Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas
Berkata Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad,
“Dua hal yang merupakan karunia terbesar bagi keluarga Bani Alawy, yaitu (yang pertama) menyingkirnya Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa dari segala bid’ah dan fitnah, dan (yang kedua) cara damai yang ditempuh oleh Al-Fagih Al-Muqaddam dalam mengajarkan thariqahnya.”
Beliau juga berkata,
“Kemasyhuran bukan merupakan adat bagi keluarga Bani Alawy, karena barangsiapa yang mencintai kemasyhuran maka itu merupakan tanda kerendahan maqam yang dipunyainya [1].”
Beliau juga berkata,
“Thariqah Saadah Bani Alawy adalah akidah yang sempurna, selalu ber-ta’alluq (bertalian) kepada seorang guru [2], serta adanya perhatian dan pendidikan yang diberikan oleh seorang guru. Itulah thariqah para salaf (pendahulu kita), sebagaimana thariqah yang ditempuh oleh Hasan Al-Bashri dan lainnya.”
Beliau melanjutkan,
“Tidaklah kami berjalan kecuali diatas jalan yang paling lurus, yang tiada di dalamnya perbuatan mencela kepada orang lain. Itulah jalan yang luas dan luwes, sebagaimana firman Allah Ta’ala, ‘Dan Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah jalan tersebut dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, supaya kalian tidak bercerai-berai terhadap jalan yang lurus itu.’ “
Beliau juga berkata,
“Thariqah keluarga Bani Alawy, barangsiapa yang menganalisanya maka ia akan mengetahui bahwa sesungguhnya itu adalah thariqah yang seimbang dan lurus, yang tiada dapat diingkari sifat tawadhu (rendah diri) orang-orang yang berjalan diatasnya, kezuhudan mereka, keberharapan mereka kepada Allah, ketidak-inginan terkenal bagi mereka, dan keselamatan kalbu-kalbu mereka. Barangsiapa yang bergaul dengan salah seorang dari mereka, maka sepatutnya ia meniru (tasyabbuh) kepadanya, walaupun di sebagian keadaan yang sesuai dengan kemampuan dan jamannya. Jika tidak demikian, dikuatirkan ia berpaling dari thariqah mereka, dikarenakan ia tidak mau meniru mereka [3].”
Maksud meniru disitu adalah sebagaimana yang dikatakan oleh beliau (Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad),
“Jika dikatakan si A [4] itu mengambil ilmu dari si B, bukan yang dimaksud disana itu adalah si A mengambil ilmu dengan cara mempelajari kitab si B atau belajar di hadapan si B dengan suatu kitab, akan tetapi maknanya si A mengikuti thariqah si B di dalam perjalanan hidupnya dengan akhlak, perbuatan dan perkataannya. Jika ia (si A) melakukan seperti itu, maka si B itulah sudah termasuk gurunya dan ia (si A) adalah sudah dikatakan sebagai seorang murid.”
[Diambil dari kitab Al-'Alam An-Nibroos, karya Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas]
1. Mengenai sifat untuk tidak ingin terkenal yang merupakan salah satu sifat thariqah pemuka keluarga Bani Alawy. Sayyidina Asy-Syeikh Abubakar Al-Aidrus berkata, “Duh, andaikata saja kami tidak mengenal seorang pun dan tidak seorang pun mengenal kami, dan kami tidak dilahirkan.”
2. Yang dimaksud guru disitu adalah seorang guru pembimbing agama.
3. Meniru (tasyabbuh) dengan para salaf (pendahulu kita) merupakan hal yang sangat penting bagi kita dalam menjalani kehidupan. Hal ini dikarenakan karena keadaan mereka yang sempurna sehingga dapat menjadi suri tauladan bagi kita. Meskipun tentunya kita tidak dapat meneladani mereka secara sempurna, akan tetapi kita sepatutnya dapat meladani mereka walaupun dalam urusan-urusan yang sepele. Hal ini pernah ditanyakan oleh Habib Salim Bin Agil kepada Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf Gresik ketika Habib Abubakar menjelaskan perlunya ber-tasyabbuh (meniru) dengan para salaf. Habib Salim bertanya, “Ya Sayyidi, bagaimana mungkin kami meneladani mereka, sedangkan keadaan kita dengan keadaan mereka sangat berbeda jauh?.” Habib Abubakar menjawab, “Meneladani mereka bukan berarti harus secara keseluruhan, akan tetapi usahakan meneladani mereka meskipun dalam urusan-urusan yang sepele, insya Allah kita dapat dimasukkan ke dalam golongan mereka.”
4. Di dalam teks aslinya, tidak tertulis si A dan si B. Pemakaian kata si fulan A dan si fulan B semata-mata untuk mempermudah pemahaman, tanpa merubah makna kalimat.
Bobot Ucapan Ulama tergantung Referensinya
3 minggu yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar