenarannya dan direalisasikan keimanannya itu dalam wujud amal saleh dan ibadah kepada Allah SWT, agar ia selamat dunia dan akhirat . Terlepas dari semua itu, manusia haruslah sadar akan posisi dan keterbatasannya, serta selalu merasa rendah di hadapan-Nya , Sehingga ia akan kembali kepada fitrah-Nya sebagai “makhluk” yang harus tunduk dan patuh terhadap segala keputusan Allah SWT. Al-Hadits Hadits adalah sabda, perbuatan, persetujuan dan sifat-sifat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan juga disebut dengan As-Sunnah. Dalam tingkatan hukum Islam, Hadits merupakan hukum kedua setelah Al-Quran. Penegasan konsekwensi ini bisa kita dapatkan dalam firman-Nya من يطع الرسول فقد أطاع الله (Barang siapa mentaati Rasul (Muhammad), sungguh ia telah mentaati Allah). Semua undang-undang / peraturan di muka bumi ini mempunyai fungsi strategis sebagai pengikat semua tingkah laku manusia. Barang siapa yang melanggarnya maka akan mendapatkan hukuman / sanksi, begitu juga dengan eksistensi Hadits sebagai ajaran (risalah) Nabi Muhammad SAW. Hadits adalah hukum Islam yang juga mempunyai sanksi bagi yang melanggarnya, adapun kandungan Hadits berisi kabar gembira dan juga peringatan. Dengan adanya hukum maka sanksi diberlakukan, dan Allah SWT telah memberi jaminan tidak akan menyiksa seseorang yang melanggar hukum-Nya sebelum diutusnya rasul ( Muhammad SAW ) ومـا كنا معذّبين حتى نبعث رسولا ( Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul ). Di dalam ayat yang lain Allah menerangkan bahwa para utusan ialah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan رسلا مبشّرين و منذرين لئلا يكون للناس على الله حجـة بعد الرسل (Mereka Kami utus selakur asul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusrasul-rasul itu ). Dari sini dapat diketahui bahwa kehadiran Rasulullah SAW di dalam pemberlakuan hukum-hukum Allah di kalangan umat adalah sangat menentukan, artinya bahwa Hadits sebagai sumber hukum yang kedua setelah Al-Quran, tidak mungkin dipisahkan dalam menentukan hukum yang bisa mengantarkan seseorang menjadi salim (selamat) atau saqim (celaka). Para sahabat menyadari akan urgennya posisi Hadits, maka merekapun berlomba-lomba untuk mempelajari dan menghapalkan Hadits Nabi SAW. Adapun di kalangan meraka ada yang mendapat julukan Al-Muktsirun di dalah penghapalan Hadits.. ِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِAl Muktsirun yaitu kelompok yang paling banyak menghapalkan Hadits, di antaranya adalah : 1. Sahabat Abu Hurairah 2. Sahabat Abdullah bin Umar. 3. Sahabat Anas bin Malik. 4. Sayyidah A’isyah istri Rasulullah SAW. 5. Sahabat Abdullah bin Abbas. 6. Sahabat Jabir bin Abdullah 7. Sahabat Abu Sa’id Al Hudri. Mereka inilah yang banyak meluangkan waktunya untuk menghapal Hadits-hadits Nabawiyah, yang mana oleh para ulama dijuluki Al Muktsirun sebab mereka telah menghapalkan lebih dari seribu Hadits. Ke “adilan periwayatan” para sahabat RA, wajib diterima secara mutlak oleh umat Islam, sebab merekalah orang-orang yang berjuang hidup-mati bersama Rasulullah SAW demi tersiarnya agama Islam, hingga Allah SWT merasa perlu untuk menguatkan kedudukan mereka dengan mengutarakan keridhaan-Nya di dalam Al-Quran, demikian ini tiada lain agar tak seorang muslimpun berani mengkritik keberadaan para sahabat RA, terhadap pengorbanan yang telah mereka persembahkan untuk Islam, artinya barang siapa berani mengkritik, atau tidak setuju dengan apa yang telah mereka lakukan, apalagi sampai mencela mereka, maka secara otomatis akan berhadapan langsung dengan Allah SWT والسابقون الأولون من المهاجرين والأنصار ، والذين اتبعوهم باحسان رضي الله عنهم ورضوا عنه وأعدّلهم جنات تجري تحتها الأنـهار خالدين فيها أبدا ، ذلك الفوز العظيم. (Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik ( para sahabat yang masuk Islam setelah pembukaan kota Makkah). Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka sorga-sorga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar). BEDA PANDANG TERHADAP AL-QURAN DAN HADITS ANTARA AGAMA ISLAM DAN SYI’AH Umat Islam akan mengerti beda pandangan Islam dan Syi’ah terhadap Al-Quran dan Hadits, dengan cara meneliti dan mempelajari secara seksama ajaran Syi’ah Imamiyah, yang bersumber dari kitab rujukan utama yang beredar di kalangan mereka, yaitu kitab Al Kafi (karangan Abu Ja’far Muhammad Bin Ya’qub Bin Ishaq Al Kulaini Arrazi) yang meninggal dunia pada th. 328/329 H. Kitab tersebut menurut pandangan pembesar-pembesar Syi’ah dianggap kitab yang paling shahih. Hal ini banyak disampaikan oleh tokoh-tokoh Syi’ah dimasa lampau sebagaimana yang termaktub di dalam muqaddimah kitab Al Kafi diantaranya: Al Faidl : “Kitab Al Kafi” merupakan kitab yang paling mulia, paling terpercaya, paling sempurna dan paling lengkap (di antara kitab-kitab rujukan), karena mengandung ushuluddin / ketauhidan, dan termasuk karangan yang paling bersih dari cacat dan ‘aib ( Al Kafi juz I hal 27 ) Masih banyak lagi komenter-komentar dari kalangan pembesar Syi’ah yang memuji kitab tersebut. Bahkan di kalangan tokoh Syi’ah “Modern” banyak juga yang memuji Al Kafi yang dianggap sebagai pegangan utama bagi penganut Syi’ah Imamiyah. Hal tersebut terbukti dengan apa yang termaktub di dalam muqaddimah kitab “DIALOG SUNNAH-SYI’AH” yang diterbitkan oleh penerbit Mizan, sebagaimana berikut : “Empat buah kitab yang menjadi buku-buku pegangan kaum Imamiyah dalam ushul dan furu’, semenjak genersi-generasi pertama sampai dengan masa kita sekarang ini ; yaitu : Al Kafi, At Tahdzib, Al Istibshor, dan Man Ra Yahdzuruhu Al Faqih. Kitab-kitab ini telah sampai kepada kita dengan cara mutawatir, sedangkan isi yang dikandungnya adalah shahih dan bisa dipertanggung jawabkan tanpa keraguan sedikitpun. Di antara keempatnya , maka kitab Al Kafi adalah yang paling terdahulu, paling besar, paling baik dan paling rapi. Di dalamnya terdapat 16.199 Hadits”. Setelah mengetahui tinggginya kedudukan kitab Al Kafi di mata penganut Syi’ah tentunya umat Islam bisa mengambil kesimpulan, bahwa semua apa yang tertulis di dalam kitab tersebut adalah cermin dari hakikat ajaran Syi’ah. Untuk lebih memahami perbedaan pandangan antara agama Islam dengan ajaran Syi’ah terhadap Al-Quran dan Hadits maka perlulah kiranya diterangkan dengan lebih spesifik sebagai berikut : DEFINISI AL-QURAN/MUSHAF PANDANGAN ISLAM : Firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat, yang tidak bisa ditiru oleh siapapun dalam bentuk satu surat lengkap, dan dianggap beribadah dengan membaca huruf-huruf yang terkandung di dalamnya. PANDANGAN SYIA’H : 1. Al Jamiah : Lembaran yang panjangnya 70 dzira’ Rasulullah SAW yang diterima dengan cara di dikte dari langit kepada Beliau SAW, dan ditulis oleh Imam Ali bin Abi Thalib dengan tangan kanannya. di dalamnya terdapat hal-hal yang dihalalkan dan yang diharamkan serta hukum-hukum yang dibutuhkan oleh semua orang. ( Al Kafi juz I hal 239 ) 2. Al Jafru : Kantong kulit yang di dalamnya terdapat ilmu-ilmu para Nabi dan para Washi ( orang-orang yang ditunjuk sebagai pengganti Rasulullah saw dengan Nas / ketentuan dari Allah dan Rasulullah saw, yaitu Imam dua belas ) dan terdapat ilmu para ulama terdahulu dari Bani Israil. ( Al Kafi juz I hal. 239) 3. Mushaf Fathimah : Adalah seperti Al-Quran kaum muslimin namun tiga kali lebih banyak, huruf-hurufnya tidak sama dengan Al-Quran umat Islam. ( Al Kafi juz I hal 239 ) Menurut keyakinan Syi’ah, Mushaf Fathimah itu terjadi tatkala Rasulullah SAW wafat, Allah mengirim malaikat kepada sayyidah Fathimah untuk menghibur kesedihannya dengan menurunkan ayat-ayat Allah, lantas sayyidah Fathimah mengadu kepada Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib dan ditulislah oleh Amirul Mu’minin. Adapun isi kandungannya adalah berita-berita yang akan terjadi di kemudian hari. TAFSIR AYAT AL QURAN Rasulullah saw bersabda : من قال فى القرآن بغير علم فليتبوأ مقعده من النار. (اخرجه أبو داود) Artinya : Barang siapa berbicara (menafsiri) Al-Quran (dengan pendapatnya sendiri) tanpa ilmu (kaidah-kaidah yang telah di sepakati oleh para ulama) maka hendaklah ia menempati tempat duduknya dari api neraka. PANDANGAN ISLAM : Penyaksian / memberi hukum terhadap maksud-maksud Allah, dan menyaksikan bahwasannya lafadz “ ini ” artinya “ demikian “ maka hal itu tidak boleh kecuali dengan Nas (ketentuan) dari Rasulullah saw atau para sahabat yang menyaksikan turunnya ayat sesuai dengan Asbab an nuzul (sebab-sebab turunnya ayat). Contoh : ولقد آتينا موسى الكتاب (التوراة) وقفّينا من بعده بالرسل (أتبعناهم رسولا فى أثر رسول ) وأتينا عيسى ابن مريم البينات ( المعجزات) وأيّدنه قويناه) بروح القدس (وهو جبريل) أفكلما جاءكم رسول بما لا تهوى أنفسكم (من الحق) استكبرتم ففريقا (منهم) كذبتم (كعيسى) وفريقا تقتلون (كزكريا ويحي) - (سورة البقرة(. Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada ‘Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan (tiupan) Ruhul-Qudus )Jibril kepada diri Maryam), apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong ; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan ( seperti ‘Isa ) dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh (seperti Zakaria dan Yahya) PANDANGAN SYI’AH : Penafsiran Al-Quran disesuaikan dengan kebutuhan ajarannya, khususnya yang berkaitan dengan para Imam dua belas. Contoh : أفكلّما جاءكم (محمد) بما لا تهوى أنفسكم ( بموالاة عليٍّ ) فاستكبرتم ففريقا (من ال محمد) كذبتم وفريقا تقتلون(. Apakah setiap datang kepadamu (Muhammad) membawa suatu pelajaran yang tidak sesuai dengan keinginanmu (mengenai wilayah / kekuasaan / kepemimpinan Ali) lalu kamu menyombong maka beberapa orang (dari keluarga / keturunan Muhammad) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh ? TAHRIF/PERUBAHAN AYAT AL QURAN Tahrif ayat adalah terjadinya perubahan dalam kitab suci Al-Quran oleh tangan-tangan yang sengaja ingin merusak agama Allah, dan hal ini telah terjadi di kalangan penganut Yahudi, sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya : من الذين هادوا يحرّفون الكلم عن مواضعه ويقولون سمعنا وعصينا واسمع غير مسمع وراعنا ليـّا بألسنتهم وطعنا فى الدين ولو أنهم قالوا سمعنا وأطعنا واسمع وانظرنا لكان خيرا لهم وأقوم ولكن لعنهم الله بكفرهم فلا يؤمنون الا قليلا. ) سورة النساء (46 Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan ( arti kata-kata, menambah dan mengurangi ) dari tempat-tempatnya. Mereka berkata : “ Kami mendengar” (sedang hati mereka mengatakan : ), tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : “Dengarlah ” (tetapi hati-hati mereka mengatakan : “Mudah-mudahan kamu tidak dapat mendengarkan / tuli”), sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “raa’ina, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “ Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik untuk mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. Keterangan: ”raa’ina” berarti : sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. Dikala para sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah SAW orang Yahudipun memakai pula kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut “raa’ina”, padahal yang mereka katakan ialah “Ru’uunah” yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepadarasululah. Itulah sebabnya Allah menyuruh supaya para sahabat menukar perkataan ”raa’ina” dengan “Unzhurna” yang juga sama artinya dengan “raa’ina”. Diantara bentuk Tahrif yaitu dengan penambahan, pengurangan, merubah lafadz yang asli dengan lafadz yang lainnya, atau memindah tempat satu lafadz ketempat yang lain.Sering orang bertanya tentang perbedaan pemahaman antara pengertian “ Tahrif ayat “ dengan “ Nasikh-mansukh / penghapusan ayat “. Perlu diketahui bahwa untuk memahami keduanya maka haruslah terlebih dahulu ditinjau asal penggunaan istilah “Tahrif” maupun “Nasikh-mansukh”. Secara lafdziyah kedua istilah tersebut diambil dari ayat-ayat Al-Quran : من الذين هادوا يحرّفون الكلم عن مواضعـه ( Yaitu orang-orang Yahudi mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya ) . Jadi jelaslah bahwa timbulnya istilah “Tahrif” bermula dari penceritaan Allah SWT akan kejailan orang-orang Yahudi yang sering merubah atau mengganti ayat-ayat Allah dengan kata-kata yang disesuaikan kehandak mereka. “Tahrif” juga bisa diistilahkan dengan “ Tabdil/ penggantian” sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT فبدّل الذين ظلموا قولا غير الذى قيل لهم ( Lalu orang-orang dzalim ( Yahudi) itu mengganti perkataan (perintah) dengan mengatakan (mengerjakan) yang tidak dikatakan (diperintahkan) kepada mereka ). Sedangkan timbulnya istilah “Nasikh-mansukh” adalah dari penceritaan Allah akan kehendak-Nya sebagaimana dalam firman-Nya :ما ننسخ من آية أو ننسها نأت بخير منها أو مثلها ( Apa saja ayat yang Kami nasakh (hapus)kan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya ). Yang mana apabila satu ayat dianggap perlu untuk diganti oleh Allah SWT, demirahasia atau faedah yang hanya diketahui oleh-Nya, maka dihapuslah ayat tersebut dan diganti dengan ayat yang lebih bermanfaat untuk kepentingan umat Islam. Sebagai contoh nasikh-mansukh yang terjadi di dalam Al-Quran di antaranya :ياأيـّها النبىّ حرّض المؤمنين على القتال ، ان يكن منكم عشرون صابرون يغلبوا مائتين ، وان يكن منكم مائة يغلبوا الفا من الذين كفروا بأنـّهم قوم لايفقهون )سورة النساء (Wahai Nabi, kobarkanlah semangat orang-orang mu’min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan duaratus orang musuh. Dan jika seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.Ayat tersebut di atas memberi pengetian bahwa satu orang muslim minimal melawan dua puluh orang kafir. Kemudian setelah umat Islam semakin banyak dan kuat maka Allah memberi keringanan dengan ayat : الآن حفّف الله عنكم وعلم أنّ فيكم ضعفا ، وان يكن منكم مائة صابروةيغلبوا مائتين وان يكن منكم ألف يغلبوا ألفين باذن الله ، والله مع الصابرين )سورة النساء( Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang (mu’min) yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan duaratus orang (kafir), dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.Secara mudah ayat ini memberi pengertian bahwa satu orang muslim minimal melawan dua orang kafir. dalam istilah usul fiqih, ayat yang pertama (satu orang muslim lawan dua puluh orang kafir) adalah sebagai ayat yang dimansukh (dihapus) dalam penerapan hukumnya, sedangkan ayat yang kedua (satu orang muslim lawan dua orang kafir) adalah sebagai ayat yang menasikh (menghapus) untuk diberlakukan hukumnya. Contoh ini adalah sebagian dari bentuk Nasikh-mansukh yang terjadi dalam Al-Quran. Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Tahrif ayat itu dilakukan oleh makhluq sesuai dengan hawa nafsunya. Sedangkan Nasikh-mansukh dilakukan oleh Al Khaliq ( Allah Jalla Dzikruhu) sesuai dengan kehendak-Nya denganrahasia dan faedah yang hanya diketahui oleh Allah SWT. PANDANGAN ISLAM : Bahwasannya Al-Quran yang ada di tangan ummat Islam saat ini diyakini otentisitasnya dan selamat dari perubahan sekecil apapun, serta diyakini bahwa apa yang tertulis di dalam “ Mushaf Utsmani “ yaitu Al-Quran yang ada sekarang ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW sebelum Beliau wafat, dan yang terakhir dibaca (ditashih) di hadapan malaikat Jibril, mulai dari awal hingga akhir ayat. Keaslian Al-Quran ini diyakini oleh umat Islam hingga kelak hari Qiamat, dan selalu dijaga oleh Allah SWT sebagaimana dalam firmanNya : انّا نحن نزّلنا الذكر وانّا له لحافظون )سورة الحجر (Sesungguhnya Kami-lah menurunkan Al-Quran , dan sesungguhnya Kami benar-benar memelihara (keaslian)nya. (QS. Al Hijr ayat 9 ) PANDANGAN SYIAH Menurut keyakinan ajaran Syi’ah bahwa Al-Quran yang ada di tangan umat Islam saat ini, yang tertulis di dalam “Mushaf Utsmani” sudah banyak dirubah oleh para Sahabat Nabi SAW, dan ayat-ayat yang ada di dalamnya sudah banyak mengalami perubahan, adakalanya ditambah atau dikurangi, sehingga tidak sesuai dengan aslinya. Sedangkan Al-Quran yang asli saat ini berada di tangan Imam ke dua belas, yang kini masih menghilang / bersembunyi di goa Samarra’. Al-Quran yang asli menurut ajaran Syi’ah, besar atau jumlah ayatnya tiga kali lipat dari Al-Quran yang ada sekarang, yaitu ra.ra ayat sebagaimana di tuturkan dalam kitab Al Kafi juz 2 hal 634. Penganut Syi’ah juga mempunyai kitab pegangan yang bernama : فصل الخطاب فى تحريف كتاب ربّ الأرباب ( Kata Kepastian terjadinya tahrif / perubahan pada Kitabullah ) Karangan Husain bin Muhammad Taqyu An Nuri At Thabarsi. dalam kitab Al Kafi sendiri diterangkan di dalam satu bab yang membahas hal tersebut dengan judul فيـه نكت ونتف من التنزيل فى الولاية ( dalam ( Al-Quran Mushaf Utsmani yang ada di kalangan umat Islam ) ada yang jatuh dan hilang dari ayat-ayat yang diturunkan tentang wilayah / kekuasaan (Ali bin Abi Thalib ) Selain apa yang tersebut di atas, masih banyak keterangan yang semacamnya tertera di dalam kitab Al Kafi di antaranya : “Tidak ada seorangpun yang mengaku mengumpulkan Al-Quran, sebagaimana diturunkan ( contohnya Utsman bin Affan ) kecuali orang tersebut adalah pembohong, dan tidak ada yang mengumpulkan Al-Quran serta menghafalkannya sebagaimana diturunkan kecuali Ali bin Abi Thalib serta para Imam sesudahnya “ ( Al Kafi juz I hal 228 ) CONTOH TAHRIF AYAT AL QURAN DI DALAM KITAB AL KAFIAL QURAN KAUM SYI’AH الحس ين بن محمد , عن معلى بن محمد , عن عليّ بن أسباط , عن عليّ بن أبى حمزة , عن أبى بصير , عن أبى عبد الله عليه السلام فى قول الله عزّ وجلّ ( ومن يطع الله ورسوله فى ولاية عليّ وولاية الائمة من بعده فقد فاز فوزا عظيما). هكذ نزلت (الكافى ج 1 , ص 418 , رقم 32Al Husain bin Muhammad dari Mu’alla bin Muhammad dari Ali bin Asbath dari Ali bin Abi Hamzah dari Abi Bashir dari Abi Abdillah as tentang firman Allah Azza wa Jallah (yang artinya) : Dan barang siapa mentaati Allah danrasul-Nya , akan kekhalifahan Ali dan kekhalifahan para Imam sesudahnya, maka sesungguhnya ia mendapat kemenangan yang besar. Demikian ayatnya turun. (Al Kafi Juz I Hal.418, No. 32) ADAPUN AL QURAN KAUM MUSLIMIN يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما ) الأحزاب (71 Niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan rasul-Nya, maka sungguh ia mendapat kemenangan yang besar. (Al Ahzab. 71) AL QURAN KAUM SYI’AH أحمد بن ادريس عن محمد بن حسّان عن محمد بن عليّ عن عمّار بن مروان عن منخّل عن جاب ر عن أبىجعفر عليه السلام قال )أفكلما جاءكم محمد بما لاتـهوى أنفسكم بموالاة عليّ ففريقا من آل محمد كذبتم وفريقا تقتلون) ( ص 418 رقم (31 Ahmad bin Idris dari Muhammad bin Hassan dari Muhammad bin Ali dari ‘Ammar bin Marwan dari Munakhal dari Jabir dari Abi Ja’far as berkata : (yang artinya) Apakah setiap Muhammad datang kepadamu membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu tentang kekhalifahan Ali lalu kamu menolak segolongan dari keluarga Muhammad, maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh …?. (Al Kafi juz I hal.418 No.31) ADAPUN AL QURAN KAUM MUSLIMIN ولقد آتينا موسى الكتاب وقفّينا من بعده بالرسل وآتينا عيسى بن مريم البينات وأيّدن اه بروح القدس أفكلما جاءكم رسول بما لا تهوى أنفسكم استكبرتم ففريقا كذبتم وفريقا تقتلون) البقرة (78 Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu denganrasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorangrasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong, maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Al Baqarah- 78) AL QURAN KAUM SYI’AH الحسين بن محمد عن معلى بن محمد عن أبى عبد الله بن ادريس عن محمد بن سنان عن الرضا عليه السلام فى قول الله عز وجل: كبر على المشركين بولاية عليّ ما تدعوهم اليه يا محمد من ولاية عليّ . هكذا فى الكتاب مخطوطة ) الكافي ج 1 / ص 418 / رقم (32.Al Husain bin Muhammad dari Abdillah bin Idris dari Muhammad bin Sinan dari Al Ridla as tentang firman Allah ‘Azza wa Jalla (yang artinya): Amat berat bagi orang-orang musyrik terhadap kekhalifahan Ali yang kamu seru mereka kepadanya, “Hai Muhammad akan kekhalifahan Ali”. Demikian dalam kitab (mushaf) tertulis ( Al Kafi Juz I, Hal. 418 No. 32) ADAPUN AL QURAN KAUM MUSLIMIN شرع لكم من الدين ما وصّى به نوحا والذي أوحينا اليك وما وصّينا به ابراهيم وموسى وعيسى أن اقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه كبر على المشركين ما تدعوهم اليه ، الله يجتبى اليه من يشاء ويهدى اليه من ينيب )الشورى (13 Telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkannya kepada Ra dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan ‘Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya, Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya, Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (As Syura. 13) AL QURAN KAUM SYI’AH الحسين بن محمد عن معلى بن محمد عن عليّ بن أسباط عن عليّ بن منصور عن ابراهيم بن عبد الحميد عن الوليد بن صبيح عن أبى عبد الله عليه السلام : ذلك بأنه اذا دعي الله وحده وأهل الولاية كفرتم). (الكافىج 1 / ص 421 / رقم (46 Al Husain bin Muhammad dari Mu’alla bin Muhammad dari Ali bin Asbath dari Ali bin Mansur dari Ibrahim bin Abdil Hamid dari Al Walid bin Shabih dari Abu Abdillah AS (yang artinya) : ”Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah dan Ahlul Wilayah (para Imam) saja disembah”. (Kafi Juz I Hal 421 No. 46) ADAPUN AL QURAN KAUM MUSLIMIN ذالكم بأ نه اذا دعى الله وحده كفرتم وان يشرك به تؤمنوا فا لحكم للة العليّ الكبير )المؤمن (13 Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al-Mu’min.13) AL QURAN KAUM SYI’AH أحمد بن مهرا ن؛ عن عبد العظيم بن عبد الله الحسنى ، عن محمد بن الفضيل عن أبى حمزة ، عن أبى جعفر عليه السلام قال : نزل جبرئيل عليه السلام بهذة الآية هكذا : ( انّ الذين ظلموا آل محمّد حقّهم لم يكن اللة ليغفر لهم ولا ليهديهم طريق الاّ طريق جهنّم خالدين فيها أبدا وكان على الله يسيرا ) (الكافى ج 1/ ص 424/ رقم (59 Ahmad bin Mahran dariAbdul Adzim bin Abdillah Al Hasani dari Muhammad bin Al Fudlail dari Abi Hamzah dari Abi Ja’far AS telah berkata : Jibril telah turun dengan ayat ini, begini (yang artinya) : “Sesungguhnya orang-orang yang melakukan kedzaliman kepada keluarga Muhammad akan haq-haq mereka maka sekali-kali Allah tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka kecuali jalan menuju neraka yang di dalamnya kekal selama-lamanya. Demikian ini sangatlah mudah bagi Allah”. (Al Kafi juz I, hal.424 No. 59) ADAPUN AL QURAN KAUM MUSLIMIN انّ الّذين كفروا وظلموا لم يكن اللة ليغفر لهم ولا ليهديهم طريقا ) النساء ( 168 Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kedzaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa ) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka. ( An Nisa 168) AL QUR’AN KAUM SYI’AH لحسين بن محمد، عن معلى بن محمد، عن جعفر بن محمد بن عبيد الله ، عن محمد بن عيسى القمّىعن محمد بن سليمان ، عن عبد الله بن سنان عن أبى عبد الله عليه السلام فى قوله : ( ولقد عهدنا الى آدم من قبل كلمات فى محمّد وعليّ وفاطمة والحسن والحسين والائمّة عليهم السّلام من ذرّيّتهم فنسى) هكذا والله نزلت على محمد صلى الله عليه وآله )الكافى ج 1/ ص 416/ رقم (23 Al Husain bin Muhammad dari Mu’alla bin Muhammad dari Ja’far bin Muhammad bin Ubaidillah dari Muhammad bin Isa Al Qummy dari Muhammad bin Sulaiman dari Abdullah bin Sinan dari Abu Abdillah AS tentang firman Allah (yang artinya) “Dan sesunggunya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, kalimat-kalimat mengenai Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan para Imam RA dari keturunan-keturunan mereka, maka ia lupa (akan perintah itu) “. Demi Allah demikianlah turun kepada Muhammad SAW. (Al Kafi juz I. Hal. 416 No. 23). ADAPUN AL QURAN KAUM MUSLIMIN ولقد عهدنا الى آدم من قبل فنسى ولم نجد له عزما). (طه . (1 15 Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (Thaha.115) AL QUR’AN KAUM SYI’AH على بن ابراهم عن أحمد بن محمد البرقى عن أبيه عن محمد بن سنان عن عمّار بن مروان عن من خّل عن جابر عن أبى جعفر عليه السلام فال نزل جبرئيل عليه السلام بـهذه الآية على محمد صلى الله عليه واله هكذا : بئسما اشتروا به أنفسهم ان يكفروا بما أنزل الله فى عليّ بغيا )الكافى ج1/ص 417/رقم (25 Ali bin Ibrahim bin Ahmad bin muhammad Al Barqi dari ayahnya dari Muhammad dari Sinan bin ‘Amar bin Marwan dari Munakhal dari Jabir dari Abi Ja’far AS berkata : Jibril AS turun kepada Muhammad SAW dengan ayat ini (yang artinya) “Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah tentang Ali karena kedengkian “. (Al Kafi juz I, hal.417 No. 25) ADAPUN AL QURAN KAUM MUSLIMIN بئسما اشتروا به أنفسهم أن يكفروا بما أنزل الله بغيا أن ينـزّل الله من فضله على من يشاء من عباده فباءوا بغضب على غضب وللكافرين عذاب مهين . )البقرة (90 Alangkah buruknya )hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan akhirat kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. (Al Baqarah 90) AL QUR’AN KAUM SYI’AH أحمد عن عبد العظيم عن محمد بن الفضيل عن أبى حمزة عن أبى جعفر عليه السلام قال : نزل جبرئيل بهذه الآية هكذا : وقل الحق من ربكم فى ولاية عليّ فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر انّا أعتدنا للظالمين آل محمد نارا). الكافى ج1 / ص 424 / رقم (64 Ahmad dari Abdul Adzim dari Muhammad bin Al Fudhail dari Abi Hamzah dari Abi Jafar AS telah berkata : Jibril telah turun dengan ayat ini, begini (yang artinya): Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu tentang kekhalifahan Ali, maka barang siapa yang hendak beriman, hendaklah ia beriman. Dan barang siapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir. Sesungguhmya Kami telah sediakan bagi orang-orang yang dzalim terhadap keluarga Muhammad itu neraka. ( Al Kafi juz I, hal.424 No. 64). ADAPUN AL QURAN KAUM MUSLIMIN وقل الحق من ربكم فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر اناّ أعتدنا للظلمين نارا أ حاط بـهم سرادقها وان يستغيثوا يغاثوا بماء كالمهل يشوى الوجوه بئس الشراب وساءت مرتفقا) الكهف (29 Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Al Kahfi. 29) .AL QURAN SYI’AH عليّ بن ابراهيم عن محمد بن سنان عن عمّار بن مروان عن منخّل عن جابر قال : نزل جبرئيل عليه السلام بهذ ه الآية على محمد هكذا : وان كنتم فى ريب مما نزّلنا على عبدنا فى عليّ فأتوا بسورة من مثله). الكافى ج1 / ص 417 / رقم (26. Ali bin Ibrahim dari Muhammad bin Sinan dari Amar bin Marwan dari Munakhal dari Jabir berkata : Jibril AS turun dengan ayat ini kepada Muhammad SAW (yang artinya) : Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) mengenai Ali, buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur an itu. (Al Kafi juz I hal. 417 No. 26). ADAPUN AL QURAN KAUM MUSLIMIN وان كنتم فى ريب مما نزّلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا شهداءك م من دون الله ان كنتم صادقين). البقرة (23 Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur`an itu dan ajaklah penolong selain Allah jika kalian adalah orang-orang yang benar. (Al-Baqarah.23) AL QUR’AN KAUM SYI’AH أحمد بن مهران عن عبد العظيم بن عبد الله عن محمد بن الفضيل عن أبى حمزة عن أبى جعف عليه السلام قال : نزل جبرئيل عليه السلام بهذه الآية على محمد صلى الله عليه واله هكذا : فبدّل الذين ظلموا آل محمد حقهم قولا غير الذى قيل لهم فأنزلنا على الذين ظلموا آل محمد حقهم رجزا من السماء بما كانوا يفسقون). الكافى ج 1 / ص 423 / رقم (58. Ahmad bin Mahran dari Abdul Adzim bin Abdillah dari Muhammad bin Fudhail dari Abi Hamzah dari Abi Ja’far ASberkata : Jibril turun dengan ayat ini kepada Muhammad (yang artinya) : Lalu orang-orang yang dzalim terhadap keluarga Muhammad mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang dzalim terhadap hak keluarga Muhamamd itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik. (Al Kafi juz I, hal. 423 423 No. 58). ADAPUN AL QURAN KAUM MUSLIMIN فبدّل الذين ظلموا قولا غير الذى قيل لهم فأنزلنا على الذين ظلموا رجزا من الس ماء بما كانوا يفسقون). البقرة (59 Lalu orang-orang yang dzalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang dzalim itu siksa dari langit, karena mereka bebuat fasik. (Al Baqarah : 59) SAMPAINYA AL-QURAN KEPADA UMAT ISLAM Mengetahui sampainya Al-Quran kepada umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW hingga saat ini tergolong dari bagian ilmu Sanad (silsilah perawi), yang mana ilmu tersebut erat hubungannya dengan ilmu Musthalah Hadits. Adapun pengeterapan pengamalannya tidak terlepas dari ilmu Usul Fiqih dan Ilmu Tauhid ( Aqidah ). Dalam risalah ini tidak dibahas satu persatu keterkaitan antar beberapa disiplin ilmu tersebut di atas, karena setiap disiplin ilmu mempunyai penjabaran yang panjang dan berbeda permasalahannya.Untuk memenuhi kebutuhan pemahaman secara global, maka perlu diterangankan sekelumit tentang “ ilmu Sanad “.Sanad ialah kumpulan perawi yang mengantarkan kepada suatu berita secara estafet, dari penerima berita pertama ( contohnya para sahabat di masa turunnya Al-Quran ) hingga penerima berita terakhir ( umat Islam dewasa ini) Secara global pembagian “ sanad “ suatu berita ada dua macam : Ahad ( perorangan ) : Yaitu berita yang sampainya kepada ummat secara perorangan. Arti perorangan di sini adakalanya setiap generasi dari penyampai berita tersebut seorang, dua orang, atau tiga orang di setiap masa, atau lebih dari itu namun masih belum bisa dikategorikan sebagai kelompok perawi yang jamak ( Jama’ah ).Contoh paling mudah : misalnya satu berita ( Hadits ) yang bersumber dari Rasulullah SAW, diterima oleh seorang sahabat ( sebagai generasi pertama dari rentetan perawi ), kemudian diterima oleh tiga orang tabi’in ( sebagai generasi kedua ), Dari tiga orang tabi’in tersebut ternyata hanya satu yang menyampaikan kepada generasi berikutnya, dan diterima oleh dua orang tabi’ut tabi’in ( sebagai generasi ketiga ) Demikianlah seterusnya hingga sampai kepada umat.Adakalanya akhir dari rentetan perawi dinisbatkan kepada salah seorang pengarang / penyusun kitab, misalnya Imam Bukhari, maka dianggaplah Imam Bukhari sebagai akhir dari sanad tersebut. Mutawatir : Yaitu berita yang sejak generasi pertama hingga generasi terakhir diterima oleh kelompok orang yang jumlahnya banyak dan dari berbagai kalangan, sehingga tidak mungkin berita tersebut jatuh kepada suatu kebohongan atau kekeliruan, karena terjadinya kontrol dari umat secara intensif.Contoh paling mudah yaitu berita tentang keberadaan Ka’bah di kota Makkah, berita tersebut di samping sesuai dengan kenyataan juga disaksikan dan didengar serta diterima oleh orang banyak dari berbagai kalangan. Sehingga tidak mungkin terjadi kebohongan. Bahkan di dalam ilmu Usul Fiqih setiap orang mukallaf wajib secara mutlak ( tidak bisa ditolak ) dalam meyakini kebenaran berita mutawatir. Dan barang siapa yang mengingkarinya maka dianggap murtad ( keluar dari agama Islam ). PANDANGAN ISLAM : Meyakini bahwa Al-Quran sampai kepada umat Islam dengan cara mutawatir karena itu wajib diyakini kebenarannya. Barang siapa yang mengingkari kebenaran satu huruf dari huruf-huruf Al-Quran yang ada sekarang ini hukumnya murtad. Misalnya terjadi seseorang meragukan keabsahan huruf واو pada ayat والعصر bahkan ia berkeyakinan bahwa Al-Quran yang asli berbunyi بالعصر dengan huruf باء jelaslah orang tersebut telah menjadi murtad. PANDANGAN SYI’AH : Al-Quran yang asli masih dibawa sembunyi oleh Imam Syi’ah yang kedua belas, dan akan keluar bersama keluarnya Imam kedua belas tersebut, yang saat ini diyakini masih bersembunyi di goa Samarra’ Adapun Al-Quran yang ada sekarang ini keberadaannya dianggap darurat, dan penganut Syi’ah ikut membaca namun meyakini banyaknya tahrif / perubahan di dalamnya, dengan penambahan dan pengurangan yang dilakukan oleh para Sahabat. Dengan kata lain bahwa Al-Quran yang ada ini sudah tidak asli, dan sampainya kepada umat Islam tidak secara “ mutawatir “ dan banyak terjadi kesalahan serta perubahan. Sebagai pembuktian I’jaz Al-Quran ( kemu’jizatan) bahwa Al-Quran tidak bisa ditiru atau dirubah sehingga menghilangkan otentisitasnya adalah tantangan Allah SWT yang ditujukan kepada orang-orang kafir :فأتوا بسوزة من مثله ( buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Quran) , tantangan ini bukanlah sekedar tantangan semata, namun justru Allah telah memastikan ketidakmampuan mereka untuk membuatnya ولن تفعلوا ( dan pasti kalian tidak akan dapat membuatnya ).Artinya, adakah seorang bahkan sekelompok orang yang mampu secara gentel untuk merubah Al-Quran, lantas dicetak dengan format yang berbeda dari Al-Quran yang ada dan beredar di kalangan umat Islam dengan standar Mushaf Utsmani ? Sebagai follow up (tindak lanjut) dalam melaksanakan statemen (pernyataan) yang telah dicetuskan انّا نحن نزّلنا الذكر وانّا له لحافظون Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memelihara (keaslian)nya) maka sekecil apapun bentuk perubahaban yang terjadi di dalamnya, pasti akan segera diketahui oleh umat. Jangankan perubahan yang disengaja oleh mereka yang ingin mencemari otentisitas Al-Quran, andaikata terjadi kesalahan cetak yang tidak disengaja sekalipun, pasti Allah SWT akan menggerakkan hati umat Islam untuk segera meralat kesalahan itu, atau mencabut peredaran mushaf yang terjadi kesalahan cetak di dalamnya. Dan yang demikian ini sudah terbukti dan teruji, apabila disuatu negara ada salah satu percetakan yang melakukan kesalahan dalam mencetak Al-Quran mushaf Utsmani, maka pasti umat Islam seluruh dunia tidak akan tinggal diam dan berusaha untuk meralatnya. Tentunya yang demikian ini juga sebagai bukti bahwa Al-Quran itu sampai kepada umat Isalam secara mutawatir. Dengan dimikian jangan diharap umat Islam mendapatkan mushaf-mushaf yang sering digembar-gemborkan oleh penganut Syi’ah secara nyata, sebagaimana yang terdapat di dalam kitab-kitab rujukan mereka, sebab hal itu tidak bakal terjadi selamanya, karena memang Allah SWT sendirilah yang menhendaki ketidakberdayaan mereka dalam menerbitkan mushaf-mushaf yang sesuai dengan keyakinan mereka. Namun apabila umat Islam ingin membuktikan keyakinan Syi’ah akan adanya tahrif dalam Al-Quran yang ada di kalangan umat Islam, maka hendaklah banyak membaca kitab-kitab pegangan utama penganut Syi’ah. Disinilah letak pokok permasalahan yang selama ini menjadi pro dan kontra diantara pengamat ajaran Syi’ah. Bagi sebagaian orang yang simpati akan revolusi Khomeini dalam menggulingkan Syah Reza Pahlevi akan meneriakkan bahwa tidak benar tuduhan yang mengatakan “Al-Quran versi Syi’ah tidak sama dengan Al-Quran kaum muslimin”, sebab pada saat mereka mendapatkan Al-Quran yang dicetak dinegara Iran, sama persis dengan Al-Quran yang didapati beredar di kalangan umat Islam. Duduk permasalahannya memang bukan itu, namun keyakinan penganut Syi’ah terhadap tercemarnya otentisitas Al-Quran dengan adanya Tahrif di dalamnya dalam pandangan merekalah yang menjadi tolok ukur pembahasan. DEFINISI HADITS NABAWI Ilmu yang mempelajari dengan detail keberadaan suatu Hadts disebut dengan ilmu Musthalah Hadits, atau dalam ibarat yang lebih spesifik disebutkan : “ Ilmu Musthalah Hadits adalah satu ilmu dengan kaidah- kaidah tertentu untuk mengetahui keadaan sanad ( para perawi ) dan keadaan matan ( isi Hadits )”.Adapun salah satu faedah mempelajari ilmu Musthalah Hadits adalah ikut menjaga dan melestarikan Hadits-hadits Nabawiyah serta mengetahui mana saja Hadits yang diterima serta diamalkan dan mana yang harus ditolak. PANDANGAN ISLAM : Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat-sifat beliau SAW PANDANGAN SYI’AH : Semua perkataan dan perbuatan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW dan para Imam dua belas. dan diperkenankan menganggap perkataan Imam yang satu adalah perkataan Imam yang lain secara mutlak, bahkan bisa dikatakan sebagai sabda Rasulullah SAW dan juga sebagai firman Allah SWT.Dari Abu Abdillah AS Beliau berkata : “ Perkataanku adalah perkataan ayahku, perkataan ayahku adalah perkataan kakekku, perkatan kakekku adalah perkataan Al Husain, perkataan Al Husain, adalah perkataan Al Hasan, perkataan Al Hasan adalah perkataan Amirul Mukminin AS perkataan Amirul mukminin adalah sabda Rasulullah SAWdan sabda Rasulullah SAW adalah firman Allah Azza wa Jalla “. (10) Jadi secara ringkas bisa diartikan bahwa perkataan para Imam adalah firman Allah SWT. PEMBAGIAN HADITS Dalam ilmu Musthalah Hadits diterangkan bahwa pembagian Hadits sangatlah banyak, namun yang terpenting di sini adalah pembagian yang berkaitan dengan diberlakukannya suatu Hadits untuk penetapan hukum syara’. PANDANGAN ISLAM : Hadits di bagi menjadi tiga bagian :1. Hadits Marfu’ :Hadits yang disandarkan kepadaRasulullah SAW dan dipergunakan untuk menetapkan hukum halal, haram, dan sebagainya sesuai dengan syarat yang telah disepakati oleh para ulama.2. Hadits Mauquf :Perkataan dan perbuatan para sahabat Nabi, tidak bisa dipergunakan untuk penetapan hukum halal dan haram kecuali dengan syarat-syarat tertentu (diterangkan secara rinci dalam ilmu Ushul Fiqih). 3. Hadits Maqthu’ :Perkataan dan perbuatan para tabi’in, tidak bisa dipergunakan untuk penetapan hukum halal dan haram kecuali dengan syarat-syarat tertentu. PANDANGAN SYI’AH : Semua perkataan dan perbuatan yang dianggap dari Rasulullah SAW dan para Imam dua belas secara mutlak bisa dipergunakan untuk menentukan hukum halal, haram, dan lainnya tanpa terkecuali, bahkan yang paling banyak tersebar dalam kitab-kitab rujukan yang dikarang oleh para pembesar Syi’ah adalah perkataan Imam dua belas, terutama yang tersebar di dalam kitab Al Kafi. SAMPAINYA HADITS KEPADA UMAT ISLAM Sama halnya dengan Al-Quran, bahwa mengetahui ilmu sanad Hadits adalah bagian dari ilmu Usul Fiqih dan ilmu Tauhid ( Aqidah ). PANDANGAN ISLAM : 1. Mutawatir : Wajib diterima dan diamalkan, barang siapa yang mengingkarinya maka dianggap murtad ( keluar dari agama Islam ). 2. Ahad ( perorangan ) : Hadits ahad dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Shahih , Hasan, dan Dla’if, dengan penelitian yang ketat baik ditinjau dari keadaan sanad (para perawi) maupun matan ( isi Hadits ), dan diketahui keadaan sanad serta matan tersebut oleh para ulama ahli Hadits sehingga mereka bisa menentukan mana-mana hadits yang diterima dan yang ditolak .PANDANGAN SYI’AH : Yang bisa diterima adalah hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Ahlul Bait, (walaupun belum bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya), atau diriwayatkan oleh perawi-perawi yang tidak dikenal di kalangan ahli Hadits, sehingga tidak diketahui derajat keshahihannya. Kebanyakan ahli Hadits menyatakan bahwa penisbatan perkataan kepada Ahlul Bait (para Imam dua belas) oleh perawi Syi’ah adalah tidak berdasar. Untuk itu Imam Malik mengatakan : “ Janganlah berbicara (berdialog atau berdiskusi) dengan orang-orang Syiah dan jangan pula meriwayatkan sesuatu yang bersumber dari orang-orang Syi’ah, karena mereka itu adalah orang-orang yang suka berdusta” Imam Asy Syafi’i berkata: “Tidak pernah aku melihat orang yang suka menjadi saksi palsu seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang Syi’ah“ CONTOH HADITS YANG TERMAKTUB DALAM AL KAFI Dalam penukilan hadits-hadits dari kitab Al Kafi, sengaja dipilihkan hadits-hadits yang pemahaman materinya berbeda dengan aqidah umat Islam, khususnya jika di tinjau dari segi ketauhidan, diantaranya : Al Kafi Juz I hal 437 :محمد بن يحى عن سلمة بن الخطاب عن عليّ بن سيف عن العباس بن عامر عن أحمد بن رزق الغمشانى عن محمد ابن عبد الرحمن عن أبى عبد الله عليه السلام قال : ولايتنا ولاية الله التى لم يبعث نبيا قط الا بـها Muhammad bin Yahya dari Salamah bin Al Khattab dari Ali bin Saif dari Al Abbas bin Amir dari Ahmad bin Rizqi Al Ghimsyani dari Muhammad bin Abdurrahman dari Abu Abdillah AS berkata : Wilayah / kekuasaan kami (para Imam dua belas) adalah kekuasaan Allah yang tak seorang Nabi pun diutus kecuali dengan (mengimani) nya. Al Kafi juz I hal 437 :محمد بن يحى عن عبد الله بن محمد بن عيسى عن محمد بن عبد الحميد عن يونس بن يعقوب عن عبد الأعل ى قال سمعت أبا عبد الله عليه السلام يقول : ما من نبي جاء قط الا بمعرفة حقنا وتفضيلنا على من سوانا. Muhamman bin Yahya dari Abdullah bin Muhammad bin Isa dari Muhammad bin Abdul Hamid dari Yunus bin Ya’qub dari Abdul A’la berkata : Aku mendengar Abu Abdillah AS mengatakan : Tidak seorang Nabipun yang datang (diutus) kecuali mereka mengetahui hak (kekuasan) kami (para Imam) dan mengetahui keutamaan kami dari orang-orang selain kami (lebih utama dari semua orang). Al Kafi juz I hal437 :محمد بن يحى عن أحمد بن محمد بن عيسى عن محمد بن اسماعيل بن بزيع عن محمد بن الفضيل عن أبى الصباح الكنانى عن أبى جعفر عليه السلام قال : سمعته يقول : والله ان فى السماء لسبعين صفّا من الملائكة لو اجتمع أهل الأرض كلهم يحصون عدد كل صفّ منهم ما أحصوهم وأنـهم ليدينون بولايتنا. Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin Muhammad bin Isa dari Muhammad bin Ismail bin Buzai’ dari Muhammad bin Al Fadhail dari Abu AS Shabah Al Kannani dari Abu Ja’far AS berkata : Aku mendengarkannya mengatakan : Demi Allah, sesungguhnya di langit terdapat tujuh puluh baris malaikat, andaikata penduduk bumi semuanya (bersama-sama) menghitung tiap baris malaikat itu, tak akan mampu menghitungnya , dan kesemua malaikat tersebut meyakini wilayah/ kekuasaan kami (para Imam). Al Kafi juz I hal 437: محمد عن أحمد بن محمد عن ابن محبوب عن محمد بن الفضيل عن أبى الحسن عليه السلام قال : ولاية عليّ عليه السلام مكتوبة فى جميع صحف الأنبياء ولن يبعث الله رسولا الا بنبوة محمد صلى الله عليه وسلم ووصيّة عليّ عليه السلام. Muhammad dari Ahmad bin Muhammad dari Ibnu Mahbub dari Muhammd bin Al Fudhail dari Abu Al Hasan AS berkata : Wilayah/ kekuasaan Ali AS tertulis pada setiap lembar/ shuhuf para Nabi dan Allah tidak mengutus seorangrasulpun kecuali ikut menyiarkan kenabian Muhammad SAW dan wasiat (dari Nabi) atas kepemimpinan Ali AS Al Kafi juz I hal 437 :الحسين بن محمد عن معلى بن محمد عن محمد بن جمهور قال : حدثنا يونس عن حمّاد بن عثمان عن الفضيل بن يسأ عن أبى جعفر عليه السلام قال : ان الله عزّ وجلّ نصب عليـّا عليه السلام علما بينه وبين خلقه , فمن عرفه كان مؤمنا ومن أنكره كان كافرا ومن جهله كان ضالاّ ومن نصب معه شيئا كان مشركا، ومن جاء بولايته دخل الجنة. Husain bin Muhammad dari Mu’ala bin Muhammad dari Muhammad bin Jumhur berkata : Yunus telah menghaditskan / memberitakan kepada kami dari Hammad bin Utsman dari Al fudlail bin Yasa’ dari Abu Ja’far AS berkata : Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menentukan pengangkatan Ali AS (jadi pimpinan ) yang harus diketahui bersama oleh seluruh makhluq ciptaan Allah, maka barang siapa mengetahui (perkara) ini orang tersebut adalah mukmin, dan barang siapa mengingkarinya adalah kafir, barang siapa tidak mengetahuinya adalah sesat, dan barang siapa menyekutui kepemimpinannya (setelah Nabi Muhammad SAW wafat dengan menjadi khalifah) adalah musyrik, barang siapa mempercayai wilayah/kekuasaan ( para Imam ) maka orang tersebut pasti masuk surga. Al Kafi juz I hal 181 :الحسين بن محمد عن معلى بن محمد عن محمد بن جمهور عن فضالة بن أيوب عن معاوية بن وهب عن ذريح قال: سألت أبا عبد الله عليه السلام عن الائمة بعد النبى صلى الله عليه وسلم فقال : كان أمير المؤمنين عليه السلام اماما ثم كان الحسن عليه السلام اماما ثم كان الحسين عليه السلام اماما ثم كان عليّ بن الحسين اماما ثم كان محمد بن عليّ اماما من أنكر ذلك كان كمن أنكر معرفة الله تباك وتعالى ومعرفة رسوله صلى الله عليه وآله. Al Husain bin Ali dari Mu’alla bin Muhammad dari Muhammad bin Jumhur dari Fadlalah bin Ayyub dari Mu’awiyah bin Wahb dari Dzuraih berkata: Aku bertanya kepada Abu Abdillah AS tentang para Imam setelah Nabi SAW wafat, beliau berkata : Amirul mukmnin (Ali) AS adalah Imam, Al Hasan AS adalah Imam, Al Husain AS adalah Imam, Ali bin Al Husain AS adalah Imam, Muhammad bin Ali AS adalah Imam, barang siapa mengingkari hal itu maka sama halnya ia mengingkari ma’rifat (keimanan kepada) Allah tabaraka wa ta’ala dan ma’rifat (keimanan kepada)Rasulullah SAW. Al Kafi juz I hal 193 :عليّ بن محمد عن سهل بن زياد عن موسى بن القاسم بن معاوية، ومحمد بن يحي عن العمركى بن عليّ جميعا عن عليّ بن جعفر عن أبى الحسن موسى عليه السلام قال أبو عبد الله عليه السلام : ان الله عزّ وجلّ خلقنا فأحسن خلقنا وصوّرنا فأحسن صورنا, وجعلنا خزّانه فى سمائه وأرضه, ولنا نطقت الشجرة وبعبادتنا عبد الله عزّ وجلّ , ولولانا ما عبد الله .Ali bin Muhammad , dari Sahl bin Ziyad, dari Musa bin Al Qasim bin Mu’awiyah, dan Muhammad bin Yahya dari Al Amraki bin Ali, semuanya dari Ali bin Ja’far, dari Abu Al Hasan Musa AS berkata : Berkatalah Abu Abdillah AS: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menciptakan kami lantas memperbagus rupa kami, dan menjadikan kami simpanan (wakil Nya) di langit dan di bumi dan pohon pun berbicara pada kami, dengan menyembah kami (sama halnya) menyembah Allah Azza wa Jalla. Andaikata bukan karena kami Allah tidak bakal disembah. Al Kafi juz I hal. 187 عليّ بن ابراهيم عن صالح بن السندى عن جعفر بن بشير عن أبى سلمـة عن أبى عبد الله عليه السلام قال : سمعتهيقول : نحن الذين فرض الله طاعتنا. لا يسع الناس الا معرفتنا ولا يعذر الناس بجـهالتنا, من عرفنا كان مؤمنا، ومن أنكرنا كان كافرا… Ali bin Ibrahim dari Shalih bin AS Sindi dari Ja’far bin Basyir dari Abi Salamah dari Abu Abdillah AS berkata : Aku mendengarnya berkata: Kami (para imam) adalah orang-orang yang Allah memfardlukan (semua orang) untuk taat kepada kami, tidak diampuni orang-orang itu kecuali dengan mengetahui (mengimani) kami, dan orang-orang yang tidak mengetahui (mengimani) kami tidak dimaafkan, barang siapa yang mengetahui kami adalah mukmin dan yang mengingkari kami adalah kafir. Al Kafi juz I hal.245 حنان عن أبيه عن أبى جعفر عليه السلام قال : كان الناس أهل ردّة بعد النبى صلى الله عليه وآله الا ثلاثة فقلت : ومن الثلاثة ؟ فقال : المقداد بن الأسود وأبو ذرّ الغفارى وسلمان الفارسى رحمة الله وبركاته عليهم… Hannan dari ayahnya dari Abu Ja’far berkata : Sesungguhnya orang-orang (para Sahabat) telah murtad (keluar dari agama) setelah Nabi SAW wafat kecuali tiga orang, aku katakan : Siapa tiga orang itu ? Beliau menjawab : Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari, dan Salman Al Farisi semogarahmat dan berkah Allah tercurah kepada beliau bertiga… Al Kafi juz II hal. 222 :عليّ بن ابراهيم عن أبيه عن ابن أبى عمير عن يونس بن عمّار عن سليمان بن خالد قال : قال أبو عبد الله عليه السلام : يا سليمان انكم على دين من كتمه أعزّه الله ومن أذاعه أذلّه الله. Ali bin Ibrahim dari ayahnya dari Ibnu Abi Umair dari Yunus bin Ammar dari Salman bin Khalid berkata : Abu Abdillah AS mengatakan : Wahai Sulaiman sesungguhnya kalian berada di dalam suatu agama yang barang siapa menyembunyikan ajaran agama tersebut maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barang siapa yang menyiarkan ajaran agama tersebut maka Allah akan menghinakannnya. Al Kafi juz I hal. 375 عليّ بن محمد عن ابن جمهور عن أبيه عن صفوان عن أبى مسكان عن عبد الله بن سنان عن أبى عبد الله عليه السلام قال: قال ان الله لا يستحيى أن يعذّب أمّة دانت بامام ليس من الله وان كانت فى أعمالها برّة تقيّة, وان الله ليستحيى أن يعذّب أمّة دانت بامام من الله وان كانت فى أعمالها ظالمة مسيئة Ali bin Muhammad dari Ibnu Jumhur dari ayahnya dari Safwan dari Ibnu Maskan dari Abdullah bin Sinan dari Abu Abdilah AS berkata : Sesungguhnya Allah tidak segan untuk menyiksa umat yang beragama (mempercayai) Imam (Khalifah setelah Rasulullah SAW wafat) yang diangkat bukan dengan Nas (ketentuan) Allah (artinya yang melalui musyawarah para Sahabat) meskipun umat tersebut beramal baik dan bertaqwa, dan Allah pasti segan (tidak bakal) menyiksa umat yang beragama (mempercayai) Imam (Khalifah yang diangkat) dengan Nas (ketentuan) Allah (artinya Imam Ali dan keturunannya) meskipun umat tersebut beramal jelek dan dzalim (ahli maksiat). Al Kafi juz II hal. 398: يونس عن داود بن فرقد عن حسّان الجمّال عن عميرة عن أبى عبد الله عليه السلام قال: سمعته يقول: أمر الناس بمعرفتنا والردّ الينا والتسليم لنا ثمّ قال : وان صموا وصلّوا وشهدوا أن لااله الا الله ، وجعلوا فى أنفسهم أن لا يردّوا الينا كانوا بذلك مشركين. Yunus dari Dawud bin Farqad dari Hassan Al Jammal dari Umairah dari Abu Abdilah AS berkata : Aku mendengarkannya mengatakan: Semua orang diperintah untuk ma’rifat (mengimani) kami (para imam dua belas) dan selalu mengembalikan (segala perkara) kepada kami dan tunduk sepenuhnya (kepada ketentuan) kami. Lantas beliau berujar: Meskipun orang-orang itu berpuasa, sholat dan bersaksi tiada Tuhan selain Allah, apabila tidak mengembalikan segala perkaranya kepada kami maka orang-orang tersebut adalah musyrik (kafir). Demikianlah perbedaan pandangan antara Islam dan Syi’ah terhadap Al-Quran dan Hadits Nabawi. Dan sebagai pelengkap bahasan akan diterangkan pula sekilas perbedaan ajaran yang ada di dalam Al-Quran dan Hadits dengan ajaran penganut Syi’ah dalam menyikapi para Sahabat, yang hampir seluruh hidup mereka dilalui bersama Rasulullah SAW dalam memperjuangkan agama Islam. Allah SWT berfiman :لقد تاب الله على النبيّ والمهاجرين والأنصار الذين اتبعوه فى ساعة العسرة من بعد ما كاد يزيغ فريق منهم ثم تاب عليهم ، انه بهم رءوف رحيم . Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hampir berpaling hati segolongan dari mereka, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka. ( At Taubah - 117 ) لقد رضى الله عن المؤمنين اذ يبايعونك تحت الشجرة فعلم ما فى قلوبهم فأنزل السكينة عليهم وأثابـهم فتحا قريبا * ومغانم كثيرة يأخذونـها، وكان الله عزيزا حكيما Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min saat mereka bai’at (sumpah setia) kepadamu (Muhammad) di bawah pohon (pada saat perang Hudaibiyah), lalu Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, kemudian Allah menurunkan ketenangan ke dalam hati mereka dan memberi balasan kepada mereka berupa kemenangan yang dekat (waktunya) * Serta hartarampasan yang banyak, yang dapat mereka ambil, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Fath - 18/19) فالذين هـاجروا وأخرجوا من ديارهم وأوذوا فى سبيلي وقاتلوا وقتلوا لأكفّرنّ عنهـم سيّـئاتـهم ولأدخلنّهم جنّات تجرى من تحتها الأنـهار ثوابا من عند الله ، والله عنده حسن الثواب . Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, lagi pula disakiti pada (saat berjuang di) jalan-Ku, dan mereka berperang serta terbunuh, pastilah Aku hapuskan segala kesalahan mereka dan pasti pula Aku masukkan mereka ke dalam sorga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, sebagai pahala dari sisi Allah; dan Allah di sisi-Nya adalah pahala yang baik. (QS. Al Imran - 195) النبيّ أولى بالمؤمنين من انفسهم ، وأزواجه أمّهاتـهم . Nabi itu ( sebenarnya ) lebih utama bagi orang-orang mu’min dari diri mereka sendiri, dari istri-istri beliau itu adalah ibu-ibu mereka. ( QS. Al Ahzab - 32 ) - (para istri Nabi SAW juga dikategorikan sebagai sahabat Nabi SAW)Rasulullah SAW bersabda :الله الله فى أصحابى لا تتخذوهم غرضا بعدى ، فمن أحبّهم فبحبّى أحبّهم ومن أبغضهم فببغضى أبغضهم ، ومن آذاهم فقد آذانى ومن آذانى فقد آذى الله ومن آذى الله يوشك أن يأخذه ) رواه الترمذى وابن حبّان( Artinya : Takutlah kepada Allah , takutlah kepada Allah, dalam menyikapi sahabatku, janganlah kau jadikan mereka sasaran cacian sepeninggalku. Maka barang siapa mencintai mereka, sungguh karena cinta kepadakulah ia mencintai mereka. Barang siapa membenci mereka maka karena benci kepadakulah ia membenci mereka. Barang siapa menyakiti mereka sungguh ia telah menyakitiku, barang siapa menyakitiku sungguh telah menyakiti Allah, barang siapa menyakiti Allah, maka siksa Allah akan segera turun kepadanya ( At Tirmidzi dan Ibnu Hibban) .لا تسبوا أصحابى فوالذى نفسى بيده لو أنفق أحدكم مثل أحد ذهبا ما أدرك مد أحدهم ولا نصيفه )رواه البخارى ومسلم ( Janganlah kalian mencaci maki sahabat-sahabatku, demi Dzat yang jiwaku dalam kekuasaannya, andaikata salah seorang dari kalian menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai derajat amal baik mereka, bahkan tidak pula setengahnya. ( ra.ra. Bukhari dan Muslim ) .Khomeini, salah seorang peminpin spiritual penganut Syi’ah Imamiyah, serta seorang revolosioner dalam menggulingkan pemerintahan Syah Iran yang juga penganut Syi’ah, mengatakan dalam kitabnya, Kasyfu al Asrar انّنا هنا لا شأن لنا بالشيخين وما قاما به من مخالفات للقرآن ، ومن تلاعب بأحكام الاله ، وما حللاه وما حرماه من عندهما ، وما مارساه من ظلم ضدّ فاطمة ابنة النبيّ صلى الله عليه وسلم وضدّ أولاده ، ولكننّا ، نشير الى جهلهما بأحكام الاله والدين ) ص (127 Sungguh kami tidak menghiraukan syaikhain (Abu Bakar dan Umar) dan apa yang telah mereka perbuat yang bertentangan dengan Al-Quran, dan dari penyalahgunaan mereka terhadap hukum-hukum Allah, dan apa yang ditetapkan mereka tentang sesuata yang halal dan yang haram dari diri mereka sendiri. (Hal. 127 ) وتشير كتب التاريخ أنّ هذا الكفر صدر عن عمر بن الخطاب ) ص (176 )Sejarah telah membuktikan bahwa kekafiran telah terjadi pada diri Umar bin al Khatthab . As Sayyid Murtadla As Sayyid Muhammad Al Husaini Al Fairuzabadi An Najfi, juga seorang penganut Syi’ah Imamiyah mengatakan dalam kitabnya, As Sab’ah min as Salaf, dengan judul-judul di antaranya sebagai berikut باب : ان لأبى بكر شيطانا يعتريه .Bab : Bahwa pada diri Abu Bakar ada Syaitan yang merasukinya .باب : ان أصحاب النبي (قد أحدثوا من بعده ما أحدثوا وارتدّوا على أعقابهم . Bab: Sesungguhnya para Sahabat Nabi SAW telah mengerjakan apa yang mereka kerjakan (berbuat bid’ah) sepeninggal Nabi SAW, dan mereka telah murtad (keluar dari agama Islam ).باب : فى احتيال عائشة و حفصة مع النبيّ ) ص (Bab: Tentang tipu daya ‘Aisyah dan Hafshah (istri Nabi SAW) terhadap Nabi SAW .باب : فى سوء أدب عائشة مع النبيّ )ص ( وسوء تعبيرها للرؤيا Bab: Tentang kekurangajaran ‘Aisyah terhadap Nabi SAW dan kekasarannya (pada saat) menakwili arti rukyah. Sebagai penutup risalah ini, penulis mempersembahkan terjemahan fatwa Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad ra himahullah ta’ala yang termaktub dalam kitab Aqidah Ahli Al Islam ( Aqidah umat Islam ) pada halaman berikut, dengan harapan agar bermanfaat bagi umat Islam, dan dapat dijadikan pedoman hidup demi kebahagiaan di dunia dan akhirat. AQIDAH UMAT ISLAM Segala puji hanya milik Allah dan semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan atas Nabi Muhammad beserta keluarga dan para Sababatnya.Selanjutnya kita mengetahui, mempercayai, menyakini dan menyaksikan bahwasannya tiada Tuhan selain Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, Tuhan yang Maha Besar,raja yang Agung, tiada Tuhan selain Allah, dan tiada yang patut disembah kecuali hanya Allah. Tuhan yang Maha Dahulu dan Azali, kekal selama-lamanya. Maha Esa dan tempat bergantung segala sesuatu kepada-Nya. Allah tidak beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak seorangpun yang setara dengan Ra.Tiada yang menyamai-Nya dan tiada yang sebanding dengan-Nya. (Tidak ada yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat).Allah ta’ala Maha Suci dari membutuhkan waktu dan tempat dan Maha Suci dari keserupaan dengan makhluq. Tidak terkait dengan hal-hal yang baru, tidak diliputi oleh arah yang manapun. Bersemayam di ‘Arsy sesuai dengan yang difirmankan-Nya dan menurut makna yang dikehendaki-Nya, persemayaman yang sesuai dengan kemulyaan, ketinggian, keagungan dan kebesaran-Nya. Dan bahwasannya Allah dekat dengan setiap makhluq, bahkan lebih dekat dengan manusia dari urat nadi. Penjaga dan Pengawas terhadap segala sesuatu. Maha Hidup dan Maha Mengatur makhluq-Nya. (tidak mengantuk dan tidak tidur)(Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berrkehendak untuk menciptakan sesuatu, maka cukuplah Dia mengatakan kepadanya : “Jadilah” . Lalu jadilah.). (Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu). Sesungguhnya Allah ta’ala Maha Kuasa dan Maha Mengetahui terhadap sesuatu. (dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu) . ( dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu ). ( Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar atom di bumi dan di langit ). ( Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan ). ( Dia mengetahuirahasia dan yang lebih tersembunyi dari yang dirahasiakan ). ( dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan yang di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatupun yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh al Mahfudz) ). Allah ta’ala Maha Berkehendak terhadap semua ciptaan, dan mengatur makhluq-makhluq-Nya. Bahwasannya sesuatu yang berupa kebaikan, keburukan, manfaat dan bahaya itu tidak terjadi melainkan dengan ketentuan dan kehendak-Nya. Maka apa saja yang Dia kehendaki pasti akan terjadi. Walaupun makhluq di alam ini berkumpul untuk menggerakkan atom di alamraya atau memberhentikannya tanpa kehendak dari Allah, maka pastilah mereka tidak akan mampu melakukannya.Allah ta’ala Maha Mendengar lagi Maha Melihat, Maha Berbicara dengan kalam qadim (dahulu) dan azali yang tidak sama dengan perkataan makhluq. Sesungguhnya Al-Quran yang agung adalah kalam Allah yang qadim dan yang diturunkan kepada Nabi danrasul-Nya, Muhammad SAW.Sesungguhnya Allah, Dia adalah Pencipta segala sesuatu, Pemberi rizki, yang mengatur kehidupan, bertindak yang Dia kehendaki, tidak ada penghalang dan pencabut pada kekuasaan-Nya. Dia memberi kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan mencegah siapa saja yang Dia kehendaki, mengampuni yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa saja yang Dia kehendaki (Dia tidak ditanya tentang apa yang dilakukan-Nya, dan merekalah (semua makhluq) yang akan ditanya tentang perbuatannya.Allah ta’ala Maha Bijaksana dalam perbuatan-Nya, Maha Adil dalam ketentuan-ketentuan-Nya, tidak terbayangkan adanya kedzaliman dan ketidakadilan pada Dzat-Nya, tiada kewajiban bagi-Nya untuk memenuhi hak seseorang. Andaikata Allah SWT membinasakan makhluq-Nya dalam sekejap, maka hal itu bukanlah suatu ketidakadilan dan bukan juga kedzaliman-Nya kepada mereka. Karena mereka adalah milik-Nya dan hamba-Nya. Dia berhak melakukannya terhadap segala milik-Nya sesuai yang Dia kehendaki. (Dan tidaklah Tuhanmu itu berbuat dzalim pada hamba-Nya). Dia memberi pahala kepada hambanya yang taat berupa keutamaan dan kemulyaan, dan menyiksa mereka yang berbuat maksiat dengan bijaksana dan adil.Sesungguhnya taat kepada-Nya adalah wajib bagi hamba-hamba-Nya dengan menerima dari lisan para Nabi dan rasul-Nya AS, kita beriman kepada semua kitab yang telah diturunkan oleh Allah, beriman kepada semua rasul yang diutus oleh Allah, dan beriman kepada para Malaikat-Nya, serta beriman pada Qadla’ dan Qadar-Nya, yang baik dan yang buruk. Kita bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad adalah hamba Allah danrasul-Nya, yang diutus kepada jin dan manusia, bangsa Arab dan non Arab, dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya. Dan sesungguhnya Beliau SAW telah menyampaikan risalah (misi agama), menunaikan amanat, menasehati umat, menghapus kebodohan sepenuhnya, berjihad di jalan Allah, seorang yang dapat dipercaya yang dikuatkan dengan bukti-bukti (dalil-dalil) yang nyata dan benar, dan mu’jizat-mu’jizat yang luar biasa. Dan Allah mewajibkan hamba-Nya untuk membenarkan ajaran Beliau dan taat kepada Beliau serta mengikuti ajaran Beliau SAW Allah SWT tidak menerima iman seorang hamba yang beriman kepada-Nya sampai hamba itu beriman kepada risalah Nabi Muhammad SAW, dan beriman kepada semua ajaran yang Beliau bawa berupa urusan dunia, akhirat dan alam barzakh. Termasuk dari hal-hal yang wajib kita imani adalah pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir kepada ahli kubur tentang tauhid, agama, dan kenabian. Dan juga beriman kepada adanya nikmat kubur untuk hamba-Nya yang taat, serta siksa kubur untuk ahli maksiat. Wajib juga kita mengimani hari kebangkitan setelah mati, hari digiringnya jasad dan arwah kepada Allah, hari berkumpulnya mereka di hadapan Allah, adanya perhitungan amal, dan bahwasannya hamba-hamba itu bermacam-macam tingkatannya, ada di antara mereka yang dimaafkan, dan dipertimbangkan, serta orang yang masuk sorga tanpa hisab (perhitungan). Dan kita wajib beriman kepada mizan (timbangan) yang dibuat menimbang kebaikan dan kejelekan, beriman kepada shirath (jembatan) yaitu titian yang dibentangkan di atas neraka Jahannam, beriman kepada telaga Nabi SAW (Al Kautsar) yang diminum oleh orang-orang mukmin sebelum masuk sorga, dan airnya juga dari sorga. Beriman kepada syafa’at para Nabi, syafa’at para siddiqin, para syuhada, para ulama, orang-orang shaleh dan orang-orang mukmin. Dan syafa’at yang paling besar adalah khusus dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Kita wajib mengimani adanya pengeluaran orang yang masuk neraka dari ahli Tauhid (orang Islam), sehingga orang-orang yang di dalam hatinya ada sebesar atom dari keimanan, maka ia tidak akan kekal di neraka. Dan sesungguhnya untuk orang-orang kafir dan orang-orang musyrik akan kekal di dalam neraka selama-lamanya (tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka mendapat kebijaksaan). Sedangkan orang-orang mukmin kekal di dalam sorga selama-lamanya (mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan dari padanya) mereka dapat melihat Allah di dalam sorga dengan penglihatan mereka, sesuai dengan keagungan, kesucian dan kesempurnaan-Nya. Dan juga wajib meyakini akan keutamaan para sahabat Nabi Muhammad SAW sesuai urutan tertib mereka. Yang mana beliau-beliau adalah orang-orang yang adil, pilihan dan dapat dipercaya. Tidak boleh menghina mereka dan mencela salah seorang dari mereka. Dan sesungguhnya khalifah / pemimpin yang benar sepeninggal Rasullah SAW adalah Abu Bakar As Siddiq, lalu Umar Al Faruq, kemudian Utsman As Syahid, dan berikutnya Ali Al Murtadha, semoga Allah ta’ala meridhai mereka dan para sahabat Nabi semuanya, dan juga meridhai para tabi’in, yang mengikuti mereka dengan baik dan setia sampai yaumiddin (hari qiamat), dan semoga Allah meridhai kita berkat mereka. Dengan rahmat-Mu ya Allah, ya Arhamarrahimin. REFERENSI 1. Al Quran dan Terjemahannya. Departemen Agama RI2. Al-Quran Versi Syi’ah tidak sama dengan al-Quran Kaum Muslimin, Abu Abu Zahra Luthfi Basori, Percetakan Rahmatika Singosari-Malang3. Al-Kafi, Tsiqatu al-Islam Abi Ja’far Muhammad bib Ya’qub bin Ishaq al-Kulaini ar-razi, Dar al-Kutub al-Islamiyah Murtadla akhwandi, Teheran-Bazar Sulthani.4. Al-Manhal al-Lathif fi Usul al-Hadits as-Syarif , as-Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani, cetakan ke empat,penerbit Sahar . Makkah al-Mukarramah.5. Aqidah Ahli al-Iman, al-Imam Saikhu al Islam as-Sayyid Abdu llah bin Alwi al-Haddad al-Husaini, cetakan ke enam, Maktabah al-Hidayah,. Bairut-Libanon6. As-Sab’ah min as-Salaf. As Sayyid Murtadla As Sayyid Muhammd Al Husaini Al Fairuzabadi An Najfi.7. At Tibyan. Abu Zakaria.8. Dialog Sunnah-Syi’ah, Penerbit Mizan Jakarta9. Faidl al Khobir.As Sayyid Alawi bin al-Abbas al-Maliki10. Faidl al-Qadir Syarah al-Jami’ as-Shaghir, al-‘Allamah al-Muhaddits Muhammad al-Mad’u bi Abdi ar-rauf al-Manawi, Dar al-Ma’rifah, Bairut-Libanon.11. Faslu al-Khithab fi Tahrifi Kitabirabbi al-Arbab, Husain bin Muhammad at Taqyi an-Nuri at-Thabarsi12. Kasyfu al-Asrar, karangan Khomeini13. Mengenal Syi’ah, Ahmad Zein al-Kaf, Yayasan al-Bayyinat14. Mukhtashar Ibni Katsir, Muhammad Ali as-Shabuni, Dar al-Quran al-Karim, Bairut.15. Syarah Mandzumah al-Waraqat fi Usul al-Fiqh, as-Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Dar al-Qiblah lits-Tsaqafah al-Islamiyah.16. Tikaman Syi’ah Terhadap Ra Sahabat Nabi, Prof. Dr. Ihsan ilahi Dhahir, Pustaka Mantiq, Solo, alih bahasa Mustafa Mahdamy

0 komentar: